Foto: H. Abdurrachman Marolla dan Syam Kelilauw |
Dari keseluruhan narasi surat gelap tersebut, salah satu poin utama dikaitkan dengan proses pendirian MI yang digarap Yayasan Din Assalam.
[Congkasae.com/Kereba] segelintir oknum tertentu disinyalir sedang membangun opini seolah di kalangan tokoh umat Islam khususnya di Kota Ruteng sedang terjadi ketegangan.
“Mereka ini membangun opini melalui pesan gelap atau surat kaleng yang disebarkan melalui pesan whatsapp yang beredar di nomor ponsel kalangan tokoh dan sementara umat Islam di Manggarai,” ungkap Koordinator Front Muslim Pribumi Manggarai Raya (Fromprima), Syam Kelilauw, S.H., Jumat 1 Juli 2022, di Kota Ruteng, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT.
Hal itu dituturkan wartawan senior dan praktisi hukum tersebut merespons adanya pesan whatsapp yang dikirim seseorang kepada Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Kemenag Provinsi NTT.
“Dari informasi yang kami telusuri pesan whatsapp itu kemudian dikirim Kabid Pendis Kemenag NTT ke Pak Haji Rusul, Sekretaris Yayasan Baiturrahman Ruteng. Dari sinilah isi pesan whatsapp tadi tersebar ke nomor ponsel sejumlah tokoh umat Islam di Manggarai,” lanjut Syam Kelilauw.
Mantan Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Denpasar ini menunjukkan kepada media isi pesan whatsapp yang disebutkanya sebagai surat kaleng elektronik tersebut.
Seperti dikutip dari narasi asli isi surat gelap yang ditulis dalam ragam bahasa yang tak beraturan itu antara lain menyebutkan, “…seolah olah Ruteng itu di kuasai oleh segelintir org sllu meredah para ummat/tokoh umat yg lain berda’wah…”
Si pengirim mengaku sebagai aktivis dakwah Manggarai Raya. Isi surat gelap itu lebih lanjut, ”…semangat sekelompok tokoh tuk selalu meredam org berinovasi dlm berda’wah sama sama niat memajukan, membina anak bangsa (niat mereka ini harus di Hentikan).”
Itu dikaitkan dengan izin pendirian MI Din Assalam. “…menurut kami dgn di Berinya IJOP KPD MI Din Assalam ini…MK berakhirlah selisi perang kepentingan dua /, Tiga klmpk antara ummat Islam di ibukota Ruteng…”
Syam Kelilauw menegaskan, bahasa yang digunakan dalam surat kaleng elektronik tersebut jelas tidak karuan. “Itu seperti tata bahasa orang tidak kenal pendidikan. Kalau pinjam kata yang digunakan Rocky Gerung, itu dibuat orang dungu. Ini baru dari segi tata bahasanya,” nilainya.
Dari keseluruhan narasi surat gelap tersebut, salah satu poin utama dikaitkan dengan proses pendirian MI yang digarap Yayasan Din Assalam.
“Kami sedang menelusuri apakah memang ada keterlibatan oknum yang terkait Yayasan Din Assalam dengan isu atau rumors murahan yang menyebutkan seakan-akan ada kelompok umat Islam ini dan itu di Kota Ruteng,” papar Syam Kelilauw, wartawan jayakartanews ini.
Syam Kelilauw menegaskan pihaknya tak akan tinggal diam dengan gerakan opini dungu yang disebarkan oknum tak bertanggung jawab tadi.
“Jangan jadi pengecut dan pecundang jika punya kepentingan dengan pendidikan Islam yang berorientasi komersial di Kota Ruteng. Caranya sangat tidak beradab. Kami akan terus pantau opini liar yang disebarluaskan di tengah umat Islam di Kota Ruteng khususnya. Bukan mustahil kami akan mengambil langkah hukum untuk menindak upaya yang merusak reputasi para tokoh umat. Apalagi jika ada indikasi hendak mengganggu kerukunan dan kedamaian umat Islam di Kota Ruteng,” tandas Sekretaris Majelis Pakar Korps Alumni HMI (KAHMI) Bali ini.
Spirit kelahiran Front Muslim Pribumi Manggarai Raya (Fromprima) didorong semangat merawat suasana kondusif intern umat Islam, termasuk membangun moderasi beragama agar praktik toleran yang telah dibangun kalangan tokoh umat beragama, termasuk tokoh Islam di Manggarai, maupun Manggarai Barat dan Timur, tetap menguat dan mengedepan.
“Fromprima punya tanggung jawab melanjutkan warisan hubungan toleran para tokoh Islam khususnya yang setarikan napas dengan kearifan lokal (local genius) di daerah ini,” ujar alumnus Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar ini.
Ketua Umum MUI Kabupaten Manggarai H. Abdurrachman Marolla menunjukkan sikap geram menangggapi adanya surat kaleng elektronik yang menuding seolah-olah ada ketegangan, apalagi perpecahan di kalangan tokoh dan umat Islam di Kota Ruteng.
“Tidak benar itu. Faktanya umat Islam dan tokoh umat di Kota Ruteng khususnya, Manggarai umumnya, baik-baik saja,” tegas H. Marolla.
Dirinya mensinyalir itu dilakukan oknum tertentu yang berambisi membangun lembaga pendidikan Islam yang baru di Kota Ruteng yang populasi umat Islam tidak seperti di daerah lain di Jawa atau Sumatra.
Mereka disebutkan hanya mendahulukan ambisi pribadi. Mereka ini berupaya memanfaatkan isu atau rumors seakan-akan ada tokoh yang mendukung rencana mereka dan ada tokoh yang tak mendukung. (*)