- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Mengapa Bandara di Mbay Flores Diberi Nama Bandara Surabaya II?

    By Antonius Rahu | Editor Tony R
    26 Maret, 2023, 11:51 WIB Last Updated 2023-03-26T07:01:02Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

     

    Ilustrasi Bandara di Mbay Flores

    [Congkasae.com/Travel] Pemerintah Kabupaten Nagekeo tengah membangun bandar udara di kabupaten itu untuk menjawab kebutuhan penumpang akan lalulintas udara dengan nama Bandara Surabaya II.


    Bandara baru itu nantinya akan dibangun di atas lahan seluas 49,79 hektar dengan panjang landasan pacu 1.200meter.


    Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappelitbang) Kabupaten Nagekeo, Kasmir Dhoy mengatakan pihaknya memberi nama Bandara baru itu dengan nama Bandara Surabaya II.


    Penamaan Bandara Surabaya II ini tentu saja memiliki kaitan erat dengan nama ibu kota provinsi Jawa Timur yakni Surabaya.


    Namun Kashmir Dhoy mengatakan penamaan Surabaya II bagi Bandara di Nagekeo itu sesuai dengan nama yang disematkan oleh Jepang ketika menduduki Indonesia pada tahun 1942.


    "Lokasi bandara itu benar-benar tepat di lapangan terbang yang dulu dibangun Jepang,"kata Kepala Bappelitbang Nagekeko Kashmir Dhoy yang dihubungi Sabtu kemarin.


    Menurut Kashmir pemberian nama itu dilakukan setelah pihak pemerintah mempertimbangkan aspek historis di mana Jepang dulunya pernah membangun lapangan terbang di tempat yang sama dengan bandara yang dibangun saat ini.


    Kashmir menuturkan kala itu Jepang memberi nama lapangan terbang itu dengan nama lapangan terbang Surabaya II.


    Kendati demikian pembangunan bandara baru di Mbay ibu kota kabupaten Nagekeo itu sempat mengalami hambatan pada tahun 2011 lalu terutama soal Penentuan Lokasi (Penlok) karena lokasi yang ditunjuk saat itu merupakan lokasi yang bertempat di atas tanah milik Tentara Nasional Indonesia (TNI).


    "Karena bukan di lahan pemda Nagekeo sehingga IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) tidak keluar,"tambah Kashmir.


    Ia mengatakan dengan penlok saat ini pembangunan bandara Surabaya II Mbay itu sudah dilakukan di atas lahan milik Pemerintah Nagekeo dengan status tanah yang sudah tersertifikat pada tahun 2019 lalu.


    "Saat ini sudah benar-benar di atas lahan milik Pemda Nagekeo dengan status tersertifikat tahun 2019,"ujar Kashmir Dhoy.



    Pendudukan Jepang di Flores 1942-1945

    Kisah pendudukan Jepang di Pulau Flores bermula dari tahun 1942 hingga 1945, Jepang masuk ke Flores dengan mendirikan lapangan terbang yang berpusat di Mbay.


    Meski pendudukan Jepang itu hanya berlangsung selama 3 tahun sebelum Indonesia merdeka, namun Jepang sempat mendirikan fasilitas militernya di Mbay berupa lapangan terbang untuk pesawat militernya.


    Lokasi lapangan terbang itu tepat berada di lahan yang ditunjuk pemerintah dalam pembangunan bandara baru milik Pemda Nagekeo saat ini.


    Lapangan terbang yang dibangun tentara Jepang itu dulunya bernama Surabaya II, belum diketahui apa latar belakang penamaan lapangan terbang Surabaya II bagi tentara Jepang kala itu.


    Padahal secara geografis letak kota Surabaya sangat jauh dari Mbay yang berada di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur.


    Atas dasar sejarah itulah pemerintah kabupaten Nagekeo menamai bandara baru yang dibangun di Mbay itu dengan nama Bandara Surabaya II.


