“Ketika
algoritma cinta memainkan peranan penting dalam menyampaikan sebuah maksud yang
terselubung, maka ada tanya yang selalu muncul di benak. Apakah algoritma cinta
yang merupakan representasi dari suatu maksud, selalu menjadi medium yang
tepat?”
OLEH
Antonius Rahu
Berbicara
tentang algoritma, jauh sebelum matematikawan fermat de pierre lahir tepatnya
di tanah arab sudah ada Abu Ja’far Muhammad Ibnu Musa Al-Khwarizmi dengan
dengan bukunya aljabar al muqabala yang artinya buku pemugaran dan pengurangan
(the book of restoration and reduction).dari buku tersebut kita juga
mendapatkan istilah aljabar (algebra) dan algoritma (algorithms).Algoritma
merupakan urutan langkah-langkah penyelesaian masalah yang disusun secara
sistematis dan logis".itu defenisi bakunya. Dalam hal ini algoritma telah
banyak menyelesaikan masalah yang rumit dan berbelit-belit, karena dalam bahasa
algoritma tersisip kata logis dan sistematis, logis artinya bisa di terima oleh
akal sehat, sedangkan sistematis berarti mengedepankan runut, atau tata cara
urutan kurang lebih seperti itu. Dalam konteks penyelesaian kasus tentu saja
terkadang antara logis dan sistematis ini sering berantem, hal ini kemudian
menjadikan algoritma kurang bekerja maksimal untuk menyelesaikan kasus.
Ketika
logika yang mengedepankan prinsip rasionalitas berpikir dan bertindak memainkan
peranan yang dominan, maka algoritma adalah medium yang tepat untuk
menyelesaikan persoalan yang sedang di pecahkan itu kalau kita bicara dalam
konteks matematika. Apabilah semesta pembicaraan kita adalah kasus yang bukan
matematika seperti hubungan percintaan misalnya maka, Logis yang merupakan asal
kata logika hanyalah sebuah penari latar yang peranya di kesampingkan.
Algoritma memainkan peran yang dominan dengan cara membegal habis-habisan
Logika. Hal ini kemudian melahirkan output baru yang di beri nama Logika Cinta.
Ya... logika cinta adalah turunan pertama dari Logika Matematika dengan cara
membegal habis-habisan logis dan sistematis kemudian menunggangi algoritma demi
mencapai tujuan. Hal ini tentu saja berbenturan dengan prinsip Logika
matematika yang kemudian melahirkan sebuah perseteruan yang hebat antara
keduanya yakni Logika Matematika VS Logika Cinta. Perseteruan itulah yang
kemudian di manfaatkan oleh sebagian kalangan untuk mendapatkan pembenaran atas
apa yang hendak di capainya. Dengan memakai Logika Cinta, maka segala sesuatu
yang bersifat irasional sekalipun akan di anggap rasional dan mendapatkan
legalitas yang kemudian bisa di praktekan pada hal ini sangat berbenturan
dengan Prinsip Logika Matematika. Perseteruan ini akan terus muncul dan tak
akan pernah bisa dilerai.
Semoga akan
ada kesadaran kepada setiap orang yang menganut asas Logika Cinta apa lagi
dirinya tahu jika yang dilakukan itu bertentangan dengan prinsip Logika yang
hakiki, hanya demi menyukseskan niat dan maksud terselubung lalu mengorbankan
orang lain. sehingga tidak ada lagi orang-orang yang dikorbankan dan harus
menanggung rasa sakit hati yang berkepanjangan.
tonny.