- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sejarah Danau Ranaka, Dulunya Jadi Tempat Pemandian Bidadari

    Penulis: Antonius Rahu | Editor:Tim Redaksi
    11 Juni, 2020, 12:51 WIB Last Updated 2023-03-27T05:50:27Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

    Danau Ranaka yang terletak tepat di kaki gunung Ranaka dulunya jadi tempat pemandian bidadari cantik dari khayangan, penamaan Ranaka berasal dari legenda Burung gagak alias ka yang mencuri jagung milik empo yang jadi nenek moyang orang Manggarai dewasa ini

    [Congkasae.com/Sosial Budaya] Apa yang terlintas dalam pikiran kalian jika mendengar kata Ranaka, mungkin kalian akan berpikir tentang gunung yang menjulang tinggi di sebelah timur kota Ruteng?

    Atau yang ada dalam benak kalian adalah tentang puncak tertinggi di Manggarai yang hampir seharian penuh diselimuti oleh kabut tebal.

    Ya.... Ranaka adalah salah satu danau yang terletak di atas ketinggian 2100 MDPL, oh iya biar tidak ada dusta diantara kita mungkin kalian bingung dengan istilah MDPL?

    MDPL itu singkatan dari Meter di atas Permukaan Laut makanya disingkat MDPL satuan ini dipakai untuk mengukur ketinggian suatu objek atau tempat dimana laut dipakai sebagai acuan, ok clear ya hahahaha.

    Back to topic, Secara geografis danau ini terletak tepat di kaki gunung Ranaka, oh iya gunung Ranaka itu bersebelahan dengan gunung Nampar Nos.

    Kedua gunung itu termasuk dalam gugus pegunungan Mando Sawu yang membentang dari Manggarai hingga Manggarai Timur.

    Sejarah Singkat Danau Ranaka

    Konon menurut legenda yang berkembang di masyarakat, danau Ranaka merupakan tempat pemandian para bidadari cantik dari khyangan.

    Konon menurut ceritanya awal penamaan danau itu, bermula dari petualangan dua orang pria yang berasal dari Minangkabau.

    Keduanya menginjakkan kaki di pulau kecil nan indah yang amat subur, pulau itu kemudian diberi nama  Nusa Nipa.

    Nusa artinya tanah, sedangkan Nipa (Nepa) bererti ular nama ini sempat diubah oleh bangsa portugis dengan nama Cabo daflores, sebelum berganti nama menjadi Flores yang kita kenal saat ini.

    Nah setibanya dua orang yang diyakini menjadi nenek moyang orang Manggarai saat ini, keduanya langsung memilih lokasi paling tinggi untuk dijadikan tempat bermukim.

    Lokasi yang dipilih tepat di puncak tertinggi Ranaka yang kita kenal saat ini, namun dulu tempat tertinggi di pegunungan Mando Sawu itu belum diberi nama Ranaka.

    Adapun pemilihan lokasi tertinggi sebagai pemukiman itu dengan alasan agar memudahkan proses pemantauan jika musuh sewaktu-waktu datang menyerang.

    Hal ini juga dilakukan oleh nenek moyang orang Manggarai selama beberapa dekade setelahnya, makanya lokasi perkampungan lama orang Manggarai selalu berada di atas ketinggian seperti di puncak bukit.

    Nah balik lagi ke nenek moyang alias empo yang mendiami lokasi sekitar Ranaka tadi, pemilihan lokasi itu juga memperhatikan mata air yang jadi sumber kehidupan bagi keduanya.

    Kebetulan di kaki gunung itu terdapat sebuah danau nan sejuk yang selama ini jadi sumber air minum bagi hewan liar sebut saja Motang, (babi hutan), Tagi (rusa), Kode (kera) dan burung-burung di hutan tersebut.

    Bangun Pertanian Untuk Kehidupan

    Untuk bisa bertahan hidup, kedua empo asal Minangkabau itu lantas membangun perkebunan jagung pertama yang berjarak tak jauh dari danau itu.

    Kondisi tanah yang sangat subur menyebabkan jagung yang ditanam kedua empo itu tumbuh subur di lokasi tersebut.

    Keduanya merasa senang mengingat stok makanan kedepannya akan tersedia disamping berburu adalah aktivitas harian untuk dijadikan lauk.

