***Catatan Antonius Rahu***
[Congkasae.com/Sosbud] Entah kenapa, pagi ini saya memiliki hasrat untuk menulis lagi tentang budaya Belis yang ada di Manggarai.
Setelah dua tahun lalu, saya mengangkat topik yang sama di Congkasae.com dan menuai banyak keritikan pujian bahkan cacian yang dialamatkan pada saya.
Semuanya saya terima sebagai akibat dari apa yang sudah saya tulis itulah resiko jadi penulis hahaha.
Jadi ceritanya begini, kemarin ini saya kebetulan mengikuti jalan salib di gereja, di depan saya itu kebetulan duduk dua orang gadis cantik dari Manggarai.
sementara yang duduk sederet dengan saya ada dua orang yang satu dari Sumba dan yang satunya lagi dari Kupang yang lainnya saya tidak sempat tanya, karena saya bukan petugas sensus penduduk ooopsss.......!!!
Sejak awal kami terus memperhatikan dua orang perempuan cantik yang duduk di depan kami, parasnya yang ayu dengan rambut lurus sebahu kembali mengingatkan saya pada Moni sang mantan pacar yang pergi meninggalkan saya.
sementara yang satunya lagi berbadan ramping rambut ikal yang diikat dengan jepit rambut warna hitam. Keduanya beberapa kali terlihat berbicara dalam bahasa Manggarai dengan intonasi yang pelan.
Sementara dua orang laki-laki yang duduk sederet dengan saya mulai memberi kode kami rupanya terperangkap dalam situasi yang sama yakni mencari cela untuk bisa ngobrol dengan dua gadis cantik itu.
Tibalah saatnya brow yang dari Kupang itu bertanya pada temannya, dengan pelan dia berbisik, "Ini cewek depan ni pasti dari Manggarai e...."
Pertanyaan itu langsung disahut oleh teman yang duduk sebelahnya, "Iya ni brow, kau tau to Manggarai Belis mahal, saya tidak punya uang 200 juta,"katanya diikuti cekikan tawa pelan.
Mendengar itu saya langsung terdiam dan bertanya dalam hati, "seperti inikah pandangan orang luar tentang Belis di Manggarai?"
"Kalau ini terus dibiarkan maka kasihan saya punya weta-weta lama-lama tidak dapat suami semua, karena orang takut meminang gadis Manggarai,"gumamku dalam hati.
Karena itu sebagai orang yang dari nenek, kakek sampai buyut saya asli orang Manggarai, saya wajib meluruskan kesalah pahaman ini.
Jadi begini brow,,,, bagi kalian yang bukan berasal dari Manggarai atau mungkin juga asli orang Manggarai tapi berminat untuk menikah dengan orang luar karena takut Belis.
Coba baca baik-baik tulisan jelek ini semoga membantu meluruskan pemahaman yang sedikit menyimpang itu.
Kapan Pertama Kali Lahirnya Belis?
Menurut sejarah yang saya baca dalam sebuah buku tulisan Sosiolog UI Robert MZ Lawang, belis di Manggarai itu ada sejak adanya wabah penyakit cacar yang melanda daerah itu ratusan tahun silam.
Penyakit cacar itu mengakibatkan banyak orang Manggarai yang meninggal, waktu itu belum ada medis seperti saat ini, sabun juga belum ada kalau mandi mereka hanya gosok pakai daun sikat gigi juga gosok pakai daun.
Nenek saya alm Rosalia Ja'ung pernah menunjukan daun itu dulu pas saya masih ingusan, saya lupa nama daunnya tapi sampai sekarang daun itu ada di Manggarai.
Wabah penyakit cacar ini juga menyebabkan populasi orang Manggarai pada saat itu menurun drastis, beberapa wa'u atau klen bahkan hampir punah.
Dalam kondisi seperti itu perempuan dianggap bibit atau (Ni'i) yang paling berharga, karena hanya perempuan yang bisa melahirkan, selain itu tidak bisa.
Untuk mempertahankan wa'u atau klen tadi, maka perempuan Manggarai dianggap sebagai penerus keturunan, dan karenanya harus dihargai.
Sejak saat itu setiap kali ada orang yang meminang Molas Manggarai (gadis Manggarai) harus membawa serta Babi, Kambing, Sapi, Kerbau, emas perak, termasuk budak atau mendi (bagi keturunan kraeng).
