Hilde dan Gri dua mahasiswa NTT yang terdampak Covid-19, Property Flores TV |
[Congkasae.com/Kereba] Mahasiswa asal Nusa Tenggara Timur yang melanjutkan studi di pulau Bali rupanya ikut merasakan dampak akibat pandemik Covid-19 ini.
Terhitung sejak pemerintah mulai memberlakukan aturan penutupan akses transportasi antar wilayah di tanah air, mahasiswa NTT di Bali mulai kehabisan amunisi penyambung hidup berupa makanan.
Salah satunya dialami oleh Hilde, mahasiswi Akademi Pariwisata yang kuliah di salah satu kampus di Bali ini mengutarakan niatnya untuk pulang kampung namun terkendala penutupan transportasi.
"Sudah satu bulan, untuk makannya susah karena orang tua di sana (Manggarai) belum bisa kerja untuk saat ini akibat dari covid-19 ini,"kisah mahasiswi asal Satar Mese Utara ini kepada Flores TV di sekretariat Flobamora Bali di Denpasar belum lama ini.
Sebagai mahasiswi yang mengandalkan hasil jualan anyaman rotan orang tua di kampung, Hilde mengaku jika biaya sewa kosan nya saat ini masih ditunggak karena tidak ada uang untuk membayar.
"Uang kos sebulan itu delapan ratus ribu dan itu belum dibayar,"kisahnya.
Kisah serupa juga dialami oleh Gri mahasiswa jurusan antropologi universitas Udayana ini mengatakan kantongnya mulai menipis sejak beberapa bulan belakangan ini.
"Sejak pemerintah menutup akses transportasi karena covid-19 ini uang kiriman orang tua juga tersendat,"katanya.
Padahal, sambung Gri, daerah Colol merupakan penghasil kopi terbesar di Manggarai Timur, namun ia berujar hal itu menjadi nihil akibat wabah covid-19 ini.
Untuk menyambung hidup mahasiswa asal Colol Manggarai Timur ini menumpang sementara di asrama kampus.
"Namun makan beli sendiri,"kisahnya.
Melihat kondisi yang kian terpuruk, kedua mahasiswa ini kompak meminta pulang ke daerah asal di Nusa Tenggara Timur demi menyambung hidup.
"Kami mau pulang karena di sini sudah susah dan tidak memungkinkan,"tambahnya.
Pemprov Bali Tawarkan Opsi Pulang Kampung Bagi Pendatang
Sebelumnya pemerintah provinsi Bali melalui gubernur Wayan Koster telah menawarkan opsi pulang kampung kepada perantau yang terperangkap di Bali.
Hal itu diketahui dari hasil telekonfrensi dengan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional Doni Monardo.
Dalam telekonferensi itu gubernur Bali itu menceritakan keadaan para perantau di Bali yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan akibat di-PHK perusahan.
Namun Doni Monardo mengatakan pihaknya akan berkoordinasi terlebih dahulu terkait opsi itu.
Flobamora Bali Minta Pemprov NTT Berkoordinasi dengan Pemprov Bali
Sementara itu ketua umum Flobamora Bali Yoseph Yulius Diaz mengatakan bahwa berdasarkan data yang ada di database Flobamora Bali saat ini terdapat 11.500 warga NTT yang berada di Bali.
Ia mengatakan perantau NTT itu ingin kembali ke NTT namun terkendala aturan penutupan jalur transportasi.
Untuk itu Yusdi meminta pemprov NTT dan Pemprov Bali harus berkordinasi terkait langkah pemulangan bagi warga NTT yang terdampak akibat pandemik covid-19.
“Saya rasa yang pulang itu mau kok dikarantina sampai di kampung mereka masing-masing. Flobamora sangat siap sekali kalau diminta untuk mendata membantu pemprov NTT untuk mendata Warga yang terkena dampak,” harapnya.
Kalian bisa saksikan wawancara ekslusif dengan dua mahasiswa NTT di atas tonton video berikut ini.