Para penari Tampak berpose bersama/Foto Ani Paga |
[Congkasae.com/Kreba] Dentuman bunyi gong dan gendang yang
dipersembahkan sanggar budaya Lalong Beo Ikamasi (Ikatan Keluarga Manggarai Bekasi) yang mengiringi ronda
(lagu perarakan dalam budaya Manggarai) terdengar merdu tatkala pemimpin tertinggi
keuskupan Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM memasuki pelataran gedung serba guna
Marsudirini Kota Bekasi Jawa Barat pagi, 25 Januari 2020.
Sanggar Lalong Beo/Foto Ani Paga |
Beberapa
anggota panitia Natal
bersama, lima pastor pendamping serta personil Lalong Beo terlihat menjemput
uskup untuk kemudian ketua Ikamasi
terpilih Damianus Ambur mengalungkan selendang songke Manggarai pada sang uskup.
Diringi
lagu-lagu berirama Sanda, Danding uskup itu melangkah menuju pintu masuk gedung serba guna.
Sesaat
langkah uskup bersama rombongan berhenti menerima Tuak Kapu sebagai bentuk
penerimaan kehadirannya dalam perayaan Natal
bersama serta pengukuhan badan pengurus Ikamasi yang baru terpilih dalam beberapa bulan
sebelumnya.
Acara
yang sangat kental dengan nuansa budaya Manggarai itu tampak begitu sakral.
Beberapa umat lainnya tampak tak sabar menunggu di pelataran serta loby
serbaguna menyaksikan kedatangan uskup dari ordo Fransiskan itu.
Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM/Foto Ani Paga |
Sementara
itu di
dalam gedung umat memenuhi ruangan menantikan kehadiran Mgr Paskalis Bruno Syukur,
OFM. Tak lama berselang, perarakan terus melaju menuju ruang dalam gedung serba
guna yang berkapasitas mencapai ribuan orang itu.
Para
penari dari sanggar tari Gelo Nai Art Matraman Jakarta Timur yang berada di
barisan terdepan kemudian diikuti para seminar, para penjemput dan kelompok
Sanggar Lalong Beo menggiring bapak uskup yang didampingi lima pastor itu menuju
altar.
Foto Bersama uskup Bogor dan beberapa pastor/Foto Ani Paga |
Tampak
di sisi kiri altar kelompok paduan suara Ikatan keluarga Manggarai Cikarang
dengan sigap mempersiapkan
diri memeriahkan misa natal itu.
Tak
ketinggalan Castara Musik pimpinan Pace Blaang
ikut meramaikan acara yang terbilang meriah itu.
Bahkan
Gaspar Araja berkolaborasi dengan Castara Musik menunjukkan kepiawaiannya memainkan alat musik tradisional Sasando asal
Rote Nusa Tenggara Timur.
Misa yang juga dihadiri ketua Ikamada Vincent
Siboe itu mengangkat tema Lai Ca Kudut Ca
Nai.
Tema ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mengandung makna budaya
Manggarai yang selalu mengedepankan bentuk kebersamaan sosial sebagai basis
untuk mencapai tujuan bersama.
Uskup Bogor bersama lima orang pastor tampak menerima tuak kapu/Foto Ani Paga |
Dalam
kotbahnya Uskup asal kempo Manggarai Barat itu menarasikan bagaimana orang
Manggarai bernyanyi dengan suara yang membahana melantunkan lagu Mori Sambe.
Kata
Mori Sambe dalam bahasa Manggarai
memiliki makna Allah yang menyelamatkan manusia.
Dikatakannya
Allah turun ke bumi untuk menjadi ata sambe (penyelamat). Yesus Kristus
meninggalkan surga untuk menyelamatkan umat manusia.
Allahpun
memanggil umatNya untuk menjadi ata sambe.
Hal ini menjadi dasar bagi iman Katolik
yang percaya pada Yesus untuk berjalan bersamaNya.
“Dengan
Natal kita merupakan satu keluarga. Gereja mengharapkan kita semua menjadi
penyelamat bagi sesama dalam tugas pelayanan terhadap bangsa dan negara,” lanjutnya.
Suasana Natal Bersama Ikamasi/Foto Ani Paga |
Dia
melihat umat yang hadir mengenakan kain songke Manggarai, Balibelo, Topi re’a
yang menggambarkan bahwa orang Manggarai yang hadir mau menunjukkan Manggarai
sebagai identitas dan asal muasal mereka.
Menurutnya
kehadiran Ikamasi dapat membawa sukacita bagi sesama serta membantu mengurus
orang yang setia dalam panggilan.
Natal Ikamasi juga dimeriahkan oleh musik tradisional Sasando yang dimainkan oleh Gaspar Araja/Foto Ani Paga |
Kehadiran
warga Manggarai dalam Gereja
menjadi tugas perutusan dengan mengikuti ajaran dikehendaki Allah yakni membawa
keselamatan bagi sesama manusia.
