Yohanes Hadi Setiawan, Foto Docpri |
Oleh Yohanes Hadi Setiawan
Budaya emi lime merupakan sebuah budaya yang dimana masyarakat Manggarai harus terlebih dahulu ikut terlibat dalam mengerjakan pekerjaan orang lain agar suatu saat orang lain itu ikut terlibat dalam pekerjaannya.
[Congkasae.com/Sosbud] Manggarai dahulu dikenal
dengan sebutan sebuah daerah yang tingkat solidaritas masyarakat sangatlah
tinggi.
Solidaritas sudah ada sejak
manusia pertama datang di wilayah yang dikenal sebutan tanah nuca lale itu.
Berbicara tentang kerukunan,
Manggarai mungkin menjadi sebuah daerah yang sangatlah eksis dalam
mempertahankan kebudayaan.
Kebudayaan yang beragam ada
di setiap sendi kehidupan. Sejak lahir, manusia Manggarai sudah diikat
kebudayaan.
Kebudayaan tersebut terus
tumbuh seiring berjalannya usia manusia itu sampai pada tahap kematian.
Kebudayaan dan solidaritas
di Manggarai terlihat sejalan dalam sendi kehidupan masyarakatnya, bahkan dalam
pribahasa Manggarai mengatakan "nai
ca angit, tuka ca leleng", yang mau mengartikan bahwa dalam menjalankan
kehidupan mesti bersatu.
Bukan hanya dalam sektor
kebudayaan, dalam hal bercocok tanam juga terlihat tingkat antusias masyarakat
Manggarai jelas ada.
Ketika berbicara tentang kebudayaan
dan solidaritas dalam kehidupan Manggarai itu tidak terlepas dari tradisi nenek
moyang orang Manggarai.
Kebudayaan tersebut diciptakan
oleh nenek moyang orang Manggarai guna mempermudah dalam melaksanakan pekerjaanya.
Sebut saja istilah dodo yang menggambarkan bagaimana gotong
royong dalam menjalankan pekerjaan sudah ditanamkan oleh nenek moyang orang
Manggarai sejak zaman dulu.
Oleh karena tingkat gotong
royong yang sangat tinggi itu, maka orang Manggarai dituntut untuk tidak tinggal
diam dalam melakukan pekerjaan satu sama lain atau dalam istialah Manggarainya emi lime(ambil tangan).
Budaya emi lime merupakan
sebuah budaya yang dimana masyarakat Manggarai harus terlebih dahulu ikut
terlibat dalam mengerjakan pekerjaan orang lain agar suatu saat orang lain itu
ikut terlibat dalam pekerjaannya.
Tradisi tersebut sudah berlangsung
lama dan bahkan sampai sekarang masih dijalankan dalam kehidupan masyarakat
skala kecil.
Kebudayaan yang telah diwariskan
oleh nenek moyang tersebut merupakan harta kekayaan yang mesti dijaga dengan
baik oleh masyarakat Manggarai agar kebudayaan masih eksis dalam lini kehidupan.
Seiring berjalannya waktu
dan kemajuan teknologi yang sudah merambah dengat cepat dalam realita kehidupan
orang Manggarai, maka perlahan kebudayaan tersebut hampir tidak dilaksanakan bahkan bisa disebut hampir punah.
Teknologi yang telah berpacu
laju dalam semua sektor merupakan penyebab utama dalam menyumbang hilangnya kebudayaan
tersebut.
Bukan hanya itu, tingkat
kerukunan antara golongan atau keturunan masyarakat sudah mulai tidak nampak
juga menjadi faktor dalam menghalangi tingkat lanjutan dalam mempertahankan kebudayaan
tersebut.
Banyak faktor yang sangat
turut berpengaruh dalam upaya penghilangan kebudayaan tersebut dan faktor-faktor
tersebut tanpa disadari terus dijalankan dan dilakoni oleh masyarakat Manggarai
dewasa ini.
Selain faktor eksternal,
faktor internal juga menjadi salah satu pemicu dalam upaya penghilangan
kebudayaan tersebut.
Yohanes Hadi Setiawan merupakan Penulis buku " Lukisan Aksara"