Oleh: Eman Jabur
Indonesia
adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat setelah China, India dan
Amerika. Dilansir dari situs “tribunnews.com”disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI Tjahjo
Kumolo,
jumlah penduduk Indonesia per 30 Juni 2016 sebanyak 257.912.349 jiwa.
Dengan jumlah penduduk yang banyak,lalu kemudian
tidak dibarengi dengan kualitas yang baik maka tentu hanya akan menjadi beban
baginegara.
Oleh sebabnya meningkatkan kualitas manusia atau sumber daya
manusia (SDM) sudah seharusnya menjadi titik pusat perhatian pemerintah dalam
membangun negeri ini.
Seperti yang kita tahu bahwa berkembangnya suatu
negara menjadi negara maju bukan serta merta karena sumber daya alamnya tetapi
juga karena sumber daya manusianya.
Bahkan ada beberapa negara di Asia seperti
Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura yang pembangunannya maju
meskipun tampa sumber daya alam yang berlimpah.
Indonesia sendiri terkenal dengan sumber daya alam
yang berlimpah. Namun pada kenyataannya sumber daya alam yang berlimpah itu
tidak cukup untuk membuat negara ini berkembang maju. Mungkinkah kekayaan alam
yang melimpah itu adalah kutukan?... Bisa jadi.
Opini lain mengatakan keadaan yang membuat Indonesia sulit berkembang adalah karena infrastrukturnya kurang
memadai. Jadidua hal ini yaitu kulitas SDM dan infrastrukturmasih menjadi
masalah akut di Negeri ini.
Jika demikian halnya pihak yang mestinya
bertanggung jawab adalah yang pertama pemerintah lalu kemudian disusul oleh
Masyarakat. Dalam hal ini pemerintah seharusnya merencanakan pembangunan
infrastruktur dan SDM secara serius, sedangkan Masyarakat harus peka dan mau
menyukseskan program pemerintah tersebut.
Masalah
sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Laporan
World Economic Forum (WEF) yang dirilis Rabu (13/9). Dalam laporan berjudul Global Human Capital Report 2017, yang
mengkaji kualitas SDM di 130 negara berdasarkan sejumlah indikator yang
dipakai,
Indonesia berada di urutan ke-65, naik tujuh peringkat jika
dibandingkan dengan tahun lalu.Namun, secara rata-rata kualitas SDM Indonesia masih
berada di bawah negara ASEAN lainnya, seperti Singapura (11), Malaysia (33),
Thailand (40), dan Filipina (50).
Laporan
itu memotret seberapa berkualitas SDM di tiap-tiap golongan umur lewat empat
elemen indikator human capital, yakni capacity
(kemampuan pekerja berdasarkan melek huruf dan edukasi), deployment (tingkat partisipasi pekerja dan tingkat pengangguran),
development (tingkat dan partisipasi
pendidikan), dan know-how (tingkat
pengetahuan dan kemampuan pekerja serta ketersediaan sumber daya) di tiap
negara.
Sedangkan dalam Visi Econonica Edisi 40 Warmadewa
sebuah artikel yang ditulis oleh Ida Ayu Sri Meitri mengatakan bahwa ada dua
hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu: yang pertama
adanya
ketimpangan anatara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja yaitu jumlah
angatan kerja lebih banyak dari pada jumlah kesempatan kerja.
Keduatingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relative
rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi
pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2%.
Kedua masalah diatas menunjukan rendahnya angka kualitas
kerja dan kesempatan kerja berbanding lurus dengan alasan mengapa Indonesia
tidak pernah berkembang maju.
Kondisi Infrastruktur Indonesia
Seperti
yang disampaikan diawal tulisan yaitu salah satu yang menghambat perekonomian
Indonesia saat ini adalah lambatnya pembangunan infrastruktur. Hal ini ditandai
dengan kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur atau prasarana.
Baik
infrastruktur "keras" (yang merujuk kepada jaringan fisik seperti
jalan dan bandara) maupun infrastruktur "non-fisik" atau
"lunak" (seperti pasokan listrik, kesejahteraan sosial dan kesehatan)
Indonesia tampaknya memiliki kesulitan untuk mendorong pengembangan struktural
dan secara cepat.
Dalam Global
Competitiveness Report 2015-2016, yang disusun oleh lembaga World
Economic Forum (WEF), Indonesia menempati urutan ke-62 dari 140 negara dalam
hal pembangunan infrastruktur. Peringkat yang bertahan di standar rata-rata,
namun justru menyebabkan beberapa masalah besar dalam perekonomian Indonesia.
Sejak pemerintah Orde Baru yang otoriter di bawah
kepemimpinan Suharto diganti dengan era reformasi pada akhir
1990-an, pengembangan infrastruktur di Indonesia tidak sejalan dengan kecepatan
pertumbuhan ekonomi yang kuat. Akibat kurangnya infrastruktur, pertumbuhan ekonomi Indonesia gagal
mencapai potensi penuh.
Upaya untuk meningkatkan SDM dan
tercapainya Infrastruktur yang memadai
Untuk menyiapkan SDM, pendidikan tetap menjadi
jalan utama. Dalam hal ini, pendidikan untuk semua (education for all) menjadi pekerjaan yang perlu dituntaskan. Bukan
sekadar pemerataan,
Tetapi juga peningkatan kualitas. Upaya tersebut yaitu
seperti melakukan gerakan pendidikan anak usia dini serta penuntasan dan
peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Di samping itu perluasan akses ke perguruan tinggi
juga disiapkan melalui pendirian perguruan tinggi negeri di daerah perbatasan
dan memberikan akses secara khusus kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan
kemampuan ekonomi tetapi memiliki kemampuan akademik yang baik.
Dalam
rangka menggenjot pembangunan infrastruktur menjadi lebih masif, pemerintah
harus terus melakukan inovasi untuk merancang skema pembiayaan yang lebih
luwes. Inovasi itu adalah dengan tidak hanya mengandalkan kantong APBN untuk
membangun infrastruktur.
Maka,
selain badan usaha milik negara (BUMN), pihak swasta pun harus terlibat aktif
mendanai infrastruktur. Bahu-membahu itu diharapkan mempercepat pembangunan
sehingga dampak kehadiran infrastruktur bisa segera dirasakan publik.
Dengan semakin baiknya kualitas SDM dan Infrastruktur Indonesia maka
cita-cita luhur yaitu menjadi bangsa yang
sejahterah dan damai akan menjadi sebuah keniscayaan. Maka pada gilirannya
Indonesia akan menjadi bangsa yang disegani oleh dunia Internasional.
Penulis merupakan bloger, memiliki hobi membaca dan menulis, saat ini tinggal di Denpasar Bali