- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Polemik Proyek Geotermal Poco Leok, Masyarakat Terbelah Kedalam Dua Kubu

    Penulis: Antonius Rahu | Editor:Tim Redaksi
    23 April, 2025, 09:15 WIB Last Updated 2025-04-23T02:22:11Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

     

    Polemik Proyek Geotermal Poco Leok, Masyarakat Terbelah Kedalam Dua Kubu
    Masa Pendukung Proyek Geotermal ketika beraksi di depan Kantor bupati Manggarai/Foto Prokopim Manggarai

    Polemik Proyek Geotermal Poco Leok di Manggarai menimbulkan aksi pro dan kontra di tengah masyarakat, Gubernur NTT Melky Laka Lena meminta PT PLN Persero untuk menghentikan proyek pengeboran di seluruh pulau Flores sementara uskup di pulau Flores minta pemerintah mengganti energi panas bumi dengan energi surya yang lebih ramah lingkungan.

    [Congkasae.com/Kereba] Ratusan orang yang mengatasnamakan warga Poco Leok yang mendukung proyek geotermal Poco Leok mengadakan aksi di depan kantor DPRD Manggarai termasuk kantor bupati pada Selasa 22 April 2025 kemarin.


    Menurut keterangan dari Prokopim Manggarai masa yang turun dalam aksi mendukung proyek geotermal Poco Leok kemarin berasal dari 9 desa dan 14 gendang di Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai.


    Dalam aksi itu massa membawa berbagai poster dan spanduk yang menyatakan dukungan mereka terhadap proyek geothermal. 


    Beberapa di antaranya bertuliskan “Geothermal bukan ancaman tetapi harapan”, “Kami pendukung geothermal, bukan orang gagal iman”, dan “Panas bumi pemberi harapan hidup dan kesejahteraan”.


    Sebelum mendatangi Kantor Bupati, massa lebih dahulu berorasi di Gedung DPRD Manggarai, tempat mereka menyampaikan sejumlah tuntutan terkait pengembangan listrik geothermal di Poco Leok. 


    Salah satu orator dalam aksi itu Raymundus Wajong, menegaskan bahwa pembangunan geothermal sangat penting bagi daerah ini.


    “Masih banyak wilayah di Satar Mese yang belum teraliri listrik. Selain itu, infrastruktur setempat perlu dibangun, dan proyek ini bisa membantu mewujudkannya,” ujarnya.


    Di Kantor Bupati, massa diterima langsung oleh Bupati  Heribertus G.L Nabit dan Wabup Fabianus Abu. 


    Dalam pertemuan tersebut, orator aksi, Tadeus Dapang, menekankan bahwa masyarakat Poco Leok yang datang menyuarakan aspirasinya ini terbagi dalam tiga kelompok; orang tua, anak muda, dan ibu-ibu yang semuanya siap mendukung pembangunan geothermal demi kemajuan daerah mereka.


    “Kami datang untuk menyampaikan bahwa kami siap mendukung pembangunan geothermal di Poco Leok. Kami berharap agar proyek ini dapat berjalan,” kata Tadeus Dapang.


    Mewakili pemilik tanah, Levianan Saul dari Gendang Lelak mengungkapkan bahwa ia mengalami kesulitan hidup tanpa akses listrik. 


    “Kami datang ke sini karena menderita tinggal di Poco Leok tanpa penerangan. Kami ingin tempat kami menjadi terang seperti di Ulumbu,” ungkapnya.


    Bupati Manggarai menegaskan bahwa proyek ini bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat.


     “Jangan takut dengan ancaman. Kita semua dijaga oleh negara, dan ini dilakukan demi kebaikan bersama,” ujar Bupati Manggarai dalam pertemuan tersebut.

    Penolakan warga Poco Leok
    Masa penolak proyek Geotermal di Ruteng membawa spanduk poin penolakan mereka/Foto Floresa


    Sebagai langkah penyelesaian polemik ini Bupati Hery menjelaskan bahwa Gubernur NTT telah memutuskan untuk membentuk tim investigasi yang terdiri dari berbagai pihak, termasuk perwakilan Pemprov NTT, Pemda, masyarakat yang menolak, masyarakat yang menerima, serta gereja. 


    Tim ini akan turun langsung ke lapangan untuk mencari akar permasalahan dan merumuskan langkah ke depan.


