Sesaat kuhentikan langkah yang berat
Berat sisihkan kenangan tentang waktu
saat
tangan mungilmu membelai wajahku
“Aku cinta kau,” katamu waktu itu.
Sungguh dahsyat! Kalimahmu menghentikan
waktu sejenak.
Serasa aku diterpa mimpi yang hebat
Senyummu mengalun lembut
penuhi jiwa yang gersang
Jiwa yang kerontang karena
hujan tak datang
Kali ini kau berbisik di
telingaku
Sesaat berlalu, satu kecupan
mendarat di pipi.
Tawamu mengikik senja itu.
Kau
melompat ria seumpama perempuan kecil
yang dihadiahi mainan pada hari lahirnya
“Duduklah,” kataku.
Kau bermanja-manja kemudian
“Aku cinta kau,” kataku.
Seikat bunga alang-alang
kuberikan di genggammu.
Mahkota dari bunga liar kupasangkan di kepalamu.
Anggrek
putih yang kupetik dari enau tua kusematkan di telingamu.
“Aku cinta kau,” bisikku di
telingamu.
Kau pandangiku yang lugu
kemudian
Yang duduk tepat di depanmu
Rintik-rintik hujan penuhi
pelupukmu
“Aku cinta kau,” katamu lagi.
Aku tersentuh dan terbuai
oleh lakumu
Hujan masih belum berhenti.
Basahi wajahmu yang lembut.
“Aku cinta kau,” katamu lagi.
Aku lalu berdiri. Memegang
pundakmu.
“Aku cinta kau. Dalam hitam
putih masa silammu.
Dalam gelap terang jalanmu.
Dalam sedu sedan hidupmu.
Dalam
dan dalam sedalam-dalamnya,” kataku.
Aku eratkan pelukku. Rasakan
aroma tubuhmu sampai nanti.
Rasakan degupanbjantungmu yang lembut.
“Aku cinta kau,” katamu.
17 Maret 2020
Ruang kelas IX SMP N 3 Pacar
10:07 Witeng