Atap alang-alang boleh musnah
Dilalap kobaran api
Tapi roh leluhur tetap hidup
Menjiwa pada seluruh
jiwa
Anak cucu keturunannya
Puing-puing bangunan Sa'o Ngaza *)
Menggores luka di kedalaman hati
Tapi tidak untuk meluluhkan hasrat
Karena jiwa dan raga
anak keturunan
Masih kuat untuk kembali tegak berdiri
Ngadhu ) dan bhaga)
boleh dilahap api
Lebur pada debu tanah leluhur
Tapi namanya tetap
kuat tertanam
Dalam aliran darah para pewarisnya
Esok di saatnya
dibangun kembali
Batu-batu magis di
kuburan leluhur
Pada ture*) mesbah persembahan
Dan tiang batu bermakna nama besar
Akan tetap ada di
kampung kesuburan
Menyongkong jiwa
untuk bangkit.
Jiwa-jiwa tulus masih dilahirkan
Untuk menyusun kembali
Batu-batu yang berserakan
Menyulam kembali bilah-bilah kayu
Menjadi rumah bersemayam leluhur
Ritual-ritual akan
tetap berakar
Di tengah cucuran keringat pengabdian
Kekuatan anak cucu suku keturunan
Akan mendirikan tiang
yang kokoh
Dan leluhur
merangkul dengan cinta
Kampung kita
Leluhur kita
Jiwa kita
Kehidupan kita
Selamanya tak akan
termusnahkan
Denpasar, 29 Agustus 2018
Mengenang Terbakarnya Kampung Maghilewa (1990), Kampung Watu
( 2016 ) dan Kampung Gurusina.*) Mohon kebaikan dari mosalaki DR. Vian Watu untuk mejelaskan artinya. Terima
kasih mosalaki.
Agus Thuru |
Agus Thuru merupakan wartawan senior kelahiran Ngada, Flores, NTT. Saat ini menetap di Denpasar.