Wilhelmus Van Bekkum adalah Uskup di Keuskupan Ruteng yang berkarya sejak terbentuknya Vikariat Apostolik Ruteng tahun 1951 sampai tahun 1972.
Ia ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 18 Agustus 1935, dikonsekrasi pada tanggal 13 Mei 1951 dan terpilih menjadi Vikaris Apostolik di Keuskupan Ruteng pada tanggal 08 Maret 1951.
Wilhelmus Van Bekum
adalah sebuah nama yang tidak terlalu popular di kalangan kaum muda Manggarai
masa kini.
Hal tersebut di buktikan dengan sulitnya mencari referensi tentang
riwayat hidup beliau, tidak banyak informasi yang di dapatkan tentang kehidupan
Sang Tokoh.
Namun hal tersebut membuat saya semakin penasaran seperti apa
sebenarnya sosok Uskup pertama di Manggarai ini? Dan apakah ada sekumpulan anak
mudah seperti saya yang memiliki rasa ingin tahu yang besar akan profil Sang
Uskup?
Saya pun berbulan-bulan menelusuri jejak-jejak kehidupan beliau di masa
lalu dan mungkin karena saya memiliki niat yang kuat untuk mengangkat profil
pribadinya puji Tuhan, saya mendapatkan sebuah buku referensi yang sangat bagus
dan buku ini selalu saya bawa di tas kecil saya kemanapun saya pergi.
Wilhelmus Van Bekkum adalah
Uskup di Keuskupan Ruteng yang berkarya sejak
terbentuknya Vikariat Apostolik Ruteng tahun 1951 sampai
tahun 1972.
Ia ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 18 Agustus 1935, dikonsekrasi pada tanggal
13 Mei 1951 dan terpilih menjadi Vikaris Apostolik di Keuskupan
Ruteng pada tanggal 08 Maret 1951.
Uskup Wilhelmus Van Bekkum
SVD lahir di Achterveld Provinsi Utrcth Belanda pada 13 maret 1910 dari orang
tua bernama Gerrit Van Bekkum dan
Hendrika Van de Wetering.
Setelah lulus dari pendidikan dasar, beliau
melanjutkan pendidikanya di seminari di Uden selama enam tahun. Lulus dari
seminari Van Bekkum Mudah memilih bergabung dengan Serikat Sabda Allah (SVD) pada
tahun 1929.
Selama mengikuti pendidikan
akhirnya Wilhelmus Van Bekkum menerima kaul kekalnya pada 18 Agustus 1935 di
Teteringen Belanda, selanjutnya dia menekuni Ilmu etnografi.
Pada tahun 1936
misionaris muda Wilhelmus Van Bekkum SVD meninggalkan Negara kincir angin
menuju Indonesia setelah mengarungi lautan selama lima minggu,beliaupun tiba di
Jakarta pada tahun 1936.
Beliau langsung di tugaskan di Ende flores, kemuadian
mendapat tugas di Ruteng, pada 1937
beliau tiba di Ruteng Manggarai. Sampai tahun 1940 Beliau tetap mengemban tugas
sebagai pastor pembantu dan pada bulan maret 1940 Wilhelmus Van Bekkum mendapat
tugas baru sebagai Inspektur untuk 42 Sekolah Dasar Katolik di seluruh
Manggarai. Berbekal ilmu etnologi yang di pelajarinya di Belanda beliau
sangat antusias melakukan penelitian tentang adat dan budaya Manggarai.
Di tengah kesibukanya
melakukan penelitian tentang adat dan budaya Manggarai itu, beliau diinternir oleh
tentara Jepang ke daerah Sulawesi bersama beberapa misionaris lainya.
Pada bulan
September 1945 setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya, misionaris mudah
wilhelmus Van Bekkum SVD bersama beberapa misionaris lainya kembali ke
Manggarai dan melanjutkan penelitianya yang sempat di tinggal selama 3 tahun. Pada
bulan januari 1946 pater Wilhelmus Van Bekkum SVD di angkat dan di lantik
menjadi Deken wilayah Manggarai.
