**Catatan Antonius Rahu**
Informasi yang kurang sedap itu didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinis biomolekuler RS Prof WZ Yohanes Kupang.
Pengumuman itu dibacakan langsung kepala dinas kesehatan provinsi NTT Domi Mere dalam press confrences di Kupang.
Kabar kurang sedap itu juga dipertegas lagi oleh Lodovikus Moa, juru bicara gugus tugas percepatan penanganan covid-19 kabupaten Manggarai pada Senin pagi.
Menurut Lodovikus adapun pasien terkonfirmasi positif covid-19 itu berinisial KFJ, seorang Asisten Rumah Tangga yang majikannya baru pulang dari Gowa pada Maret lalu.
Pasien terkonfirmasi positif covid, berasal dari kecamatan Wae Rii kabupaten Manggarai.
Hasil sampel swab KFJ menambah daftar panjang kabupaten kota di provinsi NTT yang terpapar covid-19, sejak hari itu Manggarai resmi terdaftar dan masuk kelas zona merah kasus covid-19 di NTT.
Sementara kabupaten tetangga yakni Manggarai Barat telah lama menduduki ruang kelas yang sama, bahkan kabupaten Mabar sempat menjadi juara kelas di pekan sebelumnya dengan jumlah pasien sebanyak 12 orang terkonfirmasi positif covid.
Di kabupaten Manggarai Barat klaster Gowa menjadi donatur utama untuk kasus covid-19 di samping klaster Magetan Jawa Timur.
Klaster Gowa mengacu pada kelompok jemaah yang pulang mengikuti acara keagamaan dari Gowa Sulawesi Selatan pada Maret lalu.
Sejauh ini klaster ini menyumbang 11 pasien terkonfirmasi positif covid-19 di Manggarai Barat, sementara 1 pasien lainnya diperoleh dari klaster Magetan Jawa Timur.
Manggarai Timur Masih Betah di Zona Hijau
Kabar baik justru datang dari kabupaten baru di ujung timur tanah Manggarai, kabarnya sejauh ini kabupaten Manggarai Timur masih betah dududk di ruang kelas zona hijau.
Hal ini dibuktikan dengan hasil test sampel swab satu orang pasien berstatus Pasien Dalam Pengawasan asal Manggarai Timur yang berstatus negatif covid-19.
Selain itu, satu sampel swab lain dari pasien berstatus Orang Dalam Pengawasan milik pemkab Manggarai Timur juga terkonfirmasi negatif covid-19.
Kabar baik ini perlu dipertahankan, ini bisa jadi merupakan hasil kerja keras pemerintah kabupaten Manggarai Timur yang sudah jauh-jauh hari menerapkan aturan super ketat di seluruh wilayahnya.
Pasalnya seluruh desa di wilayah kabupaten Manggarai Timur sudah sejak lama menerapkan prosedur karantina Mandiri serta karantina terpusat bagi para pelaku perjalanan yang masuk ke wilayah Manggarai Timur.
Di saat kabupaten lain masih melonggarkan aturan bagi Pelaku perjalanan, wilayah Andreas Agas bupati Manggarai Timur sudah menerapkan aturan yang hampir mirip dengan PSBB.
Lihat saja, portal check point serta alat ukur suhu tubuh sudah sejak lama dibangun di semua wilayah desa di seluruh Manggarai Timur.
Pemkab Matim rupanya tak main-main dalam mengantisipasi masuknya wabah corona ke wilayahnya, kebijakan pemerintah juga mendapat dukungan penuh dari masyarakatnya.
Semoga Manggarai Timur tetap mempertahankan statusnya hingga perang melawan corona ini berakhir.
Masker, Nggiling dan Perang Melawan Corona
Masuknya wabah covid-19 ke wilayah Manggarai menjadi alaram bagi kita semua untuk membentengi diri dengan Alat Perlindungan Diri alias APD.
Salah satu perlengkapan wajib dikenakan jika beraktivitas di luar rumah, atau membangun interaksi sosial secara langsung adalah masker.
Disamping mencuci tangan menggunakan sabun atau disinfektan adalah hal yang wajib di saat-saat sulit seperti ini.
