- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Wabah ASF Meluas ke 2 Kecamatan di Manggarai Timur, Ratusan Ekor Babi Mati

    Penulis: Antonius Rahu | Editor:Tim Redaksi
    04 Maret, 2025, 12:09 WIB Last Updated 2025-03-04T05:09:02Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

     
    Wabah ASF Meluas ke 2 Kecamatan di Manggarai Timur, Ratusan Ekor Babi Mati

    [Congkasae.com/Kereba] Wabah demam babi Afrika alias ASF terus meluas ke tiga kecamatan di kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT.


    Penyakit yang memicu kematian massal pada ternak babi itu pertama kali dilaporkan di kecamatan Kota-Komba dan meluas ke wilayah kecamatan Kota Komba Utara serta kecamatan Elar.


    Di kecamatan Elar ratusan ekor babi mati mendadak dengan gejala klinis mirip ASF dimana babi tiba-tiba tak mau makan, demam tinggi hingga kulit kemerahan sebelum akhirnya mati.


    Kepala desa Rana Gapang, Kecamatan Elar, Melkior Wene mengatakan di desanya saja kematian ternak babi sudah mencapai puluhan ekor sejak awal Februari 2025.


    "Di sini hampir semua warga beternak babi, kalau 20 ekor saja yang mati kerugian para peternak bisa mencapai 140 juta,"ujar Melkior Wene.


    Ia mengatakan jumlah babi yang mati terus bertambah, hal tersebut diperparah dengan tak adanya penyuluhan dari petugas perihal antisipasi wabah ASF untuk menekan laju penyebaran penyakit.


    Sementara itu di kecamatan Kota Komba Utara ratusan ekor babi mati mendadak dengan gejala klinis mirip ASF.



    "Di sini babi mati itu sudah sejak awal tahun 2025, gejala klinisnya mirip ASF babi tiba-tiba mogok makan, demam lalu mati,"ujar salah seorang peternak babi di desa Rana Mbeling Senin kemarin.


    Kendati demikian Plt kepala dinas Peternakan kabupaten Manggarai Timur Ima Raydais mengatakan sejauh ini total ternak babi yang dilaporkan mati ke dinas peternakan baru berjumlah 107 ekor.


    "74 ekor di kecamatan Elar dan 33 ekor di kecamatan Kota Komba,"kata Ima.


    Ia mengatakan sejauh ini dinas peternakan telah melakukan beberapa langkah untuk menekan laju penyebaran ASF yang lebih luas di kabupaten itu.


    "Seperti penyemprotan disinfektan di kandang, dan imbauan kepada masyarakat perihal langkah antisipasi penularan penyakit,"kata Ima.


    Wabah ASF pertama kali masuk ke Pulau Flores pada tahun 2020 silam, sejak saat itu wabah yang pertama kali terdeteksi di kabupaten Sikka itu terus meluas ke kabupaten lain di pulau itu termasuk Manggarai Timur.


    Sejak saat itu ASF menjadi momok yang paling ditakuti oleh para peternak babi di pulau Flores setelah ribuan ekor babi mati secara massal.


    Sementara itu dosen Peternakan di Politani Kupang Dr. drh. Ewaldus Wera, M.Sc. mengatakan virus babi Afrika alias ASF tidak memiliki obat atau vaksin sampai saat ini.


    "Karena virus itu langsung menyerang sistem imun dari ternak itu sendiri,"kata Ewaldus Wera.


    Ewaldus mengatakan ternak babi yang terinfeksi virus babi Afrika memiliki beberapa gejala klinis yang mudah dikenali seperti ternak babi tak mau makan, lalu disusul keluarnya leleran (ingus) di hidung, lalu muncul bintik-bintik merah di kulit babi.


    "Jadi kalau sudah begitu babi akan demam tinggi dan hanya hitung jam babi akan mati,"ujar Ewaldus.


    Ia mengatakan satu-satunya cara dalam mengatasi sebaran virus ASF adalah dengan menjalankan prinsip biasecurity kandang.


    "Batasi akses keluar masuk orang asing ke kandang, selalu bersihkan kandang dan berikan pakan yang berkualitas jangan berikan limbah daging babi ke ternak yang masih sehat,"ujar Ewaldus.

    Komentar

    Tampilkan

    ads