Uskup
berharap Ikamasi mau berjalan berbarengan menjalankan karya penyelamatan.
Memasuki
acara pelantikan serta pengukuhan badan pengurus Ikamasi yang baru terpilih 13
Oktober 2019 lalu,
ketua Ikamasi terpilih untuk masa
jabatan tahun 2020 hingga tahun 2024 Damianus Ambur memperkenalkan semua
anggota badan pengurus yang mengenakan sarung songke Manggarai.
Selain itu
atribut busana Manggarai juga dikenalkan
pada kesempatan tersebut.
Para pengurus terpilih yang berdiri berderet di depan altar kemudian
mengucapkan janji pengurus di hadapan uskup yang didampingi pastor itu. Usai
pelantikan acara misapun berlanjut.
Natal Ikamasi kali ini juga diikuti oleh para suster/Foto Ani Paga |
Ketua
Umum Ikamasi terpilih Damianus Ambur mengatakan
pengukuhan badan pengurus Ikamasi yang dilakukan Uskup Bogor asal Manggarai
Flores itu menjadi beban moril bagi Ikamasi untuk konsisten terhadap eksistensi
Ikamasi pada masa mendatang.
Damianus melihat warga Ikamasi serta undangan
yang berasal dari luar Ikamasi seperti
Jakarta, Depok, Bogor dan Tangerang sangat antusias menghadiri perayaan Natal bersama kali ini.
Selanjutnya, Damianus menyebut Ikamasi akan membuat sentral data dan mendata ulang warga Manggarai yang berada
di wilayah Bekasi.
Selain
sentral data beberapa kegiatan rutin lainnya menjadi bagian dari program
Ikamasi seperti olahraga, pentas budaya Manggarai, pendidikkan dan pelatihan
serta membantu memberikan informasi dunia kerja bagi warga Ikamasi.
Damianus juga mengutarakan salah satu mimpi besar yang
akan diwujudkannya yakni mendirikan koperasi berbadan hukum yang disebutnya akan
memberikan manfaat ekonomis bagi warga Ikamasi.
Pendidikan
dan pelatihan koperasipun rencananya akan diselenggarakan dengan mengundang para pakar Koperasi.
Uskup Bogor tampak dikalungi selendang songke/Foto Ani Paga |
Bagi
Damianus memimpin Ikamasi merupakan tanggung jawab yang sangat besar meski orang lain menganggap lingkup Ikamasi masih dalam skala kecil.
Di
tengah kesibukannya sehari-hari dengan usia yang tidak muda lagi dia berusaha
secara total melayani kepentingan warga Ikamasi yang menjadi jembatan budaya
Manggarai.
Karenanya Damianus berpesan agar kebersamaan yang telah tertanam dalam tubuh Ikamasi harus tetap dirawat.
Sementara
itu ketua Ikamada Vincent Siboe melihat euforia masyarakat Jabodetabek yang hadir
dalam perayaan misa Natal
bersama serta pengukuhan badan pengurus Ikamasi begitu tinggi.
Vincent
juga mengapreasi
kerja keras dalam kebersamaan yang telah dibangun panitia dalam menyelenggarakan event tersebut.
John
Tangur selaku ketua panitia menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Uskup, Pastor, para undangan yang hadir, kelompok paduan suara, sanggar Lalong Beo, penari,
putra altar serta warga Ikamasi
yang telah menyukseskan penyelenggaraan Natal
bersama serta pengukuhan badan pengurus Ikamasi periode 2020 sampai 2024 itu.
John Tangur ketua panitia Natal Bersama Ikamasi/Foto Ani Paga |
Sementara itu, Siprianus Semaun dalam kedudukannya sebagai
penasehat sanggar Lalong Beo melihat Ikamasi telah mengangkat nilai positif
dalam kegiatan tersebut.
Ia menyebut tiwit (budaya orang Manggarai dimana masing-masing orang membawa makanan untuk dinikmati bersama) sebagai budaya
partisipatif orang Manggarai.
Hal
ini melukiskan kebersamaan orang Manggarai yang dibangun dari hal kecil dan
ringan. Jika dikumpulkan menjadi skala besar dan bermanfaat bagi semua orang.
Selain Tiwit, budaya rawe
raespun dilihatnya mencerminkan kebersamaan yang dimunculkan Ikamasi tanpa
membedakan strata sosial warganya.
Usai Acara warga Ikamasi tampak menari Ja'i/Foto Ani Paga |
Usai
menyantap makanan yang disajikan, umat bereuforia menyaksikan pagelaran seni
budaya Manggarai seperti Mbata, Sanda, lagu-lagu berirama Danding, Ja’i bersama,
goyang Kaka
Endah.
Tampak raut wajah para hadirin bersuka cita dalam kebersamaan itu.
Penulis : Ani Paga
Editor : Ninda Agasteya