Namun demikian, sayangnya masyarakat kita khsusnya di Manggarai Raya masih belum terbiasa dengan hal-hal seperti itu.
Lihat saja di jalanan masih terdapat orang yang enggan menggunakan masker, apa lagi soal mencuci tangan di rumah masing-masing saya kurang tahu.
Di Labuan Bajo yang jadi pusat epicentrum covid-19 saja awalnya masyarakat terlihat menyepelehkan masker.
Masyarakat baru mau menggunakan masker ketika ada razia dari petugas keamanan, beberapa oknum pelanggar bahkan sempat diberi sanksi tegas berupa push up oleh aparat kepolisian.
Sejak saat itu, orang sudah mulai mengenakan masker di jalanan meski mungkin terpaksa memakai masker hanya karena takut disanksi push up ketimbang kesadaran pribadi.
Padahal masker adalah tameng utama kita saat ini dalam perang melawan corona, masker diibaratkan sebagai Nggiling (perisai) dalam tarian adat caci.
Dalam tarian caci kita mengenal ada dua adegan yakni taang dan paki, ketika lawan kita mengambil posisi paki, maka kita harus bersiap dengan Nggiling di posisi taang.
Kita harus pandai menyembunyikan tubuh di balik Nggiling sehingga larik tidak mendarat di bagian tubuh kita.
Demikian pula untuk kasus perang melawan corona ini, masker dan kebiasaan cuci tangan ibarat Nggiling dan Panggal kita dalam melindungi diri dari cambukan corona.
Jangan biarkan kita berperang tanpa menggunakan perisai yang ada kita akan jadi makanan empuk pihak lawan.
Karenanya mari kita gunakan masker, cuci tangan dengan baik dan hindari kerumunan agar kita tidak dicambuk oleh larik milik corona.
The New Normal dan Kehidupan Pasca Corona
Sebuah kabar yang kurang mengenakan berhembus dari ruang rapat WHO di Jenewa Swiss baru-baru ini,
Otoritas kesehatan dunia itu mengeluarkan pernyataan bahwa kemungkinan besar virus corona ini tak akan pernah hilang dari muka bumi.
Para pakar kesehatan menemukan kesulitan terkait tingkat kecepatan mutasi genetika yang ada dalam tubuh virus corona itu.
Kabar ini mengharuskan masyarakat dunia mau tidak mau harus mau menjalani kehidupan baru pasca pandemi corona.
Kebiasaan baru yang juga disebut dengan istilah kenormalan baru alias The New Normal itu kemudian diterjemahkan presiden Jokowi sebagai apa yang disebut hidup berdampingan dengan corona.
Sama seperti kasus virus ganas sebelumnya HIV/AIDS yang hingga hari ini belum ditemukan obatnya, menurut WHO virus corona juga akan mengikuti jejak virus HIV.
Artinya kita manusialah yang harus menyesuaikan diri dengan kondisi virus ini, jika antisipasi untuk tidak tertular HIV adalah mengenakan alat kontrasepsi dan melakukan hubungan yang aman, maka untuk virus corona adalah mencuci tangan, mengenakan masker dan jauhi diri dari kerumunan.
Meski menjalani hidup sesuai protokol kesehatan standar corona saat ini teramat sulit bagi kita, namun kelak itu akan jadi sebuah kenormalan di masa depan.
Jika protokol kesehatan corona dilakukan secara terus menerus dan dilakukan oleh semua orang maka apa yang sebelumnya kita anggap tidak normal unnormal akan menjadi sesuatu yang normal alias the new normal.
Kemungkinannya di masa depan orang ke mana-mana akan memakai masker, di depan rumah akan tersedia air pencuci tangan dan prosedur phsycal distancing yang kita rasa unnormal saat ini akan dianggap sesuatu yang lumrah terjadi dan normal.
Sekarang tinggal menunggu waktu yang mengambil peran dalam mengubah pola pikir, pola prilaku dan tatanan sosial kita.
Yang pasti corona akan meninggalkan jejak bagi sejarah peradaban umat manusia.
Penulis merupakan mantan jurnalis media cetak Flobamora Diaspora, pemerhati budaya saat ini menetap di Labuan Bajo.