- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iman Katolik dalam Bingkai Budaya Manggarai

    Tim Redaksi | Editor: Antonius Rahu
    11 Mei, 2019, 21:11 WIB Last Updated 2019-12-19T09:42:13Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

    ***Oleh Paul S Nokar ( Lallong Geong)***

    --Tulisan ini adalah sebuah referensi untuk seorang teman yang selalu berusaha mengkampanyekan dikotomi budaya dan ajaran gereja Katolik--

    Di beberapa tempat atau beberapa ajaran agama, budaya tidak boleh dicampur-adukan dengan agama. Bahwa dinilai budaya lebih cenderung kepada ritus pemujaan  berhala dan animisme.

    Sedangkan ajaran agama jelas mengajarkan suatu sikap yang tegas untuk membedakan putih dari hitam, kambing dari domba dengan  panduan deskriptif yakni Kitab Suci.

    Jauh sebelum agama Katolik diperkenalkan kepada leluhur orang Manggarai, nenek moyang kita sudah memiliki keyakinan akan adanya Pribadi ( bukan wujud) Tertinggi yang disebut dengan "Mori Keraeng atau Mori Ngaran ( Tuan = Tuhan Pemilik).

    Dalam konteks keyakinan iman Katolik kepada, budaya Manggarai lebih mengarah kepada ritus adat dan budaya Yahudi yang kita semua pahami merupakan cikal bakal ritus Gereja Katolik.

    Torok manuk, sampai persembahan kepada leluhur menjadi sangat identik dengan budaya Yahudi.
    Demikian halnya dengan ritus ritus utama dalam Gereja Katolik memiliki kesamaan yang sulit untuk dibedakan.

    Dalam ritus adat Manggarai puncak dari dialog dengan leluhur adalah "Hang Helang" dan dalam ibadah Katolik puncaknya adalah Ekaristi.

    Hang Helang adalah usaha bagaimana orang Manggarai mendekatkan leluhur dengan kita yang masih hidup melalui makan bersama.

    Demikian halnya dengan Ekaristi adalah bagaimana Tuhan mengajak kita makan sealtar dengan Nya sebagai usaha untuk mempersatukan kita dengan Tuhan sendiri.

    Dalam ritus Hang Helang kita belum boleh makan sebelum terlebih dahulu para leluhur diberi makan, sama halnya dengan Ekariati.

    Sebelum tubuh dan darah Kristus dalam rupa Hosty dan anggur dibagikan kepada kita terlebih dahulu Imam menyantapnya sebagai ganti Kristus yang adalah Tuhan.

    Selain itu masih banyak ritus adat dan budaya Manggarai yang mencerminkan ritus-ritus Gereja Katolik.

    Diantaranya waktu torok manuk, Ela atau kaba: sapaan pertama yang diucapkan adalah "denge lite Mori agu Ngaran atau jari agu dedek...."

    Ungkapan  ini menunjukkan eksistensi Tuhan dalam budaya Manggarai sebagai "awal" dan pemilik segalanya.

    Dalam ritus budaya Katolik segala aktifitas selalu diawali dengan Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kusus.

    Bahwa baik ritus budaya Manggarai maupun ritus dalam Gereja Katolik memiliki kesamaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan/sucretis.

    Maka tidaklah salah kalau banyak orang mengatakan batu dan kayu di Manggarai itu semua beragama Katolik.

    Karena memang segala aktifitas adat dan budaya Manggarai sangat syncretik dengan ajaran dan ritus agama Katolik.


    Komentar

    Tampilkan

    ads