Ratusan Warga Sola Matim menghadiri acara ritual teing hang, Foto Marselino Ando/Congkasae.com |
[Congkasae.com/Kreba] Penyebaran virus corona benar-benar mengguncang dunia dan menimbulkan kekawatiran serta kepanikan dalam masyrakat.
Pasalnya penyebaran virus yang disebut-sebut berasal dari kelelawar itu berlangsung dengan cepat ibarat jamur yang tumbuh di musim hujan.
Virus mematikan yang mirip dengan gejala Flu dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok ini benar-benar menjadi momok yang menakutkan, menyusul ribuan korban jiwa yang meninggal dan penyebarannya sudah sampai ke Indonesia sejak Januari 2020.
Di Indonesia sendiri virus ini diduga sudah menyebar ke hampir semua Provinsi termasuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk mencegah penyebaran virus ini, pemerintah Republik Indonesia telah mengambil langkah konkret melalui sejumlah kebijakan strategis.
Salah satunya dengan meliburkan seluruh sekolah dan memberhentikan sementara segala aktifitas yang mengundang kerumunan masa selama 14 hari sejak Sabtu (21/03/2020).
Sejumlah institusi keagamaan pun telah mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam upaya memutus rantai penyebaran corona di Indonesia termasuk di NTT.
Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan, menjaga pola hidup sehat serta menghindari kerumunan masa.
Hal itu rupanya direspons positif oleh masyarakat di sejumlah wilayah di NTT, termasuk warga Manggarai Timur.
Merujuk pada laporan yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi NTT pada akhir pekan kemarin di kabupaten Manggarai Timur sendiri telah dilaporkan satu kasus Orang Dalam Pemantauan (ODP) kasus Corona.
Hal itulah yang menyebabkan sekelompok masyarakat di Sola, Desa Ruan Selatan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.
Pada Minggu kemarin masyarakat Sola mengadakan ritual adat Tolak Bala, sebagai langkah antisipatif masuknya virus mematikan itu ke wilayah mereka.
Ritual yang dipimpin langsung oleh Kornelis Hami selaku tua teno kampung Sola itu berlokasi di lapangan sepak bola Sola serta dihadiri oleh ratusan masyarakat kampung Sola.
Ritual ini dilakukan pada Minggu pagi, tepat pada pukul 10.00 WITA, Kornelis Hami mulai mengawali acara ritual ini dengan Tei hang naga beo, yang bertujuan untuk memberi makan kepada penghuni yang tidak terlihat secara kasat mata di kampung Sola.
Teing hang ini juga sekaligus bertujuan untuk meminta restu kepada leluhur agar virus covid-19/corona tidak menyebar hingga ke kampung Sola.
Usai mengadakan ritual teing hang, acara dilanjutkan dengan tombo oke, yang bertujuan untuk membuang segala macam penyakit.
Ritual tombo oke sendiri diadakan di pinggir kali antara perbatasan Wae Uwi dan Wae Bobo serta diikuti oleh semua warga kampung sola yang hadir.
Ritual ini berlangsung dalam suasana kusyuk serta diikuti ratusan warga, acaranya sendiri berakhir pada jam 12.00 Wita.
Penulis: Marselino Ando
Editor: Antonius Rahu