**Catatan Alves Ramli**
Lika liku kisah cinta dalam ranah kalangan muda sungguh
tak dapat terhitung rasanya. Mulai dari kisah cinta yang penuh drama apalagi
dengan bumingnya DRAKOR (Drama Korea) sampai pada kisah cinta yang bernuansa
romansa yah sampai pada romansa tak terbatas .
Namun diantara kaum muda
yang tengah keasmaraan cinta tersebut, ada juga orang yang tengah mencari cinta
hendaklah kita namai mereka dan termasuk saya ialah jomblo.
Sang jomblo identik dengan keadaaan tanpa pasangan lebih
jelasnya adalah sesorang yang tak mempunyai pacar.
Kerap kali identitas
sebagai jomblo akan menjadi acuan seseorang untuk mengejek bahkan akan dianggap
sama eksistensinya, karena tak pernah terlihat menepi di sisi pasangannya.
Namun secara personal
jomblo bagi saya ialah pilihan dan keputusan, karena untuk tetap jomblo saya
telah memikirkan dan memutuskan terlebih dahulu, demi terciptanya sebongkah
kenikmatan masa-masa sendiri dimana yang diprioritaskan ialah potensi.
Kesedihan memang selalu
dicitrakan pada keadaan tanpa pasangan. Semakin diperkaya kesedihannya oleh
adanya media social.
Status yang menyindir
para jomblopun datang sili berganti. Namun para jomblo terkadang diciutkan dengan
status status curhatan kocak soal keadaan tanpa pasangan yang bisa membuat
orang tertawa namun sedih nan kasihan.
Jadi Jomblopun harus
totalitas, yah totalitas adalah kualitas. Jadikan waktu kesendirian itu untuk
memperbaiki, berbenah dan mencari jalan untuk menemukan jati diri agar menjadi
pribadi yang lebih baik.
Setidaknya mengetahui
bahwa hidup berpasangan tak semudah membalikan telapak tangan. Selain itu, bagi
saya keadaan tanpa pasangan atau yang identik disebut jomblo adalah Strong Man.
Karena mampu
mepertahankan nilai-nilai kepribadian sebagaimana dapat dikatakan sebagai
subjek yang mandiri dalam setiap alur kehidupan ini. Jadi jomblo berarti tak
rela mempersilahkan diri sebagai objek kehidupan.
Kelebihan hidup menjomblo
kini kurasakan kenikmatanya yang berlimpah ruah, yang krusial terjadi dalam
liku hidupku ialah tak pernah merasakan kebebasanku dipenjarakan oleh kata-kata
yang seolah mampu membuatku tergoda yang
tentunya kita semua tahu namanya ialah CINTA.
Pada dasarnya, duniaku adalah duniaku bukan dunia orang lain. Aku tak pernah menyukai bakso malvinas yang ada kata mesra dicampur sambal tomat.
Eh….artinya duniaku tak
mau diatur oleh orang lain, kemana-mana diatur, mau berbuat apa-apa diatur. Ah,,,bosan
emang gue robot yang selalu dikontrol oleh remote.
Perihal terpenting dalam mempertahankan keadaan tanpa pasangan atau jomblo adalah mempertimbangkan eksistensi Tuhan sebagai penyelenggara kehidupan.
Yang jomblo paling
dominan mengingat Tuhan dalam semua situasi. Sedangkan yang pacaran akan lebih
memprioitaskan Tuhan ketika dirundung pilu misalnya saat sakit hati atau karena
sering tersakiti bahkan kadang menyalahkan Tuhan.
Tuhan eee kenapa saya
punya nasib jadi seperti ini? Ada yang sampai bilang seandainya Tuhan punya
Whatsapp saya mau video call dia agar Tuhan tanda dia punya muka supaya kelak
masuk neraka.
Jadi mau jomblo atau
apapun aku tak pernah sendiri, aku masih punya Tuhan yang selalu menemaniku
dari natalitas hingga mortalitasku.
Jadi tak perlu risau yah
teman teman sejawat yang masih jomblo
ingat kita semua adalah manusia yang telah lolos diseleksi untuk selalu
memegang teguh pada pendirian, mengelola dunia kita sendiri, pengekangan tidak
pernah terjadi, tidak ada kuasa lain yang terjadi kecuali kuasa Tuhan.
Keberpihakan Tuhan. Dalam
hening sepi ku termenung selain karena aku sendiri yang menjadikan jomblo ialah
pilihan dan keputusan, namun ku tahu Tuhan pasti tengah bekerja untuk berpihak
padaku.
Ia mungkin tak mau ku
lebih banyak berpikir untuk membahagiakan anak orang ketimbang diri sendiri,
karena tak pernah kita tau kapan anak orang itu akan berbalik arah atau bahkan
Mundur Tanpa Berita (MUNTABER).
Lalu meninggalkan luka
bagiku, seiring dengan pepatah kuno yang tak pernah musnah dari ingatan
manusia.
Pepatah kuno itu adalah
sebelum janur kunng melengkung masih bisa ditikung. Perkara jodoh tidak akan
lebih dekat walau sudah berpacaran lama-lama sebaliknya jodoh tidak akan
menjadi sangat jauh walau masih jomblo.
Akhir kata segalanya adalah pilihan hidup terpenting tidak menghakimi pilihan menjadi penderitaan dan luka yang membekas.
Penulis merupakan anak muda kelahiran Manggarai Timur saat ini menetap di Malang.