[Congkasae.com/Artikel] Mungkin sebagian orang Manggarai masih ingat dengan syair
lagu salah satu group legendaris Manggarai yakni Lalong liba.
Dalam sebuah lagunya bercerita tentang tanah Manggarai yang
amat luas, salah satu syair lagu tersebut berbunyi demikian, “Manggarai e tanah
ge, selat Sape rahit sale’n Wae Mokel awon ta”.
Nama wae Mokel memang selalu disebut dalam syair lagu-lagu
Manggarai, karena WaeMokel merupakan perbatasan timur kabupaten Manggarai.
Wae Mokel merupakan sumber penghidupan bagi ratusan bahkan
ribuan warga Manggarai yang berdomisili di sepanjang aliran sungai ini.
Hamparan sawah membentang luas, sepanjang pesisir aliran
sungai sementara dari kejauhan terdengar teriakan para petani menghalau kerbau.
Itulah yang tampak dirasakan ketika Congkasae.com mendatangi
persawahan yang terletak di Eduk, desa Mokel Morit kecamatan Kota komba
Manggarai Timur beberapa waktu lalu.
Rupanya saat ini para petani memasuki wulang ckeng (Musim
tanam), para petani pun sibuk mengolah lahan sawah mereka agar dapat ditanami
padi.
Salah satu sumber pengairan yang paling diandalkan warga
sekitar sungai adalah Wae Mokel.
Wae Mokel bisa menjadi sumber air yang bisa mengairi puluhan
bahkan ratusan ha persawahan warga.
Di musim hujan seperti saat ini, para petani di beberapa
desa sekitar Wae Mokel harus hati-hati apabila melewati sungai ini.
Pasalnya, debit air bisa saja bertambah secara tiba-tiba
meski tidak hujan sekalipun. Hal tersebut terjadi karena di bagian hulu sungai
sedang terjadi hujan.
Bila Wae Mokel murka, Ia bisa menghancurkan segalanya,
menyapu bersih persawahan warga sekitar pesisir sungai, bahkan bisa
menghanyutkan hewan ternak serta manusia sekalipun.
Dalam kondisi tersebut, warga sekitar menyebutnya dengan
istilah “Mbang”. Warga sekitar tahu persis karakter Wae Mokel, oleh karenanya
bila musim hujan tiba, warga selalu hati-hati ketika melewati salah satu sungai
terpanjang di Manggarai itu.
Hal berbeda ditemukan jika musim kemarai tiba, Wae Mokel
akan memberikan berkah bagi warga sekitar.
Bila musim kemarau, debit air sungai akan berkurang, ini
saat yang tepat bagi warga sekitar untuk mengobok-obok sungai Wae Mokel,
mencari Ikan, udang dan sebagainya untuk dijadikan lauk.
Warga sekitar menyebutnya dengan istilah “Dau’u” yakni
kegiatan mencari ikan di sungai ini.
Di saat musim kemarau tiba, Wae Mokel juga berfungsi sebagai
sumber kehidupan bagi padi para petani yang ada di pesisir sungai.
Disaat sungai lain mengering, Wae Mokel tetap menjadi ibu
bagi para petani yang menggantungkan hidupnya pada Wae Mokel.