- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sejarah Lahirnya Gunung Anak Ranaka, dari Loka Leke Ndereng sebagai Pijakan Hingga Hujan Abu Vulkanik

    Penulis: Antonius Rahu | Editor:Tim Redaksi
    04 Desember, 2024, 15:35 WIB Last Updated 2024-12-05T01:22:42Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1
    Gunung Anak Ranaka alias Gunung Nampar Nos 

    Derasnya dorongan magma dari dalam perut bumi sementara tebalnya lapisan puncak gunung mengakibatkan aliran lava jebol ke sisi timur laut yang disebut Loka Leke Ndereng

     [Congkasae.com/Kereba] Bupati Manggarai Hery Nabit telah mengeluarkan surat himbauan kepada masyarakat untuk menjauhi kawah aktif gunung Nampar Nos yang merupakan gunung anak Ranaka.


    Himbauan itu dikeluarkan pemerintah setempat menyusul surat yang dikeluarkan kepala Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Muhamad Wafid pada Rabu 3 Desember kemarin yang berisi soal adanya peningkatan aktivitas magma dalam perut anak Ranaka selama periode pengamatan 1 November 2024 hingga 2 Desember 2024.


    Wafid dalam suratnya menerangkan bahwa aktivitas magma dalam perut gunung anak Ranaka alias gunung Nampar Nos itu meningkat signifikan dalam periode pengamatan November hingga Desember.


     "Berdasarkan pengamatan instrumental dalam periode ini aktivitas kegempaan 18 kali gempa Low Frequency, 1 kali gempa vulkanik dangkal, 25 kali gempa vulkanik dalam, 57 kali gempa tektonik lokal serta 132 kali gempa tektonik jauh," tulis kepala badan geologi, kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhamad Wafid dalam keterangan tertulisnya dikutip Selasa 3 Desember 2024.


    Dalam suratnya Wafid mengatakan berdasarkan pengamatan visual periode 1 November hingga 2 Desember belum ada anomali asap yang teramati dari puncak kawah utama gunung anak Ranaka yang juga disebut gunung Namparnos itu.


    Akan tetapi berdasarkan pengamatan lapangan terpantau asap putih yang bersumber dari kuba utama kabut tipis dengan intensitas lemah condong ke arah barat laut.


    Ia mengatakan terjadi peningkatan gempa tektonik lokal dalam periode pengamatan antara 1 November hingga 2 Desember 2024 jika dibandingkan periode Oktober 2024.


    "Baik itu gempa tektonik lokal maupun tektonik jauh mengalami peningkatan bila dibandingkan bulan Oktober,"kata Wafid.


    Ia menjelaskan peningkatnya gempa Low Frequency menandakan adanya aliran fluida berupa magma dan gas dari dalam perut bumi yang mengisi rongga pipa atau rekahan dalam perut gunung anak Ranaka.


    "Sementara adanya peningkatan gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam menandakan  adanya suplai magmatik dari dalam perut bumi yang mengubah tekanan pada gunung anak Ranaka,"papar Wafid.


    Ia mengatakan berdasarkan pengamatan periode 1 November hingga 2 Desember itu pihaknya menaikkan status gunung anak Ranaka dari level I Normal menjadi level II Waspada.


    Apa Artinya Bagi Masyarakat?

    Peningkatan status gunung anak Ranaka dari level I Normal ke level II Waspada membawa arti penting bagi masyarakat yang bermukim di kaki gunung dengan ketinggian 2.350 meter di atas permukaan laut itu.


    Kepala Badan Geologi kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Muhamad Wafid mengatakan dengan status waspada pada level II itu masyarakat di sekitar gunung atau para pendaki dan wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius 1km dari puncak kawah.


    "Itu artinya masyarakat lokal di sekitar Gunung  serta para wisatawan dan pendaki dilarang memasuki atau beraktivitas dalam radius 1 km dari puncak kawah aktif,"kata Wafid.


    Menanggapi hal itu bupati Manggarai Hery Nabit meminta warga yang bermukim di kaki gunung Ranaka untuk mematuhi larangan pemerintah dalam proses mitigasi bencana.


    "Masyarakat di sekitar gunung anak Ranaka maupun pengunjung atau pendaki agar tidak memasuki, beraktifitas sejauh 1km dari puncak kawah aktif,"kata Hery Nabit di Ruteng, Rabu 4 Desember 2024.


    Selain itu Hery mengimbau warga terdampak dalam radius 3km dari puncak kawah serta radius 5km dari kawah aktif untuk selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang terjadi.


    "Serta jangan panik, tidak mempercayai hoaks serta mengakses segala informasi yang berkaitan dengan perkembangan gunung anak Ranaka di situs resmi Pusat Vulkanologi dan mitigasi bencana geologi atau mengakses magma indonesia,"kata Hery.


    Hery mengatakan pemerintah kabupaten Manggarai akan selalu berkoordinasi dengan pihak terkait termasuk Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait perkembangan status gunung berapi Nampar Nos.


    Tipisnya Loka Leke Ndereng Jadi Pijakan Nampar Nos

    Gunung anak Ranaka alias gunung Nampar Nos merupakan satu-satunya gunung berapi aktif yang berada di kabupaten Manggarai Raya.