    Hari berganti, bulan berganti, tibahlah waktunya jagung-jagung yang ditanam kedua empo itu akan berisi, ini merupakan saat-saat paling baik untuk memanen jagung mudah hasil jerih paya keduanya.

    Keseharian mereka yang banyak menghabiskan waktu dengan berburuh hewan liar seperti tagi, motang, rupanya menjadi celah bagi beberapa hewan liar untuk memakan jagung yang ditanam kedua empo itu.

    Mulai dari Kode, Motang hingga rutung alias babi landak, semuanya datang memanen tanaman milik empo yang telah dengan susah payah merawat tanaman jagung itu.

    Dimakan Burung Gagak alias Ka

    Semakin lama, keduanya mulai merasa geram dengan tingkah hewan-hewan liar yang datang memanen tanaman mereka tanpa permisi.

    Keduanya hendak mengetahui kira-kira selain kodemotang dan rutung tadi hewan apa lagi yang ikut memanen tanaman milik mereka.

    Untuk mengetahui hal itu, keduanya mulai mengintai dari sekitar lokasi kebun, dan diperoleh kelompok baru yang ikut mengecap tanaman jagung milik mereka yakni burung gagak yang dalam bahasa Manggarai disebut Ka.

    Keduanya tidak langsung mencegat burung gagak alias Ka tersebut, usai kenyang dengan jagung milik kedua empo itu, ka itu lantas terbang menuju danau.

    Hal itu lantas diikuti oleh kedua empo sang pemilik lahan jagung yang dimakan Ka itu. Kedua empo itu awalnya menduga bahwa Ka yang telah mencuri jagung milik mereka hendak minum air di danau itu.


    Makanya keduanya membuntuti burung Ka itu ke danau, sesampainya di danau itu hal yang mereka duga-duga rupanya tidak terjadi.

    Dari jarak dekat, mereka melihat burung-burung gagak alias Ka itu berganti wujud menjadi bidadari cantik nan jelita.

    Mereka mulai melepas sayap Ka nya dan menggantungkan sayap itu di ranting pepohonan di sekitar danau, lalu burung Ka yang sudah berganti wujud menjadi bidadari cantik itu mengusir teriknya matahari dengan berendam di danau itu usai kenyang dengan jagung curian milik kedua empo itu.

    Alangkah marahnya kedua empo itu melihat tingkah laku bidadari itu, namun keduanya tidak langsung mencegat Ka yang berubah wujud jadi bidadari cantik itu.

    Keduanya merasa tambah penasaran, maka hari itu kedua empo itu membiarkan bidadari-bidadari cantik itu berendam puas sebelum berubah wujud kembail menjadi ka atau burung gagak dan terbang meninggalkan danau.

    Pulang Dengan Penuh Penasaran

    Sore itu keduanya bertambah penasaran dengan ulah ka yang telah menghabiskan sebagian jagung mereka.

    Di satu sisi keduanya merasa berang, dengan ulah Ka akan tetapi di sisi lain mereka masih penasaran dengan wujud gadis cantik di danau yang mereka intip itu.

    Maka untuk memastikan lagi, keduanya memutuskan untuk kembali melakukan hal yang sama di keesokan harinya.

    Kedua empo itu mengintai kebun jagungnya  dari sekitar area kebun, dan benar saja, di hari kedua empo itu kembali melihat gerombolan burung ka  itu kembali datang mematok jagung di kebun mereka.

    Usai kenyang gerombolan burung gagak yang disebut ka itu terbang meninggalkan kebun jagung menuju danau, hal itu diikuti pulah oleh kedua empo sang pemilik kebun jagung.

    Hal yang sama juga terjadi di danau, burung-burung gagak alias ka itu kembali berubah wujud menjadi bidadari cantik.

    Sayap-sayap mereka digantung di ranting pepohonan di sekitar danau, sementara bidadari-bidadari cantik yang sudah kenyang dengan jagung milik kedua empo itu berendam di danau.

    Usai berendam bidadari cantik itu kembali berubah wujud menjadi ka alias burung gagak dan terbang meninggalkan danau.

