Lalong bakok merupakan sebutan untuk seekor ayam jantan yang berwarna putih, namun dalam bahasa Manggarai kata "Lalong" juga merujuk pada sebutan untuk seorang anak remaja yang berjenis kelamin laki-laki selain "nana"(manggarai timur).
Dalam bahasa Manggarai ada istilah yang lazim digunakan oleh hampir semua orang manggarai yakni, istilah yang kemudian merujuk atau mengandung makna denotatif yang sering di sebut "Go,et".
Terkadang Go,et juga menjadi sumboyan (pandangan hidup) bagi sebagian orang Manggarai sebut saja "neka hemong kuni agu kalo" yang memiliki makna jangan sampai melupakan tanah kelahiran kampung halaman. "Lalong Bakok Du Lako, Lalong Rombeng Koe Du Kole" yang berarti harapan akan keberhasilan untuk mewujudkan cita-cita.
Pada kesempatan ini saya akan membahas secara khusus mengenai makna atau arti penting dari Go,et ini. "Lalong Bakok Du Lako, Lalong Rombeng Koe Du Kole" merupakan suatu istilah atau Go,et yang memiliki arti yang sangat mendalam.
Jika kita telusuri dengan saksama, nenek moyang orang manggarai dahulu konon katanya adalah perantau kelas ulung. Merantau merupakan sebuah pilihan sekaligus kesenangan.
Merantau merupakan suatu hal yang sangat lumrah dalam sistem sosial masyarakat Manggarai. Mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa ada Go,et "Lalong Bakok Du Lako, Lalong Rombeng Koe Du Kole" go,et ini merupakan sumboyan bagi para perantau asal Manggarai.
Setiap orang yang merantau harus mengalami perubahan minimal ada hasil yang bisa di bawa pulang ke kampung halaman. Itu kalau kita berbicara dalam konteks masyarakat Manggarai zaman dahulu.
Hubungi kami di WA 082342994060 untuk pemasangan Iklan |
Masyarakat Manggarai di era moderen seperti sekarang ini, juga masih memegang sumboyan ini. Hal itu terbukti dengan adanya acara Wuat wa,i (bagi kami orang manggarai timur) yakni suatu upacara do,a bersama sekaligus mengumpulkan dana bagi orang yang akan melanjutkan pendidikan di daerah lain atau ketika melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Secara umum "wuat" itu berarti mengingatkan, memberitahukan dan "wa,i" artinya kaki. Jadi istilah wuat wa,i merupakan sebutan untuk upacara pengumpulan dana yang digunakan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bagi seseorang.
Ada hal yang menarik dalam acara wuat wa,i tersebut yakni berisi upacara "ker" yang didalamnya mengandung go,et "Lalong Bakok Du Lako, Lalong Rombeng Koe Du Kole" .
Secara umum "wuat" itu berarti mengingatkan, memberitahukan dan "wa,i" artinya kaki. Jadi istilah wuat wa,i merupakan sebutan untuk upacara pengumpulan dana yang digunakan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bagi seseorang.
Ada hal yang menarik dalam acara wuat wa,i tersebut yakni berisi upacara "ker" yang didalamnya mengandung go,et "Lalong Bakok Du Lako, Lalong Rombeng Koe Du Kole" .
Dengan melakukan ritual wuat wa,i maka seseorang yang akan melanjutkan pendidikanya merasa mendapatkan restu dan izin yang penuh dari keluarga besar sehingga apa yang dicita-citakan dapat terwujud kelak.
Itu adalah harapan orang tua dan keluarga besar di Flores Manggarai, apakah ini benar-benar terwujud atau tidak? kembali lagi ke komitmen awal si kraeng atau enu yang melanjutkan pendidikan.
Terkadang kekecewaan dan sakit hati, adalah jawaban yang harus di terima oleh keluarga besar ketika melihat sang calon sarjana pulang tanpa beban dan tanpa membawa sesuatu melenggang dengan percaya dirinya.
Bahkan lebih miris lagi, ketika sang calon sarjana mendapatkan gelar sebelum diwisuda. Ini merupakan fenomena yang terjadi terutama masalah yang sering menghampiri mahasiswa asal NTT yang melanjutkan pendidikanya di beberapa kota besar di indonesia meskipun tidak semuanya demikian.
Saat ini, Para pembelajar asal manggarai dan daratan timor lainya secara statistik terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan Di daerah Bali mahasiswa asal Manggarai tersebar dan mendominasi di beberapa kampus yang ada.
Ini merupakan hal yang sangat positif dan perlu di apresiasi jujur sebagai orang Manggarai saya merasa bangga. Namun terkadang ada beberapa mahasiswa yang terpaksa harus berhenti lantaran memperoleh gelar sarjana sebelum diwisuda.
Orang-orang ini merupakan himpunan pembelajar yang belum paham makna go,et "Lalong Bakok Du Lako, Lalong Rombeng Koe Du Kole" orang-orang seperti ini harus di cerahkan dan diluruskan pemahamanya sehingga kembali ke jalan yang lurus sebelum tersesat.
Sehingga harapan dan pengorbanan orang tua dan keluarga besar tidak sia-sia. Lalu apa yang harus dilakukan agar bisa mewujudkan itu? jawabanyaya adalah:
Itu adalah harapan orang tua dan keluarga besar di Flores Manggarai, apakah ini benar-benar terwujud atau tidak? kembali lagi ke komitmen awal si kraeng atau enu yang melanjutkan pendidikan.
Terkadang kekecewaan dan sakit hati, adalah jawaban yang harus di terima oleh keluarga besar ketika melihat sang calon sarjana pulang tanpa beban dan tanpa membawa sesuatu melenggang dengan percaya dirinya.
