Budaya Lejong di Manggarai, Foto Adepuitra Moses, Ekora/Congkasae.com |
[Congkasae.com/Kreba] Dalam upaya menangani wabah virus corona yang semakin
meluas, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan sebagai langkah
antisipatif menekan laju penyebaran wabah Wuhan itu di Indonesia.
Salah satu aturan yang diterapkan pemerintah adalah dengan
menerapkan social distancing alias pembatatasan sosial bagi masyarakat.
Aturan ini sudah mulai diterapkan dalam beberapa minggu
belakangan ini.
Pemerintah meminta masyrakat untuk melakukan isolasi secara
mandiri dengan mengurangi aktifitas di luar rumah, agar membantu pemerintah dan
sesama untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus covid-19.
Namun rupanya aturan ini perlu diseusaikan dengan budaya lokal
masyarakat setempat salah satunya di Manggarai, Flores, NTT.
Sebagai orang Manggarai tentunya kita mengenal budaya Lejong
(lejo dalam bahasa Rongga) yakni sebuah budaya yang sudah lama hidup di
masyarakat.
Lejong sendiri diartikan sebagai ajang untuk bertegur sapa
atau juga berdiskusi dan berbincang-bincang yang biasanya dilakukan pada waktu
senggang, seperti sore atau pagi hari.
Jika kita kaitkan kebijakan social distancing yang
diterapkan pemerintah dengan budaya lejong, tentunya sangat bertentangan.
Untuk mengetahui persepsi dari tokoh adat terkait kebijakan
ini, congkasae.com menyambangi kediaman Stanislaus Mujur yang merupakan salah
satu tokoh adat di kisol, Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten
Manggarai Timur.
Kepada Congkasae.com Stanislaus Mujur sangat mengapresiasi kebijakan
pemerintah yang menghimbau masyrakat untuk membatasi aktifitas yang mengundang
perkumpulan orang banyak.
"Pemerintah telah mengambil satu langkah konkret dengan
membuat kebijakan yang sangat tepat karena ini berkaitan dengan keselamatan
jutaan masyrakat Indonesia. Lebih baik mencegah dari pada mengobati,"
ungkapnya di Kisol Manggarai Timur baru-baru ini.
Menurutnya kebijakan ini sama sekali tidak mengurangi esensi
dari lejong/lejo (bahasa Rongga) itu sendiri.
Pasalnya, kata dia,
masyrakat juga masih bisa beraktifitas di luar rumah untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan primer dan sekedar berdiskusi ringan.
"Kebijakan ini sama sekali tidak mengurangi nilai
lejong karena masyrakat tentunya melakukan aktifitas kecil-kecilan, seperti
pergi belanja di kios sambil sempat berinteraksi dengan pemilik kios dan ngopi
sore bersama tetangga sambil membicarakan seputar update berita corona."
" Itu juga merupakan contoh lejong, makanya saya melihat bahawa kebijakan ini tidak mengurangi nilai lejong,"tambah Stanislaus Mujur.
.
" Itu juga merupakan contoh lejong, makanya saya melihat bahawa kebijakan ini tidak mengurangi nilai lejong,"tambah Stanislaus Mujur.
.
Meskipun interaksi lejong masih tetap nampak dalam situasi
seperti sekarang, Stanislaus
Mujur meminta masyrakat untuk selalu waspada dengan menjaga
jarak dalam berkomunikasi serta mengikuti himbauan medis.
Dampak wabah corona memang sudah mulai dirasakan oleh
masyarakat di daratan Flores, beberapa hari belakangan ada warga kampung yang terpaksa mengungsi ke kebun, menyusul kedatangan orang dari luar daerah ke kampung
tersebut.
Warga mengkhawatirkan dampak flu Wuhan yang dibawa orang
tersebut, untuk itu warga kampung meminta pemerntah untuk segera melakukan
test terkait wabah Corona kepada yang bersangkutan.
Sementara itu, kepala daerah setempat, dalam himbauannya
meminta masyarakat Manggarai Timur untuk segera menghubungi pihak medis jika
menemukan ada gejala yang mengarah pada Covid-19.
Penulis: Marselino Ando
Editor: Antonius Rahu