Pada tahun 1951 pater Van Bekkum (begitu
sapaan beliau oleh masyarakat Manggarai), menjadi Warga Negara Indonesi dan
pada tahun yang sama pula pater Van Bekkum SVD di tunjuk menjadi Vikaris Apostolik
Ruteng Manggarai. Saat status Vikariat Apostolik Ruteng ditingkatkan menjadi Keuskupan,
Ia ditunjuk menjadi Uskup
pertama di Keuskupan Ruteng.
Diangkat
sebagai Uskup Ruteng pertama: 3 Januari 1961. Peristiwa pengangkatan ini
bersamaan dengan peningkatan status Vikariat Apostolik menjadi Keuskupan
Ruteng, yang menandai pendirian dan pengakuan Hirarki Gereja Katolik di
Indonesia oleh Takhta Suci melalui Konstitusi Apostolik Quod Christus
Adorandus yang dipromulgasikan Paus Yohanes XXIII.
Setelah perang dunia
kedua (PD II) pater Van Bekkum SVD yang masih mengemban tugas sebagai Vikaris Apostolik Ruteng Manggarai, mulai mengalihkan perhatianya dari persoalan pendidikan
(SD) ke persoalan pembaharuan liturgi katolik di daerah misi dan dari daerah
misi Manggarai, pater Van Bekkum SVD banyak membahas masalah pembaharuan liturgi
gereja katolik dan hal tersebut mendapatkan banyak perhatian dari para peserta
kongres besar internasional terutama kongres liturgy di Asisi Roma.
Tanggal 11 juni 1952
pater Van Bekkum SVD mendapatkan kesempatan untuk berlibur cuti ke Eropa dan
Amerika, lalu kembali lagi ke Ruteng tanggal 13 juli 1953. Selanjutnya pada
bulan april 1956 pater Van Bekkum SVD berkunjung ke Italia dan Amerika dan kembali
lagi ke Ruteng tanggal 13 Maret 1957.
Masa cuti pertama pater Van Bekkum SVD di
manfaatkan untuk menyegarkan pikiran sementara ke Italia bertujuan untuk
menghadiri Kongres Pastoral Liturgi Internasional pertama yang berlangsung
tanggal 18 sampai dengan 22 september 1956 di Asisi Roma.
Sebelum kongres di
mulai terlebi dahulu diadakan kongres persiapan untuk 50 orang misionaris yang
datang dari berbagai Benua. Pater Van Bekkum SVD dan pater Hofinger SJ asal Manila, berperan
sebagai ketua dalam kongres persiapan itu.
Dalam kongres persiapan itu, fokus
utama pembahsan mereka adalah masalah pembaharuan dan penyesuaian liturgy di
tanah Misi, partisipasi umat dalam Ekaristi dan penggunaan bahasa Ibu atau
bahasa daerah setempat dalam pewartaan sabda.
Resolusi-resolusi kongres
persiapan itu dijadikan materi inti yang akan di sampaikan oleh pater Van
Bekkum SVD kepada pembesar Agama dalam kongres resmi.
Ketika kongres resmi
berlangsung pater Van Bekkum SVD berkesempatan mebawakan cerama dengan judul “The
Liturgical Renewal In The Service of Missions” atau dalam bahasa Indonesia di
sebut pembaharuan Liturgi untuk keperluan Misi.
Melalui ceramah tersebut, pater
Van Bekkum SVD menyampaikan pentingnya menggunakan bahasa ibu atau bahasa
setempat dalam pewartaan sabda. Ceramah pater Van Bekkum SVD ini mendapat
sambutan hangat dari peserta kongres dari perwakilan seluruh dunia.
Bulan januari 1962
pater Van Bekkum SVD mengambil cuti keberangkatanya kali ini terutama bertujuan
untuk mempersiapkan diri untuk mengadiri konsili vatikan II.
Pada konsili
vatikan ini, Pater Van Bekkum SVD membawakan makalah dengan judul “Adaptasi
Liturgi Ke Kebudayaan Indonesia”. Menurutnya perayaan tradisional di Indonesia seperti
pesta syukur panen, pesta penghormatan orang mati, dan pesta kebun baru dapat
di baptis dan di sucikan oleh gereja.
