Bagi Orang Manggarai Timur, Flores, NTT Jodoh seseorang sudah diprediksi sejak manusia masih berumur 5 hari.
Oleh: Antonius Rahu
[Congkasae.com/Sosial Budaya] Kata orang jodoh merupakan rahasia sang Ilahi, kaum ini beranggapan bahwa jodoh sudah ditetapkan oleh Tuhan, namun sebagiannya lagi beranggapan jika jodoh merupakan hasil usaha manusia, Tuhan hanya merestui.
Apapun keyakinan anda tentang jodoh semoga kalian tidak menjomlo secara berkepanjangan, karena berat urusannya hahahahaha.
Bicara soal jodoh ada satu hal yang sangat unik bagi orang Manggarai Timur, Flores, yakni soal kemampuan memprediksi jodoh seseorang melalui sebuah ritual khusus.
Ritual ini juga dilakukan pada saat si jabang bayi masih berusia beberapa hari usai dilahirkan ke dunia.
Ritual Cear Cumpe
Cear Cumpe merupakan salah satu ritual yang lazim dilakukan oleh orang Manggarai ritual ini dilakukan setelah sang jabang bayi berusia 3 sampai 5 hari.
Melalui Ritual ini sang jabang bayi diterima secara adat dan masuk menjadi anggota keluarga sebagai meka weru (tamu kehormatan).
Dalam ritual ini beberapa hal yang dianggap krusial mulai diresmikan sebut saja status suku alias wa'u, bagi sang jabang bayi, mata air minum alias wae teku dan masih banyak lagi.
Cear cumpe juga menjadi pertanda bahwa sang ibunda jabang bayi sudah boleh beraktivitas di luar rumah, usai melahirkan.
Biasanya ritual ini diikuti oleh semua anggota keluarga termasuk tetangga dalam kampung.
Membaca Jodoh lewat Pusu Teko
Ada hal yang unik dalam ritual cear cumpe di Manggarai Timur, yakni soal pusu teko alias belalang hijau yang dipakai untuk meramal jodoh bagi sang jabang bayi kelak.
Bagi orang Manggarai Timur jodoh sang jabang bayi sudah bisa diketahui dari awal ketika melakukan ritual cear cumpe.
Uniknya media yang dipakai dalam meramal jodoh sang jabang bayi kelak adalah belalang hijau alias pusu teko.
Biasanya pusu teko alias belalang hijau diletakkan di atas kepala sang jabang bayi, sambil mendaraskan sederet permohonan.
Permohonan itu berisi jodoh bagi sang jabang bayi kelak, dalam permohonan itu arah terbang belalang usai dilepas menunjukkan arah kedatangan jodoh sang jabang bayi kelak.
Usai mendaraskan permohonan belalang hijau yang tadinya ditaruh di atas kepala sang bayi itupun di lepas liarkan.
Jika belalang hijau alias pusu teko itu terbang ke arah barat, maka konon kelak jodoh sang jabang bayi itu berasal dari arah barat.
Begitupula sebaliknya, jika pusu teko itu terbang ke arah timur, maka konon kelak sang jabang bayi memiliki jodoh dari arah timur.
Masyarakat meyakini itu, meski sejauh ini belum ada pembuktian ilmiah yang bisa menjelaskan hipotesis tersebut, makanya dikategorikan ke dalam mite alias mitos.
Masih Jomlo Juga??? Mungkin Pusu Tekonya Sudah Mati
Nah bagi kalian yang hingga saat ini masih menyandang status jomlo, jangan khawatir semuanya akan kebagian kok hahaha.
Sebenarnya ada beberapa kemungkinan mengapa kalian masih betah saja berada di kelas Jomlo. Kemungkinan pertama bisa jadi pusu teko yang dipakai dulu sedang tersesat hahahaha.
Makanya perlu diadakan doa khusus agar sang pusu teko tidak tersesat lagi, doakan juga agar ketika sang pusu teko kembali bisa membawa hasil yang memuaskan, mungkin bisa bawa pulang mantan pacar oooopssss salah calon pendamping maksudnya hahaha.
Kemungkinan yang kedua adalah kalian mungkin saja belum berhasil untuk melupakan si dia yang dulunya pernah mengisi relung hati kalian cie, cie cie bahasanya hahahaha.
Hal ini yang selalu membuat pikiran kalian terus-menerus memikirkan tentang si dia yang pernah menjadi penghuni hati.
Akibatnya kalian tidak mau membuka diri dengan kehadiran orang baru yang mungkin jauh lebih baik dari dia yang telah pergi.
Nah kemungkinan ke tiga adalah kalian yang terlalu memasang kriteria yang sangat tinggi bagi calon kekasih hati.
Sehingga setiap kali ada orang yang berusaha untuk mengisi kekosongan dana khas tuhhhh kan salah ketik lagi hahaha.
Iya setiap kali ada orang yang berusaha melakukan pendekatan ke kalian, malah kalian yang selalu merasah wah orang ini kayaknya tidak cocok nih sama saya.
Saran saya cobalah membuka hati, membuka diri bagi orang baru, siapa tahu orang baru ini kelak akan jadi kekasih idaman sepanjang hayat dikandung badan hehehe.
Penulis merupakan pemerhati budaya Manggarai saat ini berdomisili di Ruteng.
BACA JUGA
1. Budaya Lami Wina di Manggarai, Ujian Berat Bagi Calon Anak Mantu
2. Mengenal Anak Rona, Sang Pengatur Kehidupan Orang Manggarai