Kondisi tanah yang amblas di kampung Maru kima, Foto Relys Sarong/Koran Flores |
Sudah lama seperti itu, kami harus bayar pungutan kalau melintas di sini,"katanya.
[Congkasae.com/Kereba] Warga desa Gunung, Gunung Baru, dan desa Mute kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur mengeluhkan kondisi jalan utama yang putus akibat kondisi tanah yang amblas pada Februari lalu.
Titik amblas terjadi di kampung Marukima, sekitar 2 km sebelah utara Wae Lengga, ibukota kecamatan Kota Komba.
Untuk melintas warga sempat menggunakan kayu gelondongan namun kondisi tersebut sangat berbahaya jika dilalui kendaraan.
Pantauan media ini pada Selasa (24/5) pagi, kondisi tersebut dibiarkan begitu saja meski jalan tersebut merupakan satu-satunya akses keluar masuk bagi warga tiga desa yakni desa Gunung, Gunung Baru dan desa Mute.
Agar bisa melintas para pengendara harus melewati pekarangan rumah warga itupun tidaklah gratis, para pengguna jalan harus membayar pungutan yang masuk ke kantong sang pemilik tanah.
"Sekali lewat harus bayar lima ribu untuk sepeda motor, kalau mobil sepuluh ribu,"kata salah seorang penjaga yang berdiri di pintu masuk pekarangan ketika didatangi media ini Selasa pagi.
Sayangnya penjaga tersebut tidak memberikan keterangan terperinci perihal peruntukan dana pungutan yang dilakukannya meski tanah yang digunakan untuk akses keluar masuk warga Gunung dan Gunung Baru hanya berjarak 50 meter saja.
"Saya hanya ditugaskan untuk menjaga,"kilah pria berusia 25 tahun itu.
Kondisi tersebut kata dia, sudah berlangsung cukup lama semenjak akses jalan menuju desa Gunung dan Gunung Baru itu putus total akibat kondisi tanah yang amblas.
Meski sering diberitakan media, namun kondisi tersebut hampir luput dari perhatian pemerintah kabupaten Manggarai Timur.
Hal tersebut diakui Saka, salah seorang warga yang melintasi jalan itu. Menurutnya semenjak jalan itu amblas akibat curah hujan yang tinggi, kondisinya dibiarkan begitu saja tanpa adanya perbaikan dari pemerintah.
"Sudah lama seperti itu, kami harus bayar pungutan kalau melintas di sini,"katanya.
Ia pun meminta pemerintah kabupaten Manggarai Timur untuk turun ke lokasi melihat lebih dekat kondisi jalan Wae Lengga-Lete Lait yang putus total itu.
"Tolonglah sudahi penderitaan ini, kondisi jalan sudah rusak ditambah lagi dengan adanya pungutan liar seperti ini kami masyarakat sudah sengsara,"tambahnya.
Secara umum kondisi jalan penghubung Wae Lengga-Lete, Lait memang sudah mulai berlubang, hal tersebut dapat dilihat pada beberapa titik.
Apalagi lapisan penetrasi ruas jalan itu dikerjakan sejak pemerintahan Christian Rotok ketika kabupaten Manggarai Timur masih bergabung dengan kabupaten Manggarai.
Pada masa pemerintahan Yosef Tote jilid dua, jalan itu sempat dilanjutkan pengerjaannya namun hanya sampai di perbatasan desa Gunung dan Gunung Baru tepatnya di Woko Randang.
Dari Woko Randang hingga Lait desa Gunung Baru, jalan itu belum tersentuh lapen sama sekali. Onggokan batu berukuran besar terlihat di sepanjang ruas jalan itu.
Warga desa Gunung Baru harus berjalan kaki sepanjang hampir 10 km jika hendak bepergian.
Penulis: Tonny