    Mius Jeminta dari Gendang Lungar, yang juga pemilik tanah, secara terbuka menyatakan bahwa ia menyerahkan tanahnya kepada pemerintah demi kepentingan bersama. 


    “Kami tidak pernah menjual tanah. Tetapi jika tanah itu dibutuhkan untuk kepentingan bersama, kami akan menyerahkannya,” katanya.


    Sementara itu di sisi lain keuskupan Ruteng menyatakan sikap penolakannya terhadap kehadiran proyek geotermal di Poco Leok.


    Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat ikut menandatangani surat penolakan bersama dengan 5 uksup lain di pulau Flores.


    Dalam surat penolakan yang dikeluarkan sebelum perayaan Paskah 2025 para uskup di pulau Flores itu mengatakan menolak rencana pemerintah untuk mengeksploitasi energi panas bumi alias proyek geotermal di pulau Flores lantaran dikhawatirkan merusak lingkungan.


    Selain itu para uskup menyarankan pemerintah untuk menggunakan energi terbarukan lain yakni tenaga surya di pulau kecil Flores untuk menyuplai kebutuhan energi listrik di pulau itu.


    Gubernur Nusa Tenggara Timur Melky Laka Lena sudah mengeluarkan instruksi agar semua pihak meninjau kembali proyek energi panas bumi di pulau Flores.


    Ia juga meminta agar PT PLN Persero menghentikan rencana titik pengeboran proyek geotermal baru di pulau itu.


    “Kami menyadari banyak kekurangan karena sejak awal desainnya kurang baik,” tulis Melki dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, @melkilakalena.official, pada 4 April 2025.



    Melky berujar akan membentuk tim khusus untuk melakukan investigasi terkait proyek geotermal di pulau itu agar tidak menimbulkan polemik berkepanjangan.


    Sementara desakan dari masyarakat yang mengatasnamakan warga Poco Leok terus disuarakan agar pemerintah menghentikan rencana pembangunan energi listrik berkapasitas 40MW di Poco Leok.


    Para penentang proyek Geotermal ini beberapa kali mengadakan aksi protes di kantor bupati Manggarai.


    Aksi protes terakhir digelar pada 3 Maret 2025 yang berakhir ricuh dan menimbulkan kerusakan pagar kantor bupati Manggarai oleh para demonstran.


    Pemkab Manggarai telah melaporkan beberapa orang oknum atas kerusakan pagar kantor bupati Manggarai itu, beberapa orang kini tengah diperiksa polisi.


    Pada saat itu massa membawa berbagai spanduk dengan tulisan seperti “Kami Tolak Geotermal Poco Leok”, “Bupati Punya Otak Tolak Geotermal”, “Kami Hidup Mengolah Tanah Bukan Menjual Tanah”, “Hentikan Pendanaan Proyek Geotermal Poco Leok oleh Bank KFW-Jerman”, dan “Poco Leok Harga Mati, Rawat Ruang Hidup”. 


    Kala itu massa mendatangi kantor DPRD Manggarai dan kantor Bupati Manggarai di Ruteng.


    Agustinus Tuju salah seorang peserta aksi protes mengatakan sejak awal sosialisasi oleh PLN mereka tidak pernah diberitahu soal dampak negatif dari proyek geotermal di wilayah Poco Leok.


    "Mereka hanya menyampaikan sisi positif seperti akan ada penerangan listrik,"kata Agustinus Tuju kepada Floresa 3 Maret 2025 di Ruteng.


    Ia mengatakan proyek pengeboran baru di Poco Leok itu lebih banyak mendapatkan dukungan dari orang-orang luar yang tidak tinggal di Poco Leok.


    "Sementara kami di Poco Leok yang harus menanggung akibatnya,"kata Agustinus.


    Untuk itu mereka meminta bupati Manggarai Hery Nabit segera membatalkan SK Penentuan Titik Lokasi pengeboran baru di Poco Leok lantaran merusak ruang hidup masyarakat Poco Leok.


    BACA JUGA

    Rusaki Lingkungan Para Uskup di Pulau Flores Tolak Proyek Geotermal


    Pro Kontra PLTP Ulumbu, Dari Isu Relokasi Warga Hingga Dukungan Pemerintah Jerman


    Bupati Hery Nabit Dihadang Warganya Terkait Proyek Geotermal Ulumbu

    Komentar

    Tampilkan