Antonius Rahu |
[Congkasae.com/Kereba] Jurnalis kelahiran Manggarai Timur, Flores, NTT, Antonius Rahu menjadi jurnalis Flores pertama yang mengikuti pelatihan jurnalis media asing Reuters.
Pelatihan jurnalis digital yang diselenggarakan oleh kantor berita Reuters itu didanai oleh platform meta yakni induk perusahaan facebook, whatsapp dan instagram.
Sebagai salah satu peserta dalam pelatihan itu Antonius Rahu mendapatkan kehormatan bisa mengikuti pelatihan jurnalis kelas dunia.
"Yang pasti bangga dan senang ya bisa ikut pelatihan jurnalis kelas dunia, dengan ilmu yang kekinian sesuai perkembangan zaman,"kata Antonius Rahu seusai mengikuti pelatihan di Ruteng Minggu.
Menurutnya dunia Pers hari ini sudah banyak berkembang mengikuti kemajuan dunia teknologi informasi yang selalu dinamis.
Karena itu menjadi Jurnalis dewasa ini juga harus mampu menghadapi tantangan yang semakin berat di era disrupsi informasi.
"Dalam pelatihan itu banyak diajarkan soal menjadi jurnalis di era digital, karena disrupsi informasi saat ini everyone is a journalist siapa saja bisa menjadi jurnalis dengan hadirnya platform facebook, tiktok, twitter dan sekelasnya,"kata Pemimpin Redaksi Congkasae.com itu.
Menurutnya di tengah disrupsi informasi itu tugas berat jurnalis adalah melakukan verifikasi informasi karena peran media massa saat ini sedikit bergeser dari yang dulunya pure pembawa informasi kini berubah menjadi verifikator informasi.
"Dan ini menjadi tugas berat Jurnalis karena semua informasi yang beredar itu diperluhkan parameter verifikasi biar bisa membedakan ini fakta dan itu hoaks, itu hanya bisa dilakukan oleh media massa,"tambahnya.
Dalam kesempatan itu mantan wartawan majalah Flobamora Diaspora itu juga menyinggung soal media massa yang mengejar clickbyte dengan judul berita yang sensasional dan cendrung destruktif.
Menurutnya sebagai insan media hal tersebut tak perluh dilakukan karena justru akan menimbulkan turunnya kepercayaan publik akan media itu sendiri.
"Dalam pelatihan tersebut kita diajarkan bagaimana bekerja sebagai jurnalis yang profesional dengan tantangan dunia digital saat ini,"katanya.
Ia mencontohkan terkait kasus bunuh diri yang marak terjadi di Manggarai belakangan ini dimana pelaku media seperti jurnalis malah baru mengetahui ada peristiwa bunuh diri setelah video atau foto kejadiannya viral di facebook.
"Nah untuk kasus tersebut tugas jurnalis adalah memberikan klarifikasi kebenaran informasi yang telah beredar luas di facebook dengan menghubungi otoritas berwenang seperti polisi, untuk verifikasi kebenaran informasi, apakah benar ada kasus bunuh diri atau hanyalah hoaks semata,"kata mantan Pemimpin Redaksi Majalah Floreseditorial itu.
Menurutnya pelatihan jurnalis digital yang diselenggarakan media asing seperti Reuters penting diikuti oleh insan Pers di tanah air khususnya di NTT.
Hal tersebut dilakukan untuk menumbuhkan iklim jurnalisme yang berkualitas dan bermartabat di NTT.
Untuk itu ia menyarankan para pelaku Pers untuk turut selalu memperbaharui ilmu yang dimiliki seiring perkembangan zaman.
"Sehingga kita bisa melakukan penyesuaian sesuai dengan tantangan dunia digital yang selalu dinamis,"ucapnya.
Pelatihan Jurnalis digital yang dilakukan oleh media internasional Reuters digelar berkat kerja sama antara kantor berita Reuters dan platform meta milik Mark Zucherberg.
Pelatihan itu sendiri dilakukan secara daring yang diakhiri ujian di bagian akhir demi memperoleh sertifikat bagi para peserta.
Sementara untuk biaya pelatihannya sendiri murni didanai oleh meta para peserta hanya menyiapkan PC atau Laptop yang terhubung ke jaringan internet selama pelatihan.
Di bagian akhir para peserta berhak mendapatkan sebuah sertifikat dan materi pelatihan yang bisa diakses di LMS masing-masing peserta.