Semuanya diserahkan pada keluarga asal perempuan kami menyebutnya dengan istilah Anak Rona, sementara kita dari pihak laki-laki disebut Anak Wina.
Tujuannya bukan untuk membeli atau menukar sang perempuan, tapi sebagai bentuk apresiasi bagi keluarga perempuan yang kita pinang.
Mengapa diapresiasi? karena setelah menikah Molas Manggarai itu akan ikut kita, dia akan meninggalkan ibu bapaknya dan rela menderita bersama kita.
Menderita karena disuruh tumbuk padi, masak nasi, kasi makan babi, urus kita punya anak, dapat omelan dari kita punya mama (mama mantunya dia), belum lagi kalau brow memiliki hobi Pukul perempuan dan sederet penderitaan lainnya.
Maka itu merupakan Neraka bagi brow punya istri, tapi apakah dia mengeluh dan minta cerai? oh tidak brow haram hukumnya bagi Molas Manggarai untuk minta cerai apa lagi kalau sudah dibelis mahal dia akan setia padamu brow.
Pegang baik-baik omongan saya, kalau omongan saya tidak bisa dipegang cukup pegang mulut saya hahahaha.
Apakah Ada Keharusan Untuk Melunasi Belis?
Setelah dua tahun lalu, saya mengangkat topik yang sama di Congkasae.com dan menuai banyak keritikan pujian bahkan cacian yang dialamatkan pada saya.
Semuanya saya terima sebagai akibat dari apa yang sudah saya tulis itulah resiko jadi penulis hahaha.
Jadi ceritanya begini, kemarin ini saya kebetulan mengikuti jalan salib di gereja, di depan saya itu kebetulan duduk dua orang gadis cantik dari Manggarai.
sementara yang duduk sederet dengan saya ada dua orang yang satu dari Sumba dan yang satunya lagi dari Kupang yang lainnya saya tidak sempat tanya, karena saya bukan petugas sensus penduduk ooopsss.......!!!
Sejak awal kami terus memperhatikan dua orang perempuan cantik yang duduk di depan kami, parasnya yang ayu dengan rambut lurus sebahu kembali mengingatkan saya pada Moni sang mantan pacar yang pergi meninggalkan saya.
sementara yang satunya lagi berbadan ramping rambut ikal yang diikat dengan jepit rambut warna hitam. Keduanya beberapa kali terlihat berbicara dalam bahasa Manggarai dengan intonasi yang pelan.
Sementara dua orang laki-laki yang duduk sederet dengan saya mulai memberi kode kami rupanya terperangkap dalam situasi yang sama yakni mencari cela untuk bisa ngobrol dengan dua gadis cantik itu.
Velania (baju putih) bersama Elen Duhari dalam suatu kesempatan di kampus IKIP PGRI Bali (Foto istimewa) |
Tibalah saatnya brow yang dari Kupang itu bertanya pada temannya, dengan pelan dia berbisik, "Ini cewek depan ni pasti dari Manggarai e...."
Pertanyaan itu langsung disahut oleh teman yang duduk sebelahnya, "Iya ni brow, kau tau to Manggarai Belis mahal, saya tidak punya uang 200 juta,"katanya diikuti cekikan tawa pelan.
Mendengar itu saya langsung terdiam dan bertanya dalam hati, "seperti inikah pandangan orang luar tentang Belis di Manggarai?"
"Kalau ini terus dibiarkan maka kasihan saya punya weta-weta lama-lama tidak dapat suami semua, karena orang takut meminang gadis Manggarai,"gumamku dalam hati.
Karena itu sebagai orang yang dari nenek, kakek sampai buyut saya asli orang Manggarai, saya wajib meluruskan kesalah pahaman ini.
mahasiswa Manggarai berpose dengan romo Vikjen keuskupan Denpasar |
Jadi begini brow,,,, bagi kalian yang bukan berasal dari Manggarai atau mungkin juga asli orang Manggarai tapi berminat untuk menikah dengan orang luar karena takut Belis.
Coba baca baik-baik tulisan jelek ini semoga membantu meluruskan pemahaman yang sedikit menyimpang itu.
Kapan Pertama Kali Lahirnya Belis?
Menurut sejarah yang saya baca dalam sebuah buku tulisan Sosiolog UI Robert MZ Lawang, belis di Manggarai itu ada sejak adanya wabah penyakit cacar yang melanda daerah itu ratusan tahun silam.
