Sunset di Ayana Labuan Bajo/Foto Jadwal Travel |
Mulai dari pendidikan, kehidupan sosial kemasyarakatan
hingga sektor ekonomi, sejak pertama kali teridentifikasi di Indonesia, hingga
kini flu Wuhan ini sudah menyebar ke hampir seluruh provinsi di tanah air
termasuk NTT.
Meski otoritas pemerintah Nusa Tenggara
Timur hingga kini belum menemukan pasien dengan status positif Covid-19, namun
jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) Covid-19 di provinsi kepulauan itu semakin meningkat.
Untuk menekan laju penyebaran virus ini,
pemerintah RI telah mengambil beberapa kebijakan konkret yang bersifat
antisipatif.
Salah satunya dengan memberlakukan larangan
berkumpul atau yang sering disebut social distancing bagi masyarakat.
Selain itu masyarakat juga dihimbau untuk mengisolasi diri selama 14 hari
dalam rumah, semua aktivitas kampus, sekolah, instansi pemerintah, pasar,
hotel, tempat hiburan juga diberhentikan untuk sementara waktu.
Kebijakan ini rupanya berdampak negatif
bagi perlambatan ekonomi di tanah air. Salah satu sektor yang terdampak akibat
wabah covid-19 adalah pariwisata serta sektor lain yang jadi penyangga
pariwisata.
Di Labuan Bajo Manggarai Barat dampak wabah Corona ini sangat
terasa terutama di sektor perhotelan dan restoran.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI) cabang Manggarai Barat, Silvester Wanggel mengatakan
pemberlakuan lockdown di sejumlah Negara akibat wabah Corona juga ikut dirasakan
oleh pengusaha perhotelan serta restoran di Manggarai Barat.
“Beruntung pemda Manggarai Barat memberi keringanan
kepada usaha perhotelan dan restoran dengan tidak membayar pajak dan retribusi
kepada daerah mulai bulan Maret hingga Juni,”kata Silvester Wanggel kepada
Congkasae.com Jumat malam.
Kendati demikian, ketua PHRI itu mengatakan
bahwa sejauh ini pihaknya belum menerima laporan tentang adanya Pemutusan
Hubungan Kerja, terhadap karyawan hotel dan restoran yang beroperasi di Labuan
Bajo.
“Cuma yang ada sejauh ini adalah cuti yang
tidak dibayar,”tambah Silvester.
Sementara itu dampak wabah Covid-19 juga
ikut dirasakan oleh sekelompok tukang ojek di Kisol, Kelurahan Tanah Rata,
Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.
Di Kisol sekelompok tukang ojek mengalami
penurunan pendapatan yang sangat signifikan dalam beberapa pekan belakangan ini.
"Sebelumnya pendapatan saya dalam sehari
itu bisa sampai Rp. 70.000- Rp.80.000
dan sekarang pendapatan saya dalam sehari hanya Rp.30.000 saja," kata Don,
salah seorang tukang ojek di Kisol Kepada congkasae.com.
Menurut Don hal itu juga dirasakan oleh teman-teman
seprofesinya. Ia beralasan penurunan pendapatan disebabkan adanya liburan umum
yang dikeluarkan pemerintah terhadap pengguna jasa mereka seperti, guru,
siswa-siswi, dan pembeli yang mau ke pasar yang tidak lagi beraktifitas untuk
sementara waktu.
Persoalan serupa juga dialami Peter, seorang
pedagang asongan buah semangka di kampung Watunggong, Kisol.
Peter pedagang buah di Kisol Matim/Foto Marselino Ando, Congkasae.com |
Peter mengaku pendapatannya dalam beberapa
minggu belakangan ini merosot drastis. Jika sebelumnya penghasilan Peter dalam
sehari bisa mencapai Rp.400.000, tetapi sekarang ia hanya mampu mendapatkan
omset sebesar Rp. 50.000 saja.
“Bahakan sempat tidak laku sama sekali, sebelumya
banyak pegawai-pegawai yang membeli buah semangka. Mungkin karena kebijakan ini
mereka terus mengisolasikan diri dan membatasi aktifitas," tutup Peter.
Ia berharap wabah covid-19 ini cepat
berlalu, agar perputaran roda ekonomi mereka kembali pulih.
Penulis: Marselino Ando
Editor: Antonius Rahu