Bahkan lebih miris lagi, ketika sang calon sarjana mendapatkan gelar sebelum diwisuda. Ini merupakan fenomena yang terjadi terutama masalah yang sering menghampiri mahasiswa asal NTT yang melanjutkan pendidikanya di beberapa kota besar di indonesia meskipun tidak semuanya demikian.
Hubungi kami di WA 082342994060 untuk pemasangan Iklan |
Saat ini, Para pembelajar asal manggarai dan daratan timor lainya secara statistik terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan Di daerah Bali mahasiswa asal Manggarai tersebar dan mendominasi di beberapa kampus yang ada.
Ini merupakan hal yang sangat positif dan perlu di apresiasi jujur sebagai orang Manggarai saya merasa bangga. Namun terkadang ada beberapa mahasiswa yang terpaksa harus berhenti lantaran memperoleh gelar sarjana sebelum diwisuda.
Orang-orang ini merupakan himpunan pembelajar yang belum paham makna go,et "Lalong Bakok Du Lako, Lalong Rombeng Koe Du Kole" orang-orang seperti ini harus di cerahkan dan diluruskan pemahamanya sehingga kembali ke jalan yang lurus sebelum tersesat.
Sehingga harapan dan pengorbanan orang tua dan keluarga besar tidak sia-sia. Lalu apa yang harus dilakukan agar bisa mewujudkan itu? jawabanyaya adalah:
- kembali ke komitmen awal para pembelajar asal manggarai dan NTT lainya harus sadar bahwasanya kita di utus ke tempat belajar yang baru ini bukan untuk bermain-main melainkan ada sesuatu yang mau kita bawa pulang sebagai bekal kita ketika kembali ke kampung halaman.
- Tidak gampang di pengaruhi oleh teman ada beberapa orang yang aslinya di kategorikan orang yang baik dan alim, namun ketika bergabung dan berteman dengan orang yang semerawut maka dia akan ikut-ikutan semerawut orang orang seperti ini merupakan himpunan orang-orang yang gampang terpengaruh oleh orang lain.
- Neka toko temo (harus selalu sigap) terkadang juga kegagalan itu timbul akibat adanya rasa malas beberapa mahasiswa misalnya sudah menyandang mahasiswa abadi di kampus saya belajar. Mahasiswa ini biasanya datang pada saat ujian bahkan kuliahnya senin kamis artinya dalam seminggu masuk kuliahnya hanya hari senin dan kamis, sisanya ngo labok (pergi hura-hura tidak jelas) yang anehnya uang SPP dan biaya perkuliahan dari orang tua lancar tapi di pakai buat hura-hura.
Jika saja beberapa hal tersebut dilakukan maka saya yakin dan percaya bahwa "Lalong Rombeng Du kole" sangat layak dan pantas bagi anda. Namun jika go,et "Lalong Bakok Du lako Lalong Rombeng Du Kole" tidak di tafsirkan secara baik, maka yang ada go,et ini berubah jadi "Lalong bakaok du lako, mama Lalong Du Kole" atau "Lalong bakaok du lako, Bapa Lalong Du Kole".
Dalam artikel ini saya tidak bermaksud "KEPPO" alias mau tahu urusan orang, akan tetapi saya hanyalah seorang Blogger mudah asal Manggarai yang berani mengkritisi segala bentuk penyimpangan yang saya lihat.
Jadi seorang aktivis di internet itu memiliki dua akibat yakni siap dipuji-puji jika artikel kita diterima pembaca yang berikutnya siap dicaci maki jika artikel kita ditolak oleh pembaca hahahaha.
Itulah resiko jadi penulis, akan tetapi saya selalu menunggu respon atau tanggapan pembaca sekalian
*****tabe****I
Penulis: Mahasiswa tingkat akhir jurusan pendidikan Matematika di IKIP PGRI Bali. Senang menulis sejak SMA di Ruteng Manggarai, senag bersosialisasi dan hobi cycling, traveling
Baca Juga
1.Komodo Dan Manusia Ternyata Saudara Kembar
2.Menelusuri Warisan Leluhur Kempo Manggarai Barat
3.Internet Dan Dampaknya Pada Budaya Lejong
4.Sedikit Tentang Masalah Akut Dunia Pendidikan Kita
5.Antara Caci Dan Caci Maki
Dalam artikel ini saya tidak bermaksud "KEPPO" alias mau tahu urusan orang, akan tetapi saya hanyalah seorang Blogger mudah asal Manggarai yang berani mengkritisi segala bentuk penyimpangan yang saya lihat.
Jadi seorang aktivis di internet itu memiliki dua akibat yakni siap dipuji-puji jika artikel kita diterima pembaca yang berikutnya siap dicaci maki jika artikel kita ditolak oleh pembaca hahahaha.
Itulah resiko jadi penulis, akan tetapi saya selalu menunggu respon atau tanggapan pembaca sekalian
*****tabe****I
saat pidato pembukaan PAB KBMK IKIP PGRI Bali september 2015 |
Penulis: Mahasiswa tingkat akhir jurusan pendidikan Matematika di IKIP PGRI Bali. Senang menulis sejak SMA di Ruteng Manggarai, senag bersosialisasi dan hobi cycling, traveling
Baca Juga
1.Komodo Dan Manusia Ternyata Saudara Kembar
2.Menelusuri Warisan Leluhur Kempo Manggarai Barat
3.Internet Dan Dampaknya Pada Budaya Lejong
4.Sedikit Tentang Masalah Akut Dunia Pendidikan Kita
5.Antara Caci Dan Caci Maki