![]() |
Kaum ibu di Poco Leok Manggarai menyuarakan aksi penolakan terhadap proyek geotermal di wilayah mereka |
[Congkasae.com/Kereba] Para uskup di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, telah menyuarakan aksi penolakan terhadap beberapa proyek energi hijau milik PT PLN Persero yang mengeksplorasi panas bumi di pulau Flores untuk dikonversi menjadi energi Listrik alias proyek geotermal.
Penolakan tersebut tertuang dalam surat gembala pra paskah 2025 yang ditanda tangani para uskup di pulau Flores termasuk uskup Denpasar Bali.
Keenam uskup yang ikut menyuarakan aksi penolakan terhadap proyek geotermal di pulau Flores itu yakni uskup Denpasar Mgr. Silvester San, uskup Labuan Bajo, Mgr Maksimus Regus, uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat, uskup agung Ende, Mgr Paulus Budi Kleden, uskup Maumere Mgr Ewaldus Martinus Sedu, dan uskup Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung.
Dalam surat gembalanya keenam uskup ini mengingatkan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di pulau Flores.
Para uskup di pulau Flores itu beralasan kondisi bentang alam pulau Flores dan Lembata yang berbukit-bukit dengan luas pulau yang sempit serta memiliki sumber mata air yang terbatas tak memungkinkan untuk dilakukan eksploitasi energi panas bumi karena berdampak pada ekosistem dan lingkungan sekitar.
“Apakah kita membangun masa depan yang lebih baik atau justru merusaknya? Pulau-pulau kecil dengan ekosistem rapuh ini berisiko besar,” tulis para uskup di pulau itu dalam seruan bersama.
Gereja merasa terpanggil untuk menjaga kelestarian alam ciptaan hal ini sejalan dengan semangat Laudato Si yang didengungkan Paus Fransiskus.
"Kami mengajak seluruh keluarga umat Allah di wilayah Provinsi gerejawi Ende untuk menjaga lingkungan dengan menolak eksploitasi sumber daya yang merusak ekosistem termasuk energi geotermal di Flores,"tulis para uskup.
Karena itu, para uskup di Pulau Flores lebih menyarankan perusahaan listrik negara untuk mengembangkan energi hijau yang lain di pulau Flores yakni energi surya dari pada melakukan eksploitasi panas bumi yang menimbulkan resiko yang lebih besar.
Penggunaan energi hijau tenaga surya di pulau Flores dinilai ramah lingkungan dan memenuhi unsur keberlanjutan serta ramah lingkungan.
Sebelumnya aksi protes terkait pengembangan energi geotermal di pulau Flores salah satunya di Poco Leok Manggarai telah berlangsung cukup lama.
Masyarakat adat Poco Leok yang paling rentan terhadap megaproyek milik PT PLN Persero itu telah berulang kali menyuarakan penolakan lantaran merusak lingkungan.
Aksi terbaru di depan kantor bupati Manggarai yang menuntut bupati Manggarai Herybertus G.L. Nabit untuk membatalkan SK Penentuan titik Lokasi pengeboran wallpad baru di Poco Leok berakhir ricuh dan mengakibatkan pagar kantor bupati Manggarai roboh.
Kasus ini tengah bergulir di kepolisian dimana beberapa pemuda Poco Leok diperiksa Polisi buntut kasus robohnya pagar kantor bupati Manggarai itu.
Meski mendapatkan aksi protes dari warga sekitar, namun bupati Manggarai tetap ngotot hendak melanjutkan proyek pengeboran di Poco Leok.
Hal tersebut dibuktikan dengan keputusan bupati Hery untuk melakukan studi banding terhadap proyek geotermal di Tomohon Sulawesi Utara pada 9-12 Maret lalu.