Pemilihan gubernur (Pilgub) Nusa
Tenggara Timur (NTT) segera berlangsung 2018.
Isu dan
geliat politik menyambut pesta demokrasi lokal ini sudah terasa di penghujung
tahun ini. Akan lebih hangat terasa bahkan suhunya akan terus meningkat selama
tahun 2017 yang tinggal menghitung hari kita masuki
.
Semoga
tak ada percikan api terpicu ulah gesekan-gesekan yang terjadi tak beraturan,
tak beretika, dan tak kenal kawan maupun lawan.
Bayak
calon Gubernur atau kandidat yang unggul mulai tampil ke permukaan dan
menyatakan niat untuk maju dalam kancah pilgub NTT 2018 ini.
Kita bisa
membedah satu per satu para kandidat ini, namun tentu ruang sempit ini tak
cukup menampung keluasan dan kedalaman elaborasi kita untuk semua calon.
Maka,
tanpa bermaksud mengabaikan kandidat lainnya, saya hanya membatasi pada dua
nama yang lagi tenar, yang kedua-duanya berasal dari Manggarai, Flores, yakni
BKH dan CHR.
Kepada
keduanya saya sampaikan sinyal karakteristik Pemilih NTT saat ini untuk
diperhitungkan.
Hubungi kami di WA 082342994060 untuk pemasangan Iklan |
Merawat
Ingatan
Ada satu
sosok gubernur hebat dari Manggarai yang patut kita banggakan, yakni Bapak Ben
Mboi. Setelah beliau, tidak ada lagi orang Manggarai yang menjadi Gubernur NTT.
Pada
zaman beliau memang tidak seperti sekarang suasana pilkadanya, yang mana suara
mayoritas pemilih menentukan kemenangan langsung.
Selain itu, banyak partai
yang terlibat saat ini dalam pesta rakyat merebut kekuasaan sebagai jalan
mendapatkan akses untuk mengabdi daerah sendiri. Semoga
saja niat para kandidat kita ini tidak pincang hanya untuk memperkaya diri dan
kroni-kroninya.
Manggarai
Raya, meliputi tiga Kabupaten yakni Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai
Timur, adalah salah satu pemilih terbesar dan amat diperhitungkan lawan.
Tetapi, sayang, beberapa kali pilgub, tak ada orang Manggarai yang menang.
Banyak
variabel penyebabnya. Salah satu yang paling berpengaruh adalah karena calon
dari Manggarai lebih dari satu. Politisi lawan dari daerah lain melihat potensi
suara terbesar ini sebagai cela untuk dipecah-pecah dengan adanya lebih dari
satu Kandidat Manggarai. Kita terlena pada akhirnya dan hang bao
jadinya.
Setali
tiga uang, hal yang sama terjadi pula dalam Pilgub 2018 nanti. Sekarang ini
sudah muncul dua sosok jagoan dari Manggarai yang sama-sama hebat, yakni Calon
Gubernur Beni K. Harman (BKH) dan calon Wakil Gubernur Christ Rotok (CHR).
Tidak
bisa ditampik begitu saja sumbangsih dan peran kedua tokoh Manggarai ini di
kancah lokal dan nasional. Dua-duanya
potensial, punya sumbangsih nyata dalam pembangunan dan macam-macam karya
mereka untuk rakyat.
Hanya soal lokus dan fokusnya saja yang berbeda. CHR
seorang Bupati Manggarai dua periode, sukses membangun infrastruktur Manggarai,
sukses mengantar pemekaran Manggarai menjadi tiga Kabupaten, dan cukup bersih
dari KKN, dan sebagainya.
Sementara
itu, BKH dikenal sebagai anggota DPR RI tiga periode, termasuk jajaran ketua
DPP Partai Demokrat, pernah sebagai Ketua Komisi III DPR RI, ketua fraksi,
aktif di bidang penanganan kasus hukum, dan kasus-kasus lainnya di NKRI ini,
dan sebagainya.
BKH dan
CHR adalah dua tokoh yang sama-sama hebat, sama-sama potensial di jalur
masing-masing, dan sama-sama konsen untuk membangun NTT.
Belajar
dari pengalaman, masihkah orang Manggarai menyodorkan dua tokoh sekaligus pada
Pilgub 2018 ini dengan harapan salah satunya gol?
Jajaran
pulau di Manggarai barat, Flores, NTT. [Istimewa]Mustahil!! Sebab, kita mau
memilih siapa dan untuk menjadi apa? Itu pertanyaannya.
Memilih
tokoh Manggarai untuk menjadi Gubernur NTT ataukah bekerja keras hanya untuk
memilih Wakil Gubernur NTT?
Boleh
jadi kita tidak peduli posisi kedua calon itu, entah sebagai wakil atau
gubernur, kita biarkan rakyat NTT memilih yang terbaik di antara mereka berdua,
bersama pasangan masing-masing.
Mari kita
diskusi secara rasional, tanpa ada nada pelecehan, fitnah, ujaran kebencian,
dan kampanye hitam lainnya di sini. Berharap kita menjadi pemilih yang cerdas.
Karakteristik
Pemilih NTT
Ada tiga
tipe/karakteristik pemilih di NTT.
Pertama, pemilih rasional, yang
mempertimbangkan rekam jejak seorang kandidat, kapasitasnya, tingkat
kepercayaan publiknya (trust), kapabilitasnya (kemampuan menangani masalah
urgen di daerah NTT, seorang people smart dan problem solver, bukan problem
maker).
Kedua, pemilih irasional (yang saya
maksudkan dengan irasional di sini bukan a-rasional, atau tidak pakai otak.
Tidak. Tetapi mereka yang mengutamakan kedekatan emosional dan keuarga), yang
cenderung fanatik, arogan yakin menang, dan primordial, pokoknya asal bukan
yang lain.
Ketiga, yang cukup bergeming di era
medsos ini, saya sebut pemilih muda yang sensasional. Tipe ketiga ini aktif di
dunia maya/medsos memantau kebutuhan NTT terkini, lalu membandingkan atau
merujuk pada isu/perkembangan nasional dan daerah lain, dan tidak segera
menentukan pilihan karena masih mengikuti perkembangan dan mempertimbangkan
urgensi kandidat yg tepat dan dibutuhkan untuk menjawab problem NTT saat ini.
Dari
ketiga tipe pemilih NTT ini, pemilih irasional masih menempati urutan pertama
dari sisi jumlah, diikuti pemilih sensasional, dan rasional.
Luna Maya
berlibur ke NTT. [Istimewa]Tetapi, jika pemilih sensasional menemukan
rasionalitasnya dalam membuat pilihan, mereka memperbesar jumlah pemilih
rasional sehingga scor menjadi 1:2 untuk pemilih irasional.
Sinyal
Dunia Maya Tak Secantik Luna Maya
Saya
tidak mau berandai-andai siapakah yang akan menang di dalam merebut hati para
pemilih NTT saat ini, BKH ataukah CHR.
Namun,
saya bisa memastikan bahwa era keterbukaan saat ini amat mempengaruhi keputusan
para pemilih kita.
Hampir
tak ada lagi sekat-sekat antarkota dan wilayah, bahkan di antara kita yang
dekat bisa menjadi jauh, dan yang jauh bisa menjadi dekat sebagai dampak
langsung dari kemajuan teknogi informasi di dunia dunia maya, yang sering kali
tampil tak secantik Luna Maya.
Penulis: Yon Lesek, pimpinan Redaksi
Penerbit Obor Indonesia tinggal di Jakarta
BACA JUGA