- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Derita Warga Elar Selatan Dan Amnesia Politik Anggota Dewan

    Tim Redaksi | Editor: Antonius Rahu
    04 Januari, 2017, 20:38 WIB Last Updated 2017-12-17T05:51:46Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1


    Oleh Antonius Rahu***

    Elar selatan merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di ujung timur kabupaten Manggarai Timur (Matim).


    Di Kecamatan ini terkubur jutaan berlian dan permata yang memiliki nilai jual tinggi. Sebut saja Kopi, Cengkeh, vanili, Kakao dan merupakan lumbung padi terbesar (Sawah Gising) di kabupaten yang sering dijuluki “bumi lopo-mekas” tersebut.

    Dengan latar belakang masyarakat yang berprofesi sebagai petani, Elar selatan seharusnya menjadi center of attention (pusat perhatian) dari pembangunan pemerintahan NTT umumnya dan Manggarai Timur khususnya.

    Elar Selatan seyogyanya menjadi daerah yg harus diperhatikan pembangunanya, mengingat wilayah ini menjadi granda terdepan pemerintahan Manggarai Timur. Apalagi bersentuhan dengan kabupaten Ngada.

    Namun apa yang terjadi? Kenyataan yang di temui di lapangan secara perlahan menegasikan dan pelan-pelan menggugurkan semua premis-premis tersebut.

    Elar selatan dibiarkan terkubur dalam masalah klasik yang mereka hadapi bertahun-tahun. seperti infrastruktur jalan, persoalana tapal batas yang sampai saat ini masih terkatung-katung penyelesaianya, serta sederet persoalan lain yang dibiarkan membesar.

    Menjadi warga yang bersentuhan langsung dengan warga Elar selatan, saya merasa sedih dan prihatin dengan penderitaan mereka.

    Elar Selatan selalu di jadikan political tools (alat politik) dalam perhelatan pilkada kaum-kaum elit.
    Hubungi kami di WA 082342994060 untuk pemasangan Iklan

    Janji demi janji bersliweran dan menina bobokan mekas- mekas dan lopo-lopo (sebutan khas warga Elsel) yang ada di Elar Selatan.

    Janji perbaikan jalan provinsi, penyelesaian sengketa tapal batas di elar selatan selalu menjadi komoditas yang laku keras di Elar selatan.

    Namun setelah terpilih, para wakil-wakil rakyat yang menjadi delegasi masyarakat berubah menjadi karyawan partai politik. Wakil rakyat yang seyogyanya menjaring dan menyuarakan aspirasi rakyat Elar selatan berpura-pura menderita amnesia.

    Maka ketika rakyat menagih janji sang anggota dewan waktu pilkada, jawaban sang anggota dewan adalah amnesia. Yakni penyakit yang menyebabkan orang lupa semua hal yang dilakukanya di masa lalu.

    Anggota dewan yang seharusnya menjadi perwakilan rakyat berubah menjadi dewan pemeras rakyat.

    Masyarakat Elar Selatanpun akhirnya gigit jari. Dalam bahasa manggarai kondisi ini di sebut “hang ba.o”.

    Dewan perwakilan rakyat seharusnya bisa menyuarakan aspirasi warga dari daerah konstituenya, namun yang terjadi malah kebalikanya. Teriakan dan rintihan warga tidak di gubris, sementara para dewan terhormat sibuk bersafari dan lupa akan tugas utamanya. 

    Akibatnya Elar Selatan tetap seperti yang dulu, bak iklan mobil Avanza “dari dulu hingga nanti”. Penderitaan warga Elar selatan selalu menjadi sorotan media-media lokal. Bahkan media Nasional, namun rupanya tidak ada perubahan sama sekali.

    Warga Elar selatan dibiarkan menikmati penderitaan yang dialaminya untuk di jadikan komoditas politik ketika musim pilkada berikitnya tiba.

    Ini sangat miris dan menyakitkan. Dewan perwakilan Rakyat yang menjadi perpanjangan tangan dari rakyat seharusnya bisa menyuarakan aspirasi masyarakat kepada eksekutif (pemerintahan) sehingga dalam program kerja eksekutif bisa terealisasi. 

    Namun apa yang terjadi? DPR kelihatanya mandul tidak bisa berbuat banyak.
    Sementara warga Elar Selatan dibiarkan menikmati penderitaanya. Sambil menunggu musim pilkada dan pileg berikutnya tiba. 
    Hubungi kami di WA 082342994060 untuk pemasangan Iklan

    Musim pileg dan plkada yang menjadikan isu infrastruktur jalan dan tapal batas sebagai komoditas politik untuk memenangkan pertarungan di manggarai timur, dan terpilih kembali menjadi anggota dewan. Ini bagaikan fungsi periodik dalam matematika.

    Lalu sampai kapan warga Elar Selatan dinina bobokan seperti ini? Tentu hanya warga Elar Selatan yang bisa menjawabnya.

    Penulis: Mahasiswa Tingkat Akhir Di IKIP PGRI Bali. Penasehat FORKOMEL Bali Bidang Politik dan pemerintahan.***

    Komentar

    Tampilkan

    ads