    Sementara dua orang empo sang pemilik kebun jagung semakin dibuat sakit hati dan penasaran campur aduk.

    Menyusun Strategi Busuk untuk Balas Dendam

    Setelah dua hari melakukan pengintaian yang hanya menimbulkan sakit hati dan penasaran akan sosok ka, malam itu kedua empo itu menyusun taktik sebagai bentuk balas dendam pada ka.

    Untuk hari ke tiga ini keduanya masih sepakat untuk mengintai kelakuan ka itu mulai dari kebun hingga di danau.

    Akan tetapi keduanya berencana akan mencuri sayap dari ka yang telah berubah wujud menjadi bidadari di danau itu.

    Bangun pagi di hari ketiga, kedua empo itu pun melakukan apa yang sudah direncanakan di malam harinya.

    Masih dengan kegiatan yang sama, keduanya mengintai kelakuan gerombolan ka itu di kebun jagung milik mereka.

    Usai kenyang dengan jagung milik kedua empo itu gerombolan burung gagak itu terbang menuju danau yang terletak tak jauh dari lokasi kebun mereka.

    Kedua empo itupun mengintai kelakuan buruang gagak itu hingga di danau, setibanya di danau hal yang sama masih dilakukan oleh burung gagak.

    Mereka berubah wujud jadi bidadari cantik lalu sayap-sayap mereka digantungkan di ranting pohon sekitar danau sebelum berendam di air danau yang sangat sejuk di siang hari.

    Dengan hati dag dig dug kedua empo itu lantas mengambil sayap dari dua bidadari yang paling cantik lalu disembunyikan dua empo itu.

    Sayap Hilang Bidadari Dijadikan Istri

    Setelah sekian lama berendam di danau itu bidadari-bidadari cantik itu akhirnya hendak kembali ke khayangan mereka.

    Satu persatu bidadari itu keluar dari dalam danau dan memakai sayap mereka sebelum berubah wujud kembali menjadi burung gagak alias Ka.

    Namun ada yang merasa kehilangan sayap usai berendam di danau hari  itu, lantas bidadari yang lain mulai membantu kedua bidadari yang kehilangan sayap itu untuk menemukan sayap yang hilang.

    Setelah sekian lama melakukan pencarian di sekitar lokasi, sayap dua bidadari itu tak kunjung ditemukan sementara terik siang hari mulai berganti senja.

    Kedua bidadari itu mulai panik dan takut karena tidak bisa berubah wujud menjadi Ka sebagai syarat untuk bisa kembali ke khayangan.

    Karena malam sudah tibah bidadari lain yang telah berubah wujud menjadi burung gagak alias Ka memutuskan meninggalkan danau itu dengan dua teman mereka yang gagal berubah wujud kembali menjadi Ka.

    Dalam situasi kepanikan dan ketakutan yang dialami dua bidadari itu karena kehilangan sayap mereka,  kedua empo yang menyembunyikan sayap dua bidadari itu pun muncul dengan niat membantu keduanya mencari sayap mereka.

    Namun itu sebenarnya hanyalah akal bulus dari dua empo yang telah menyembunyikan sayap dua bidadari itu.

    Karena malam semakin larut sementara sayap tak kunjung ditemukan, dua empo itu menawarkan gubuk mereka sebagai lokasi bermalam bidadari cantik itu.

    Semenjak malam itu mereka hidup bersama dalam satu gubuk sebagai suami isteri dan menghasilkan keturunan yang merupakan asal usul orang Manggarai saat ini.

    Sementara danau yang dijadikan sumber mata air penghidupan mereka dinamai danau Ranaka, puncak tertinggi yang jadi lokasi gubuk mereka dinamai gunung Ranaka.

    Penulis: Antonius Rahu dibantu Berto Jahang

    Tulisan ini merupakan hasil wawancara dengan beberapa tokoh adat di Manggarai selama beberapa waktu. 

    Tulisan ini jadi bagian dari usaha Congkasae.com dalam upaya mencatat peristiwa-peristiwa penting di Manggarai yang terjadi di masa lalu.

    Jika anda merasa terpanggil untuk misi mulia ini anda bisa menghubungi kontak website kami, terima kasih.

    BACA JUGA:




    Komentar

    Tampilkan

    ads