Oleh Antonius Rahu**
Dalam keramaian dan hiruk-pikuk kota metropolitan
aku terlarut. Seolah tak menghiraukan detik demi detik yang terus berjalan. Aku
terus berkutat dengan kesibukan dan kesibukan pikiran ku sudah di jejali oleh
kerjaan, tugas dan kuliah yang seolah datang mencuri waktu ku.
Telinga ku terkadang tuli, ketika mendengar lantunan
lagu-lagu natal yang di putar di pusat-pusat perbelanjaan. Mataku terkadang
kabur ketika melihat tulisan selamat Natal yang terpampang di tiap-tiap
persimpangan jalan.
Aku masih sibuk dengan kesibukan ku, sampai suatu
waktu ku buka ponsel dan ku baca pesan singkat dari ibu, “Nak selamat Natal baik-baik
di sana, ibu sangat merindukan mu” sejenak aku termenung. Aku terdiam seribu
bahasa rasa bersalah itu tiba-tiba muncul dalam hati.
Bersalah karena aku telah melewati tahapan persiapan
natal. Air mata tak lagi di bending, perasaan bersalah itu tiba-tiba hadir
begitu saja.
Sejenak aku bergegas ke kamar kecil mempersiapkan
diri menghadiri misa malam natal. Meskipun hati masih penuh dengan perasaan
bersalah, namun ada semacam niat dan tekad yang kuat. Tekad untuk menemui Sang
Juru Selamat di palungan.
Sang Juru Selamat yang telah rela hadir ke
tengah-tengah dunia, di lahirkan di tempat yang paling hina. Sang Juru Selamat
yang mau solider dengan kita manusia yang penuh dengan dosa seperti saya ini.
Di dalam gereja saya bertelut di hadapan kandang
Natal, sembari memohon ampun atas segala kesalahan saya selama ini. Terutama kesalahan
yang sering dilakukan aktivis sosial seperti saya ini adalah suka menyakiti
orang lain.
Lewat kritikan tajam saya sering melukai hati
orang-orang dan yang paling besar adalah dosa yang telah melupakan Tuhan karena
terlena dengan hiruk-pikuk keramaian kota.
Sejenak ada perasaan legah yang timbul dari dalam
hati, seolah ada bisikan dari dalam lubuk hati yang paling dalam.
“Nak persiapkan dirimu sekarang sambutlah kedatangan
NYA” aku bangkit berdiri dan kembali ke tempat duduk, dengan hati yang sedikit
legah.
Lampu-lampu gereja sekejap padam, sementara nyanyian Gloria in ex celcis
deo mengiringi pastor memasuki gereja. Lilin-lilin umat dinyalakan serentak
menerangi kegelapan dalam ruangan gereja malam itu.
Dalam hati aku bergumam “Tuhan Yesus terima kasih
Engkau telah memaafkan dan menerima aku dengan segala ketidakpantasan ku”
Selamat datang Tuhan Yesus.
Semoga kedatangan MU kali ini benar-benar membawah
pembaharuan dalam diri seorang Antonius Rahu.
Dan damai sejahtera yang Engkau Wartakan senantiasa
menyebar ke pelosok negeri. Negeri yang saat ini penuh dengan tindakan intoleran
dan SARA. ****
Tabe
natal latang ase ka,e Manggarai di manapun berada
SALAM
NATAL SALAM HANGAT DARI SAYA
ANTONIUS
RAHU
Denpasar 25 Des 2016