***Oleh Ingrida Santriana Nice***
Susahnya menjalin hubungan berbeda daerah. Seperti kisahku oh iya kenalin namaku Lia, aku memiliki seorang kekasih yang tinggal dari daerah seberang namanya Leo.
Hubungan kami masih terbilang dini, sebab kami berkenalan baru beberapa bulan, jelasnya sebelum wabah corona ini merajalela.
Sebelumnya kami sering menyempatkan waktu untuk bertemu, Leo selalu saja berkunjung ke rumah saat akhir pekan seprti ini.
Tak pernah peduli berapa kilometer jarak yang harus dia tempuh, yang penting dia bisa menemuiku untuk mengobati rindunya.
Tapi sekarang semenjak wabah ini ada, bersua rupa itu ditiadakan. Jujur, aku sangat membenci keadaan sekarang. Saban hari hanya menyapa via suara dan saling berbalas pesan. Sungguh aku benci..
Sudah beberapa Sabtu kulewati. Aku sudah bosan mengurung diri di rumah, ingin rasanya aku menemui Leo pujaan hatiku.
Yah,,,,, aku tahu kok aturan "tetap di rumah (Stay at Home) itu, apalagi sekarang wabah sudah menyapa separuh daerahku.
Di satu sisi aku berterimakasih, sebab saat corona menciptakan jarak, jarak pun menganugerahkan rindu, dan aku adalah penikmat dari rindu itu.
Tapi disisi lain, aku sudah jenuh menjadi penikmat rindu tanpa temu. Rinduku telah sampai pada puncaknya. Memuncak di malam minggu yang kesekian kalinya.
Aku tidak bisa menahannya lagi. Perlahan ku ambil ponselku. Ku kirim pesan singkat untuk Leo.
"Nana, kapan kita bertemu? Aku sangat merindukanmu,"bunyi pesanku.
Beberapa menit berlalu, pesan balasan dari Leo sampai di ponselku. Katanya,"Aku juga merindukanmu, tapi kamu tahu kan, situasi rumit sekarang? apalagi kita berada di dua daerah yang berbeda.
Segala sesuatunya telah di perketat aturannya".
Setelah membaca pesannya, aku berpikir sejenak. Aku memang begitu merindukan Leo, tapi aku tidak boleh menomorsatukan ego.
Aku juga harus ingat jangan sampai Leo mengabaikan segala aturan demi menemuiku.
Karena keesokannya adalah hari Minggu, aku berpikir tidak ada salahnya aku pergi menemui Leo.
Sungguh sangat tidak bermasalah jika pertemuan itu diadakan di tapal batas.
Aku tidak menuntut agar aku bisa menyentuhnya, aku hanya ingin bersua denganya dari jarak yang cukup dekat, meski sebatas melambaikan tangan dan saling melempar senyuman.
Kembali kubalas pesannyaM," ya sudah. Tapi hari Minggu esok aku ingin menemuimu. Kuharap kamu menyetujuinya. Cukup datang, dan temui aku di tapal batas".
Rupanya tak perlu pertimbangan lebih lama untuk Leo membalas pesanku,"baiklah, aku setuju. Esok aku akan menemuimu di tapal batas. Aku pun tidak bisa mengingkari jika aku juga merindukanmu sampai detik ini. Sampai jumpa esok,"balasnya.
Malam itu, pesannya tak kubalas lagi. Ingin rasanya untuk segera ku disapa pagi, lalu pergi menemui Leo sang kekasih hati.
Penulis merupakan calon Mahasiswi di Ruteng