    Gunung ini meletus pada Desember 1987 silam dengan periode letusan hingga Februari 1988 mengakibatkan sedikitnya 20.000 orang mengungsi ke lokasi yang lebih aman.


    Selama periode letusan kolom abu vulkanik mengarah ke wilayah timur gunung itu (wilayah Manggarai Timur saat ini), mengakibatkan adanya hujan abu vulkanik di sejumlah wilayah termasuk di wilayah kedaluan Riwu, dan kedaluan Manus (wilayah Kecamatan Borong dan Kota Komba Utara saat ini).


    Meski letusan kala itu bersifat freatik dengan melontarkan lava pijar namun tak ada korban jiwa dalam letusan kala itu.


    Derasnya dorongan magma dari dalam perut bumi gunung itu ditambah dengan tebalnya lapisan puncak gunung Ranaka mengakibatkan kawasan sisi timur laut gunung Ranaka yang oleh warga sekitar disebut sebagai Loka Leke Ndereng (tempurung kelapa merah) jebol dan memuntahkan material vulkanik.


    Tingginya kuantitas material vulkanik Gunung Ranaka yang meletus ke sisi timur laut bukan ke puncak (lokasi gua maria saat ini) mengakibatkan adanya tumpukan lahar yang membentuk kuba lava.


    Kuba lava letusan gunung kala itu melahirkan gunung baru yang terletak di sisi timur laut puncak Ranaka yang disebut gunung anak Ranaka dengan kawasan Loka Leke Ndereng sebagai dasar pijakan gunung baru ini.


    Gunung anak Ranaka ini sangat jelas terlihat dari segala arah di Manggarai khususnya wilayah utara gunung Ranaka.


    Meski disebut sebagai gunung anak Ranaka namun warga sekitar menamai gunung baru ini sebagai gunung Nampar Nos.


    Nampar sendiri memiliki arti tebing, sementara Nos memiliki arti gumpalan kerak hasil pembakaran yang terjadi akibat pengasapan secara terus menerus.


    Penamaan ini sejalan dengan kondisi gunung baru itu yang berwarna hitan pekat tanpa adanya tumbuhan yang tumbuh di sekitar gunung itu.


    Semenjak meletusnya Gunung  Ranaka yang melahirkan gunung baru bernama gunung anak Ranaka alias Nampar Nos aktivitas vulkanik gunung itu tak tampak.


    Ia terlihat sedang menikmati masa istirahatnya cukup lama dengan kurun waktu hampir 3 dekade lamanya.


    Sejak Februari 1988 itu, gunung berapi aktif ini tak lagi menunjukan adanya gejala akan meletus.


    Gunung ini pun kerap dijadikan objek wisata bagi para pendaki, termasuk warga lokal, apalagi pemandangan alam nan indah dari kilometer 8 yang menyuguhkan kondisi material vulkanik pasca letusan 1987.


    Hingga akhirnya petugas pengamatan gunung api Ranaka menemukan adanya aktivitas tak biasa dalam perut bumi Nampar Nos pada periode pengamatan 1 November-2 Desember 2024.


    Atas temuan itu petugas menaikkan level gunung berapi itu ke kategori waspada dengan predikat level II.


    Penyintas Letusan Namparnos: Dunia Seperti Mau Kiamat

    Letusan gunung anak Ranaka menyisahkan pengalaman tersendiri bagi para penyintas yang menyaksikan dampak letusan kala itu.


    Mama Dorotea Dai merupakan seorang penyintas letusan Gunung  Anak Ranaka, yang tinggal di wilayah kedaluan Manus (wilayah kecamatan kota komba utara saat ini) sekitar 30 kilo meter ke arah timur gunung itu.


    Ia mengatakan letusan gunung kala itu mengakibatkan hujan debu di wilayah desanya yang berjarak cukup jauh dari pusat letusan.


    "Saya masih tumbuk padi, di depan rumah, tiba-tiba langit gelap padahal masih jam 3 sore,"kata Mama Dorotea Dai dalam keterangan kepada media ini.


    Ia mengisahkan tak lama berselang, kondisi semakin gelap gulita, ayam tiba-tiba berkotek mengisyaratkan kondisi yang tak biasa.


    "Mama saya Rosalia Jaung yang masih menyetel musik menggunakan tape langsung mematikan musiknya dan menyuruh saya masuk kedalam rumah,"kisah Dorotea.


    Ia mengatakan tak lama berselang hujan abu terjadi di kampung Leda, ia yang masih menumbuk padi langsung naik ke atas rumah serta mengunci pintu.


    "Kami semua takut, dan bertanya-tanya mungkin dunia ini akan segera kiamat,"kata Dorotea.


    Apalagi kata dia, arus informasi saat itu tak semuda saat ini, kondisi kegelapan dari pukul 3 sore kala itu berlanjut hingga malam tiba.


    Mereka baru mengetahui penyebab adanya hujan abu, setelah mendengar kabar dari radio RRI pada malam hari yang memberitakan perihal letusan gunung Ranaka.

    Komentar

    Tampilkan

    ads