***Catatan Avelinus Ramli Okom S.P***
Suatu ketika saat saya
duduk di kelas 2 SMP, kakek saya mendatangi rumah kedua orang tua saya sekitar
pukul 00.30 WITA.
Kamipun duduk dan berbagi
cerita terkait kisah pengalaman hidup kakek, semasa ia masih muda.
Ada suka juga ada duka ia
tuturkan semuanya kepada saya, nama kakek saya ialah Alm. Paulus Jehama beliau
adalah Mantan Kepala Desa Golo Lembur.
Setelah saya simak pengalaman
pada masa mudanya, hampir didominasi oleh kesusahan. Saat itu saya dibaluti oleh hasrat penasaran, karena penasaran
akhirnya saya memutuskan untuk bertanya.
Kakek kenapa hidup kakek
pada masa muda selalu didominasi oleh kesusahan?
Dengan nada sendu Almarhum
kakek saya menjawab dalam bahasa Manggarai ai
danong nana ami hoo haju toe pake laing (kami dulu hidup laksana kayu yang tak layak dipakai).
Mendengar jawaban itu,
sayapun bingung, lalu saya bertanya lagi ai
coo tara nggitun ke ema lopo? (kenapa begitu kakek).
Kakekpun menjawabnya
dengan terbata-bata “ai ami toe sekolah
le ende agu emagm (karena kami tidak disekolahi oleh orang tua kami).
Nah teman-teman pasti
bingung, kenapa orangnya tak bersekolah bisa jadi Kepala Desa?
Jawabanya ia bisa, karena
kepala desa pada zaman dulu tak memakai syarat administrasi tingkat pendidikan.
Hanya butuhkan satu
syarat yaitu bisa bicara didepan umum (nganceng
tombo olo mai ranga data do)
Dalam nada seru kakek
saya terus menasihati (toing) saya
katanya; (eme sekolah, sekolah di,a-di,a)
makanya kalau orang tua kamu suruh sekolah yah harus sekolah baik-baik.
Kamu sekolah bukan untuk
orang tua kamu melainkan untuk dirimu sendiri dan masa depan kamu (ite sekolah latang weki ru, cala jari tai
agu di,a diang).
Di tengah obrolan kami ia
ucapkan beberapa kalimat go,et Manggarainya
untuk saya diantara ialah go,et
berupa nasihat (toing) sebagai
berikut:
1.
Eme wakak betong asa manga waken nipu tae, eme muntung
gurung pu,u manga wungkut nipu curup (hanya
kamu yang bisa diharapkan oleh keluarga)
2.
Neka daku ngong data
(jangan menghakimi milik orang lain adalah milikmu atau jangan mencuri)
3.
Sili sili wisi sili sili cing, pe,ang pe,ang wecak
pe,ang wela ( berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah, tebarlah
kebaikan dari kapanpun sampai kapanpun)
4.
Sekolah toe landing le bora, ngo pala landing toe
manga (sekolah bukan karena
kaya, merantau karena miskin)
5.
Neka acu ngong hae wa,um neka kode ngong hae woem (jangan samakan manusia dengan binatang)
6.
Neka hemong beo bate elor, mopo koe golo lontom (jangan melupakan tanah kelahiranmu).