[Congkasae.com/Lejong] Hidup
memang tak semudah membalikan telapak tangan, semua butuh perjuangan dan proses
yang panjang untuk meraih kesuksesan.
Itulah prinsip yang dipegang teguh oleh
Kristina Billy seorang mahasiswi semester VII di salah satu perguruan tinggi di
Bali. Terlahir dalam
keluarga dengan ekonomi lemah lantas tidak mematahkan semangat Kristina untuk
mewujudkan impiannya.
Terbukti, semenjak duduk di bangku SMP putri ke dua dari
pasangan alm Albertus Billi Padi dan ibu Adriana Denga Wola ini sudah meraih
beasiswa pelajar berprestasi.
Predikat siswa
terpintar juga ia pertahankan sampai SMA semenjak duduk di kelas X sampai kelas
XII di SMA St. Alfonsius Wetebula, Sumba
Barat Daya, provinsi NTT,
Kristina selalu meraih ranking pertama di sekolahnya. Kaernanya Kristina selalu mendapatkan beasiswa dari lembaga pendidikan
tersebut. Sayangnya mimpi
Kristina untuk melanjutkan pendidikan tinggi sempat terganjal oleh keadaan
ekonomi yang dialami keluarganya.
“Ayah saya sudah
meninggal sejak saya duduk di bangku SMP kelas VIII, sementara ketiga kaka saya
sudah menikah, dalam keluarga kami tidak ada yang laki-laki, jadi ibu harus
banting tulang untuk membiayai pendidikan saya, tapi ibu hanya mampu sekolahkan
saya sampai SMA saja, ini merupakan sebuah kondisi yang saya alami saat
itu,”kata Kristina Bili ketika dihubungi Congkasae.com di Denpasar baru-baru
ini.
Melihat kondisi
yang dialaminya, Kristina rupanya tidak patah semangat, Ia lantas meminta restu
sang ibu kala itu, agar mengizinkannya
merantau ke Bali.
Dalam benak gadis kecil asal SBD itu, jika yang lain bisa
merantau mengapa ia tidak?
Berbekalkan
informasi dari ponakannya yang duluan merantau di Bali, pada tahun 2013, Kristina
meninggalkan kampung halamannya di desa We,epatando, kecamatan Wewewa timur,
kabupaten Sumba Barat Daya (SBD).
“Saya hanya
nekat saja waktu itu, dalam hati saya hanya satu impian yakni bisa bekerja
sambil kuliah, saya bersedia bekerja apa saja sepanjang itu halal,”ucapnya.
Sebenarnya,
menurut Kristina, sudah banyak anak muda dari desanya yang sudah merantau ke
Bali, namun sayangnya hanya satu dua orang saja yang kuliah, itu pun kebanyakan
yang putus di tengah jalan alias kuliahnya tidak selesai.
“Sesampainya
saya di Bali, pertamanya saya dapat kerja di salah satu vila di kawasan
Uluwatu, namun karena terlalu jauh dari ponakan akhirnya saya pindah ke
Denpasar,”kisahnya.
Di Denpasar,
Kristina rupanya bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga alias PRT. Dengan gaji
PRT yang tidak seberapa, Kristina mengaku rajin menabung kala itu.
Apalagi
sebagai PRT Kristina diberi tempat tinggal oleh sang majikan, ini merupakan
kesempatan baik bagi gadis Sumba Barat Daya itu untuk mewujudkan impiannya.
“Setelah hampir
setahun saya bekerja di majikan itu, saya meminta ijinnya agar saya bisa sambil
kuliah sore harinya, kebetulan majikan saya juga orangnya baik sekali, beliau
langsung mengiyakan permintaan saya,”katanya.
Berkat ketekunan
dan kepolosannya, Keristina juga diberikan sepeda Motor dan Laptop oleh
majikannya untuk menunjang perkuliahan gadis SBD itu.
“saya rasa
sepertinya saya sedang tinggal dengan bapa mama di Sumba, mereka (Majikan) itu
baik sekali,”aku nya. Sebagai seorang
mahasiswa, Keristina tentu kerap ditanyai oleh rekan bahkan dosennya terkait
pekerjaanya di Bali, namun gadis SBD itu tidak malu mengatakan jika Ia bekerja
sebagai Pembantu Rumah Tangga.
Suatu ketika,
menurut Kristina, sang dosen pernah menanyakan perkerjaan kepadanya. Dengan
tegas Kristina menjawab kalau dirinya bekerja sebagai PRT di salah satu rumah
tangga.
“Dosen saya
langsung bilang, kok bisa ya, Seorang mahasiswi bekerja sebagai PRT? Saya
langsung bilang sama beliau kala itu, ya bisa saja pak yang penting
halal,”kisah Kristina.
Saat ini Kristina
sedang menyusun Proposal untuk skripsinya, selama ini biaya kuliahnya dibayar
menggunakan gajinya sebagai Pembantu Rumah Tangga, tak jarang Kristina harus
mengirimi sang Ibu di kampung terutama ketika hari raya Natal tiba.
Kristina
berpesan kepada kaum muda asal NTT yang ada di Bali untuk meninggalkan gengsi
dalam dirinya, jika ingin sukses.
“Kebanyakan kita
orang timur ini kan gengsi dan malu ya, jika bekerja di sektor rumah tangga,
saya berpesan tinggalkan itu semua, tetap jujur dan rajin, maka atasan pasti
memperhatikan kita, dan apapun impian kita pasti akan tercapai,”katanya.
Setelah lulus kuliah Kristina berencana akan
pulang ke kampung halamannya untuk membangun dunia pendidikan, mengabdikan
dirinya untuk generasi penerus di Sumba Barat Daya.***