Perhelatan pilkada
serentak 2017 akhirnya berakhir juga, pesta demokrasi yang diselenggarakan
secara serentak tersebut berjalan dengan
aman dan lancar.
Kita patut bersukacita karena sejauh ini suasana terjaga.
Situasi itu pula yang terus kita harap hingga proses pilkada betul-betul
kondusif.
Hal ini tentu
berkat kerjasama antara penyelenggara dan pengawas pilkada, para kontestan,
serta aparat keamanan yang telah mati-matian memastikan hajatan politik pesta
demokrasi lancar digelar.
Kita memberikan apresiasi untuk warga, terutama
pemilik hak suara yang telah menggunakan hak mereka dengan penuh tanggung
jawab. Tingkat partisipasi di banyak daerah terbilang tinggi.
Memang dalam
perhelatan pemilu selalu ada pihak yang kalah dan menag. Jamak pula bagi kubu
pemenang untuk larut dalam kegembiraan dan mereka yang kalah tenggelam dalam
kekecewaan.
Namun, dalam pilkada sebagai perwujudan nyata demokrasi, jiwa
sportivitas semua kubu yang kita butuhkan. Yang menang jangan jemawa, yang
kalah mesti legawa. Siap menang siap kalah jangan cuma gagah di kata-kata.
Pilkada hanyalah
panggung rivalitas sementara. Begitu rivalitas usai, mereka yang berseteru
mesti kembali bersatu untuk bahu-membahu membangun daerah masing-masing.
Pilkada bukanlah ajang untuk memecah belah, bukan untuk menghadirkan
sekat-sekat pemisah, melainkan arena untuk memilih pelayan bagi semua kalangan.
Bagi sebagian
daerah yang segera memiliki pemimpin baru, kita mengucapkan selamat. Apa pun
latar belakangnya, mereka ialah pilihan mayoritas warga yang harus diterima
dengan lapang dada.
Namun, daerah lain, DKI Jakarta misalnya, harus menunda
keinginan untuk secepatnya memiliki pemimpin hingga lima tahun mendatang. Dari
hasil hitung cepat, tak satu pun dari tiga pasangan calon yang mendulang 50% +
1 suara sehingga persaingan harus diperpanjang di putaran kedua.
Hasil quick count
semua lembaga survei menunjukkan pasangan nomor urut 2, Basuki Tjahaja
Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan pasangan urut 3, Anies Baswedan-Sandiaga
Uno, paling banyak meraup suara.
Untuk menjadi pemenang sejati, mereka pun
mesti head to head di grand final pada 19 April mendatang. Agus Harimurti
Yudhoyono-Sylviana Murni terpental dari persaingan.
Jika boleh memilih,
kita sebenarnya ingin pilkada DKI Jakarta berakhir cukup satu putaran sehingga
gejolak dan suasana panas lebih cepat menjadi kenangan.
Akan tetapi, rakyat
Jakarta sudah memutuskan pilkada sangat mungkin harus berlangsung dua putaran
dan kita wajib menghormati pilihan itu. Karena pilkada DKI Jakarta mesti
dituntaskan dengan dua putaran, kita pun mesti semakin menguatkan hati karena
tensi tinggi masih lama beranjak pergi.
Hubungi kami di WA 082342994060 untuk pemasangan Iklan |
Hanya saja, kita
boleh meyakinkan diri bahwa situasi tetap akan terkendali. Kita telah
membuktikan bahwa sesengit apa pun persaingan, sepanas apa pun situasi, pilkada
tetap berjalan aman.
Tak berlebihan jika disebutkan bahwa bangsa ini semakin
dewasa dalam berdemokrasi. Sikap seperti itulah yang wajib kita jaga sehingga
pilkada serentak 2017 tak hanya benar-benar berakhir aman, tetapi juga berhasil
melahirkan pemimpin yang memang layak menjadi pemimpin.
Antonius Rahu merupakan bloger mudah dari Manggarai Timur, memiliki hobbi menulis, alumnus SMANSA Ruteng saat ini menetap di Denpasar Bali
Baca Juga