    Bandara Berkategori C

    Rencana pembangunan bandara Surabaya II di Mbay ibu kota kabupaten Nagekeo itu merupakan proyek prestisius pemerintah Nagekeo.

    Klasifikasi Bandara berdasarkan Panjang runway, lebar sayap dan leanding gear/Sumber Dephub Indonesia


    Pasalnya bandara Surabaya II yang akan dibangun itu memiliki panjang landasan pacu 1.200 meter.


    Itu artinya bandara Surabaya II itu akan mampu mendaratkan pesawat bermesin turbin seperti ATR 72, atau pesawat Cessna.


    Untuk dapat mendaratkan pesawat bermesin jet seperti pabrikan Boing dan Airbus, panjang landasan pacu minimal harus 1.850 meter.


    Dengan spesifikasi landasan pacu itu, bandara Surabaya II di Mbay masuk kategori bandara tipe C dengan spesifikasi 1.200-1.800 ARFL (Aeroplane Reference Fielth Length) dengan kategori bandara kelas I.


    Sementara dari sisi lebar sayap Wings Span (WS) bandara bertipe C harus memiliki lebar landasan pacu antara 24m hingga 36m.


    Sementara dari spesifikasi Jarak Roda Utama Terluar alias Outer Mean Gear (OMG) landasan pacu bandara itu berada dalam rentang 9m sampai 14 meter.


    Bandara Ketujuh di Flores

    Dengan panjang landasan pacu atau Runway berukuran 1.200 meter itu artinya Bandara Surabaya II di Mbay Flores itu masuk kategori bandara ketujuh di Flores setelah Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo, Bandara Frans Seda di Maumere kabupaten Sikka, Bandara Gewayantana Larantuka, Bandara Frans Sales Lega di Ruteng dan Bandara So'a di Ngada.

    Daftar Bandara di Flores berdasarkan panjang landasan pacu/Congkasae.com

    Pasalanya panjang landasan pacu alias runway bandara internasional Komodo di Labuan Bajo saat ini yakni 2.600m dengan dengan kategori D.


    Sementara panjang landasan pacu bandara Frans Seda Maumere yakni 2.250m dengan lebar landasan pacu 45 meter.


    Bandara Haji Hassan Aroeboesman Ende memiliki landasan pacu dengan panjang runway 1650meter.


    Bandara Gewayantana di Larantuka memiliki panjang landasan pacu dengan ukuran 1.600m dengan lebar landasan pacu 30m.


    Bandara Frans Sales Lega di Ruteng Ibu kota Kabupaten Manggarai memiliki panjang landasan pacu dengan ukuran 1.500m dengan lebar 30m.


    Bandara Soa di kabupaten Ngada memiliki landasan pacu dengan ukuran panjang landasan pacu 1.400m dengan lebar landasan pacu 23 meter.


    Manggarai Timur Kabupaten Tak Miliki Bandara

    Dengan daftar bandara yang dimiliki saat ini kabupaten Manggarai Timur jadi satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki bandar udara di Flores.


    Kabupaten yang dimekarkan pada tahun 2007 itu baru menyiapkan lahan untuk pembangunan landasan pacu yang berlokasi di tanjung Bendera kecamatan Kota Komba.


    Lokasi tersebut sangat strategis karena terletak di pantai selatan pulau Flores, proses penyiapan lahan itu sudah sampai pada penyerahan lahan dari masyarakat adat setempat kepada pemerintah daerah.


    Namun proses pembangunan bandaraya belum diketahui sampai tahap mana.


    Editor: Tim Congkasae


    Jangan Lupa Baca tulisan serupa dari Antonius Rahu di pranala berikut ini


    Jelajahi NTT dengan Dimonim Air Harga Tiket Mulai dari 200 Ribuan


    Penerbangan Merpati 6715, Kecelakaan Pesawat Pertama di Manggarai

    Komentar

    Tampilkan

    ads