Umat paroki Mbata tampak bersiap-siap menantikan pemberkatan daun Palma, Foto Congkasae.com |
[Congkasae.com/Kreba] Dalam pekan ini Umat
katolik di seluruh dunia akan memperingati wafatnya Yesus Keristus yang sering
disebut Paskah.
Di sejumlah negara di dunia paskah
diperingati dengan beragam kegiatan atau tradisi termasuk di Indonesia. Pekan
suci paskah biasanya diawali dengan hari raya Minggu Palma, yang memperingati
momen di mana Isa Almasih itu masuk ke Yerusalem.
Namun ada yang berbeda dengan perayaan
paskah tahun ini, pasca wabah covid-19, gereja-gereja di Indonesia telah
menghentikan perayaan misa harian dan mingguan dengan menghadirkan jemaat di
gereja.
Gereja memutuskan untuk menggelar perayaan
misa secara online melalui jalur live streaming di facebook youtube dan
platform media social serupa.
Perayaan misa online yang diterapkan
otoritas gereja di Indonesia sejalan dengan larangan berkumpul yang dikeluarkan
oleh pemerintah, demi menekan laju penyebaran virus corona di Indonesia.
Larangan itu berlaku bagi seluruh provinsi
di tanah air termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT).
Minggu
Palma Tanpa ke Gereja
Perayaan minggu Palma yang tahun ini jatuh
pada 5 April 2020 berlangsung tidak seperti biasanya, pantauan congkasae.com di
beberapa paroki di daratan Flores perayaan misa Minggu Palma tetap
dilaksanakan.
Namun tidak seperti biasanya, gereja selalu
dipenuhi jemaat yang datang beribadah. Perayaan Minggu Palma tahun ini tanpa
kehadiran umat di gereja-gereja.
Untuk pertama kalinya sejak gereja Katolik masuk ke wilayah Flores
Barat (Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur) perayaan minggu Palma di
daerah itu dilakukan tanpa kehadiran umat di gereja.
Kendati demikian, umat tetap berpatisipasi
dengan menyiapkan daun Palma yang ditempatkan di halaman rumah menanti percikan
air berkat yang dilakukan imam.
Di beberapa paroki umat tampak antusias
menyiapkan daun palma sembari menanti pemberkatan yang dilakukan pastor paroki.
Salah satunya terjadi di paroki Mbata, desa
Rana Mbata, kecamatan Kota Komba, kabupaten Manggarai Timur, Flores.
Pastor paroki Mbata Romo Bernad Parus Pr tampak keliling memberkati daun palma, Foto Vian/Congkasae.com |
Umat di paroki yang masuk dalam area
kevikepan Borong ini menyelenggarakan misa Minggu Palma dari rumah.
Sejak Minggu pagi, umat tampak berdiri di
halaman rumah menanti mobil pastor paroki yang berkeliling memberkati daun-daun
palma yang disiapkan umat.
Pastor paroki Mbata Romo Bernadus Parus Pr
berkeliling menyapa serta memberkati daun palma yang disiapkan di halaman rumah
warga.
Hal serupa juga dilakukan oleh umat di
Paroki Rangga kecamatan Lembor, kabupaten Manggarai Barat, Flores.
Umat di paroki ini juga mengikuti perayaan
misa Minggu Palma dari rumah, pastor hanya memberikan pemberkatan terhadap daun
palma yang disediakan umat.
Sementara umat katolik di paroki Kumba, tepatnya di kota Ruteng ibu kota kabupaten Manggarai juga mengadakan misa serupa.
Daun-daun palma disediakan warga sementara pastor paroki Kumba bekeliling memberkati daun palma.
Pastor paroki Mbata Romo Bernad Parus tampak berkeliling memberkati daun Palma, Foto/Congkasae.com |
Ini jadi pertama kali dalam sejarah, umat
tidak ke gereja pada hari raya keagamaan. Meski Covid-19 memang belum resmi
teridentifikasi di wilayah NTT.
Namun otoritas pemerintah serta gereja di
provinsi itu telah memberlakukan larangan berkumpul untuk mengantisipasi
sebaran virus flu Wuhan itu.
Warga
Semakin Paranoid
Wabah covid-19 yang telah menjalar ke
sejumlah negara dan menyebabkan banyak korban jiwa rupanya menjadi momok yang
menakutkan bagi warga NTT.
Di daratan Flores, tepatnya di Manggarai
Timur, sekelompok warga terpaksa mengungsi ke kebun menyusul masuknya pendatang
baru yang datang dari luar daerah.
Warga khawatir dengan wabah covid-19 yang
diduga dibawa oknum tersebut. Mereka meminta oknum bersangkutan segera memeriksakan
kesehatannya ke rumah sakit.
Permintaan itu lantas direspons dengan
melakukan isolasi mandiri di kebun yang dilakukan oleh oknum bersangkutan.
Pemerintah kabupaten Manggarai Timur
berencana menyiapkan ruang isolasi di rumah sakit umum daerah. Hal itu
dikatakan bupati Manggarai Timur Agas Andreas kepada Manggarai Timur TV belum
lama ini.
“Jadi kita akan siapkan rumah sakit umum
daerah sebagai tempat isolasi bagi ODP ini, soalnya isolasi mandiri selama ini
tidak terjamin,”demikian bupati Manggarai Timur Agas Andreas kepada Manggarai
Timur TV di Borong.
Terkait ketakutan dan kekhawatiran berlebih
yang dialami warganya, bupati Agas meminta masyarakat untuk tetap tenang dan
tidak panik dalam menghadapi wabah ini.
Sementara itu Pemkab Manggarai juga
berencana melakukan pembatasan akses masuk terhadap kapal-kapal yang bersandar
di plabuhan Kedindi Reok.
Langkah ini diambil menyusul adanya laporan
ditemukannya pendatang dari luar yang bersandar di pelabuhan itu dengan suhu
tubuh di atas rata-rata.
Sementara bupati Manggarai Barat melalui
surat yang ditandatangani wakil bupati Maria Geong sebelumnya telah meminta
pemerintah pusat untuk menutup operasi Bandara Komodo serta pelabuhan penumpang
di Labuan Bajo, namun permintaan itu tidak disetujui pusat.
Paskah
Tanpa Kehadiran Umat
Selain Minggu Palma, paskah tahun ini juga
dilakukan tanpa kehadiran umat di gereja, dalam surat edaran yang dikeluarkan
keuskupan Ruteng gereja meminta umat untuk tetap mengikuti misa dari rumah yang
disiarkan secara live streaming.
Sementara di paroki yang jauh dari akses
telekomunikasi, perayaan paskah tetap dilaksanakan dengan hanya diikuti oleh
beberapa orang saja di gereja.
Sementara umat dapat mengikuti perayaan
paskah tahun ini dari pengeras suara yang disediakan gereja. Ini benar-benar
paskah pertama yang digelar tanpa kehadirian umat di gereja.
Paskah adalah momen dimana setiap umat
katolik mengikuti kisah sengsara yang dialami Yesus mulai dari perjamuan
terakhir yang dilakukan pada malam kamis putih, peristiwa penyaliban dan
kematian Yesus pada Jumat Agung, serta kebangkitan Yesus yang dilaksanakan pada
Malam Paskah dan hari raya Paskah.
Dalam perayaan ini, umat Katolik selalu
memadati gereja-gereja untuk mengikuti perayaan misa.
Namun pasca wabah Corona, untuk pertama
kali gereja-gereja di Flores merayakan tri hari suci ini tanpa kehadiran umat
di gereja.
Penulis: Berto Jahang
Editor: Antonius Rahu
Editor: Antonius Rahu