Penyakit cacar itu mengakibatkan banyak orang Manggarai yang meninggal, waktu itu belum ada medis seperti saat ini, sabun juga belum ada kalau mandi mereka hanya gosok pakai daun sikat gigi juga gosok pakai daun.
Tarian Rangkuk Alu dari Manggarai |
Nenek saya alm Rosalia Ja'ung pernah menunjukan daun itu dulu pas saya masih ingusan, saya lupa nama daunnya tapi sampai sekarang daun itu ada di Manggarai.
Wabah penyakit cacar ini juga menyebabkan populasi orang Manggarai pada saat itu menurun drastis, beberapa wa'u atau klen bahkan hampir punah.
Dalam kondisi seperti itu perempuan dianggap bibit atau (Ni'i) yang paling berharga, karena hanya perempuan yang bisa melahirkan, selain itu tidak bisa.
Untuk mempertahankan wa'u atau klen tadi, maka perempuan Manggarai dianggap sebagai penerus keturunan, dan karenanya harus dihargai.
Sejak saat itu setiap kali ada orang yang meminang Molas Manggarai (gadis Manggarai) harus membawa serta Babi, Kambing, Sapi, Kerbau, emas perak, termasuk budak atau mendi (bagi keturunan kraeng).
Semuanya diserahkan pada keluarga asal perempuan kami menyebutnya dengan istilah Anak Rona, sementara kita dari pihak laki-laki disebut Anak Wina.
Tujuannya bukan untuk membeli atau menukar sang perempuan, tapi sebagai bentuk apresiasi bagi keluarga perempuan yang kita pinang.
Mengapa diapresiasi? karena setelah menikah Molas Manggarai itu akan ikut kita, dia akan meninggalkan ibu bapaknya dan rela menderita bersama kita.
Menderita karena disuruh tumbuk padi, masak nasi, kasi makan babi, urus kita punya anak, dapat omelan dari kita punya mama (mama mantunya dia), belum lagi kalau brow memiliki hobi Pukul perempuan dan sederet penderitaan lainnya.
Maka itu merupakan Neraka bagi brow punya istri, tapi apakah dia mengeluh dan minta cerai? oh tidak brow haram hukumnya bagi Molas Manggarai untuk minta cerai apa lagi kalau sudah dibelis mahal dia akan setia padamu brow.
Pegang baik-baik omongan saya, kalau omongan saya tidak bisa dipegang cukup pegang mulut saya hahahaha.
Apakah Ada Keharusan Untuk Melunasi Belis?
Nah ini pertanyaan yang sering ditanyakan orang luar Manggarai, apakah kalau dibelis 200 juta itu wajib kita bawa uang cash 200 juta?
Tidak brow,,, ingat baik-baik jawabannya tidak mesti.
Yang benar saja brow?
iya benar, kalau tidak benar pegang mulut saya hahaha.
Jadi begini ceritanya brow kalau kalian punya bapak mantu itu minta belis 200 juta itu sebenarnya bukan uang cash yang harus dilunasi.
Angka nominalnya memang sebesar itu, tapi semuanya bisa dinegosiasi, intinya kembali kepada kepiawaian juru bicaranya brow (tongka) dengan juru bicara calon istrinya brow.
Mengapa angkanya sampai 200 juta?
Karena memang filosofinya Molas Manggarai itu memang sangat berharga di mata kami orang Manggarai (baca lagi sejarah awalnya Belis)
Sesuatu yang berharga harus diapresiasi donk dengan sesuatu yang berharga juga, sebenarnya ada beberapa alasan mendasar mengapa nilai belis itu selalu mahal, nanti akan diurakian secara gamblang di bawah, makanya baca arikel ini sampai kelar baru bole komen hehehe.
Kendati demikian tidak ada keharusan untuk melunasi semua belis yang ditetapkan itu lagian sebagian uang belis yang kalian bawah itu akan dikembalikan ke kalian koq brow, dalam bentuk barang kami menyebutnya dengan istilah Wida.
Mengapa Belis itu Mahal Sekali?
Lagi-lagi omongin besaran belis yang mahal, sebenarnya bukan cuman kalian koq yang mengeluhkan itu, dulu saya juga sempat mengeluh.
Karena saya belum pahami budaya ini secara utuh, makanya lahirlah kesalahan penafsiran, bahwasannya besaran belis itu dibaca secara linera ternyata itu dosa terbesar yang sempat saya lakukan hehehe.
Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa belis itu selalu mahal berikut alasannya.