Selain itu, beliau menekankan pada
penggunaan bahasa daerah setempat agar umat terlibat secara aktif dalam ibadat
Gereja. Menurut pater Van Bekkum SVD konsep-konsep Revelasi dan inkarnasi harus
diterjemahkan secara baru sesuai dengan tuntutan Zaman dan kebutuhan manusia
serta kebudayaan.
Untuk maksud dan cita-cita ini, pater Van Bekkum SVD telah
mempertarukan kemampuan ilmiahnya dan keyakinan imanya selama konsili vatikan
II dengan memberikan kesaksian nyata berupa hasil dialog imanya dengan orang
dan budaya masyarakat Manggarai., serta analisis teologis, filosofis dan
etnografinya tentang percobaan pembaharuanya yang panjang.
Selama tahun-tahun
berlangsungnya konsili Vatikan II, pater Van Bekkum SVD bolak balik Roma –indonesia
untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk konsili Vatikan II.
Walau
demikian, kontak dengan umat katolik Manggarai tetap diperhatikanya lewat
surat. Secara khusus surat kepada Majelis Gereja, Guru Gama (guru agama) dan
para guru di sekolah.
Surat-surat itu selalu berjudul “di perjalanan” melalui
surat – surat tersebut pater Van Bekkum SVD selalu memberi peneguhan untuk umat
di Manggarai agar tetap teguh dalam iman dan membangun hubungan damai dengan
penganut agama lain.
Sekembalinya dari sidang
konsili Vatikan II, Pater Van Bekkum SVD dengan penuh semangat meningkatkan
pengintegrasian budaya asli Manggarai kedalam Liturgi Gereja Katolik.
Tahun
1972 uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD di pensiundinikan dari tugasnya sebagai
uskup Ruteng ketika itu uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD berusia 62 tahun.
Setelah
uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD melepas tugas mulia itu, uskup Wilhelmus Van
Bekkum SVD sempat ke Eropa sekembalinya dari Eropa 1978, pada tahun 1979-1985, uskup
Wilhelmus Van Bekkum SVD menangani sebuah anak paroki di wewo ponggeok
(sekarang kec satar mese) .
Karena usianya yang
semakin tua dan daya tahan tubuhnya semakin melemah, sejak tahun 1986 uskup
Wilhelmus Van Bekkum SVD menetap di Sverdi Ruteng.
Namun dalam usia senjanya
itu uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD tetap mengadakan kunjungan ke Wangkung,
Ngkor dan Cancar. Selain itu uskup Wilhelmus Van Bekkum SVD tetap melakukan
studi-studi mendalam tentang adat dan budaya Manggarai yang sudah mendara
daging dalam dirinya. Hal ini dilakukanya hingga akhir hayatnya.
Uskup Wilhelmus
Van Bekkum SVD wafat di rumah sakit cancar pada 11 Februari 1998 dan di
kuburkan di depan gereja katedral baru Ruteng Manggarai. Terima kasih uskup
Wilhelmus Van Bekkum SVD terima kasih pater Van Bekkum atas kerja kerasnya mengintegrasikan
budaya Manggarai ke dalam Liturgi gereja katolik.
Terima kasih juga atas
usahanya dalam merintis Buku Dere Serani yang hingga saat ini kami kumandangkan
di gereja-gerja. Maafkan kami anak-anak mu yang tak bisa mengargai usaha dan
kerja keras mu dalam menjaga dan melestarikan nyanyian Dere serani.
Penulis: Antonius Rahu |
Di kutip dari buku
sumber: Uskup Wilhelmus Van Bekkum Dan Dere Serani karya Bonefasius Jehandut
Baca Juga:
1.Ketika Pohon Uang Tak Lagi Menghasilkan Uang
2. Kopi Manggarai yang Telah Menyekolahkanku
3. Cowok Persiapkan Dirimu Sebelum Menikah,Jangan Buat Anak Gadis Orang Menderita
Baca Juga:
1.Ketika Pohon Uang Tak Lagi Menghasilkan Uang
2. Kopi Manggarai yang Telah Menyekolahkanku
3. Cowok Persiapkan Dirimu Sebelum Menikah,Jangan Buat Anak Gadis Orang Menderita