"Biasanya kami bisa panen 1.500 hingga 2000 liter setahun, namun tahun ini hanya capai 500 liter,"keluh Yakobus.
[Congkasae.com/Kereba] Para petani kopi di desa Rana Mbata, kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Flores NTT tengah merasa gusar lantaran hasil produktifitas tanaman kopi mereka menurun drastis sementara harga mengalami kenaikan.
Kegundaan itu diutarakan petani kopi Sbastianus Abu ketika ditemui di kediamannya di Mbata desa Rana Mbata, kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Minggu (3/7) kemarin.
Menurut dia produktifitas komoditas kopi yang dimilikinya tahun ini mengalami kemerostan apabilah dibandingkan dengan produktifitas tahun lalu.
"Tahun ini saya hanya dapat 400 liter kopi, biasanya saya selalu dapat di atas 1000 liter setiap tahunnya,"keluh Sbastianus Abu ketika disambangi media ini di Mbata Minggu kemarin.
Ia menuturkan penurunan produktifitas kopinya itu berdampak pada pundi-pundi rupiah yang ia terima di tahun ini.
Meski harga jual ke pihak pengepul mengalami kenaikan namun Sbastianus dan beberapa orang petani Kopi di desa Rana Mbata harus mengelus dada lantaran produktifitas kopi yang anjlok.
" Tahun ini harganya sudah menyentuh di Rp. 20.000 per liter, harga ini cukup baik bilah dibandingkan dengan harga tahun lalu yang hanya menyentuh angka Rp.12.000 per liter,"tambahnya.
Selain Sbastianus Abu, keluhan serupa juga diutarakan oleh petani lain atas nama Yakobus Jehamat, menurutnya produktifitas kopinya tahun ini mengalami penurunan yang amat jauh.
"Biasanya kami bisa panen 1.500 hingga 2000 liter setahun, namun tahun ini hanya capai 500 liter,"keluh Yakobus.
Ia mengatakan penurunan itu terjadi lantaran kondisi cuaca yang tidak menentu dalam beberapa tahun terakhir.
"Kondisinya memang begitu, musim hujan yang berkepanjangan seperti ini menyebabkan tanaman kopi enggan mengeluarkan bunga, akibatnya hanya daun kopi saja yang tumbuh lebat sementara buahnya tidak ada,"katanya.
Ia mengutarakan kegalauan dialami petani kopi lantaran biaya produksi mulai dari perawatan hingga panen yang tak seimbang dengan hasil yang diperoleh.
"Tanaman kopi itu butuh perawatan maksimal, mulai dari pembersihan gulma, hingga pembersihan tunas baru tanaman kopi, proses petik hingga biji kopi itu dijual ke pengepul itu semua butuh biaya yang tidaklah sedikit,"pungkasnya.
Ia berharap kondisi cuaca akan membaik dalam beberapa bulan ke depan lantaran musim mekar tanaman kopi miliknya berlangsung dari Juli hingga September.
Namun apabilah kondisi cura hujan masih tinggi maka hampir dipastikan tahun depan para petani kopi di desa Rana Mbata kembali mengalami penurunan produksi.
Penulis: Tonny
Baca Juga
Kopi Colol Menembus Ruang dan Waktu
Kopi Colol, Jejak Penjajahan di Tanah Manggarai yang Mendunia
Puluhan Hektare Hutan TWA Ruteng Rusak Akibat Disulap Jadi Kebun Kopi