Timotius Harum |
[Congkasae.com/Kreba] Merantau merupakan sebuah pilihan, ya bisa dibilang seperti itu karena pilihan merantau bukanlah kewajiban melainkan hanyalah keputusan yang diambil untuk dijalankan.
Bicara soal alasan merantau, tentu ada banyak sekali alasannya mulai dari alasan ekonomi, pendidikan dan hanya mengikuti trend.
Mayoritas para perantau memang menjadikan alasan ekonomi sebagai dasar uatamanya alasan lain memang banyak mulai dari hendak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, sampai pada keinginan untuk membangun masa depan yang lebih cemerlang.
Salah satunya dilakukan oleh Timotius Harum, yang pada bulan April tahun 2018, lalu memutuskan untuk merantau ke Papua.
Sesampainya di Papua Timotius yang berasal dari Lidang, Desa Compang Ndehes, Kecamatan Wae Ri'i, kabupaten Maggarai ini bekerja pada sebuah perusahaan.
Namun, 5 bulan setelah itu ia memutuskan untuk berhenti, lalu bekerja pada sebuah restoran (restoran D'Penyetz) di Jayapura Sentani.
Seperti perantau lainnya, pemuda yang akrab disapa Timo ini pun meiliki tujuan yang jelas di tanah rantauan. Selain memperoleh penghasilan, ia juga ingin mandiri dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
Karena baginya, pengalamanlah yang akan memperkaya dirinya dengan keterampilan dan pengetahuan praktis, jauh lebih berharga dari pada sekedar uang.
Secara kebetulan, pada penghujung tahun 2019, Timo berkenalan dengan seorang pemuda dari Buton (sulawesi).
Dari pemuda inilah ia memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk membuat Rosario, Gelang Rosario dan Salib yang berbahan dasar kayu, plastik dan besi.
"Saya berkenalan dengan seorang pemuda dari Buton, ia seorang eks frater dan ia mengajari saya cara membuat Rosario, Gelang Rosario dan Salib dari bahan dasar kayu, plastik dan besi,"jelas Timo kepada Congkasae.com Marselino Ando, ketika dihubungi via Watsapp baru-baru ini.
Menurut penjelasan Timo, bahan dasar pembuatan rosario dan salib adalah , benang, besi, nilon hunk, manik-manik (kayu dan plastik acrilyc).
Sedangkan alat pembuatannya hanya dari sedotan, gunting, korek api dan lilin dan semua bahan baku itu ia dapatkan dari Jogja.
Meskipun ini baru sekedar usaha sampingan (karena ia masih bekerja di restoran) ,tetapi penghasilannya cukup menjanjikan dan wilayah pendistribusiannya sudah sampai ke wilayah-wilayah luar Papua.
"[saat ini] Dalam seminggu saya bisa memproduksi 100 pcs Rosario, gelang rosario dan salib uangnya bisa sampai satu juta,”katanya.
Ia juga menambahkan satu rosario, gelang rosario dan salib dijualnya dengan harga Rp.20.000 . Daerah pendistribusiannya pun kini sudas sampai ke NTT.
“Selain di sekitar Papua, juga sudah merambah ke Sumatra, Flores dan Kupang," tambahnya.
Terkait waktu produksi kerajinan tangan ini Timo mengatakan waktunya disesuaikan dengan jam kerjanya di restoran, untuk saat ini lokasi produksinya masih di tempat kontrakannya.
Dengan omset yang dibilang lumayan, kini pemuda yang baru berusia 22 tahun ini berharap, kelak usahanya semakin berkembang.
Ia juga berencana untuk membuka usaha serupa ketika kembali ke kampung halamannya.
Penulis: Marselino Ando
Editor: Antonius Rahu