Yupp.....alasan ini cukup mendasar, karena dalam budaya Manggarai kami menganut budaya Patrilineal (mengikuti garis keturunan ayah)
Makanya perempuan itu dinomor duakan dalam setiap aspek kehidupan, meski demikian brow jangan serta merta menyiksa istrimu brow.
Karena dialah penerus keturunanmu, dia pula yang memasak makanan buatmu, menyusui anakmu menumbuk kopi yang setiap pagi kamu seruput itu.
Bahkan dia rela meninggalkan kemegahan di rumah orang tuanya dan rela menderita bersama mu, jadi masih mau menyiksa dia? Dosa brow.....!!
Yang ini juga menjadi alasan buat orang tua istrimu, jadi Belis yang mahal sampai 200 juta itu sebenarnya hanyalah jebakan badman dari anak rona buat kalian anak wina.
Koq bisa jebakan badman brow?
Iya jadi kembali lagi ke sejarah lahirnya belis tadi kan awal mulanya karena kekurangan penerus keturunan terutama untuk mempertahankan eksistensi wa.u.
Nah di saat seperti itu, pihak anak rona masih menginginkan agar hubungan antara keluargamu dengan keluarga istrimu akan tetap akrab terjalin.
Makanya ditetapkan belis yang besar dan tidak masuk akal itu, tujuannya agar keluargamu tidak mampu membayar lunas.
Molas Manggarai Vela |
Jika tidak bisa bayar lunas maka kedua juru bicara dari keluargamu dan keluarganya akan sepakat untuk membangun hubungan kekerabatan melalui ikatan woe nelu (hubungan anatara anak wina dan anak rona).
Dari sini pula lahirnya anak rona dan anak wina itu, sisa belis yang kamu belum lunas itu nanti akan dilanjutkan dalam bentuk sida.
Sida itu sendiri sebuah bentuk partisipasi bagi anak wina (brow dan isterimu) manakalah di rumah mertua kamu ada hajatan biasanya dalam bentuk uang atau hewan seperti ayam, babi, kambing.
Kalau kamu tidak punya pas sida juga tidak apa-apa koq brow santai saja semuanya akan baik-baik saja. Tidak ada penjaranya koq, hehehe gimana bagus kan?
Ini juga jadi multiple effect dari adanya budaya belis itu sendiri,dengan adanya belis kalian jadi sering-sering kumpul.
Kan untuk mempersiapkan itu semua sangat mustahil jika hanya dilakukan oleh kamu saja. Makanya kamu perlu panggil juga keluarga dan sanak mu untuk ikut berpartisipasi dalam melunasi belis istrimu.
Kegiatan ini kami sebut dengan istilah kumpul kope, nah jadinya hubungan kekerabatan di internal keluargamu jadi lebih bagus lagi kan? kalian bisa bertemu kembali setelah sekian lama berpisah karena pekerjaan dan tugas.
Jadi bagaimana sekarang brow? masih mau takut menikah dengan molas Manggarai? kalau saya sich sudah satukan tekad dan bulatkan niat untuk menyunting molas Manggarai sebagai permaisuri ku, ooopsss bahasanya keberatan ya hahaha.
Iyalah brow masa iya saya rela mengambil isteri orang luar hanya karena takut belis? itu tidak gaul brow....tidak gentle dan bukan laki-laki sejati hehehe eitsssss.......!!!
Pegang omongan saya ini brow kalau besok-besok brow ketemu bapak mantu yang memaksa kalian harus melunasi belis yang ia tetapkan jangan takut pegang mulutnya.
Kalau bapak mantumu berkumis tarik beberapa halai kumisnya biarkan dia merasakan sendiri gimana sakitnya digituin? hehehehe tapi soal urusan tetek bengek dari kasus tarik kumis bapak mantu mu bukan urusan saya ya brow hahahaha.
Tapi balik lagi ya brow jodoh itu ada di tangan Tuhan kita hanya menjalankan apa yang telah digariskannya.
Seperti saya ini masih jomblo sampai saat ini setelah ditinggal pergi sang Moni padahal kurang jelek apa saya ini coba? eitsss saya sudahi artikel ini yang brow nanti kalau saya curhat itu panjang ceritanya bisa setebal skripsi S1.
Penulis merupakan pemerhati budaya Manggarai memiliki hobi menulis, traveling, cycling dan senang bersosialisasi dengan semua orang tulisan-tulisannya sering terbit di beberapa media daring
Baca Juga: