Proses pencarian pelajar Matim yang tenggelam |
Dua orang tersebut terdiri dari bocah kelas IV SD Katolik Rana Loba yang tenggelam setelah tak bisa berenang di sungai Wae Reca Jumat (24/3) pagi.
Bocah yang berusia 9 tahun itu berangkat menuju sungai wae Reca untuk mandi berasama teman-temannya, namun Ciko dilaporkan tenggelam beberapa saat setelah mandi di sungai itu.
Mengetahui teman mereka atas nama Ciko telah tenggelam, bocah lainnya hanya bisa meneriaki sang bocah tenggelam namun tak bisa berbuat banyak.
Teriakan bocah-bocah itu kemudian didengar oleh warga di sekitar sungai yang kemudian menuju lokasi kejadian untuk memastikan kebenaran informasi.
Sesampainya di lokasi kejadian warga atas nama Wang itu sempat tak percaya dengan teriakan bocah-bocah itu, lantas sang bocah lain menunjukan seragam sekolah beserta sepatu milik korban.
Pencarian pun dilakukan dengan alat seadanya, warga yang berada di sekitar lokasi kejadian mulai mencari bocah malang itu dengan menyusuri sungai.
Namun proses pencarian nihil setelah hampir satu jam, korban baru diketahui setelah warga melakukan ritual adat di sekitar lokasi.
Korban yang ditemukan di dasar sungai sudah dalam kondisi tak bernyawah dengan kondisi muka yang mulai membiru.
Korban sempat dilarikan ke Puskesmas Borong, namun pihak medis memastikan jika korban sudah tak bernyawa.
Insiden itu berlangsung pada pukul 10.00Wita dan tidak diketahui oleh para guru di SDK Rana Loba.
Sementara di desa Rana Kolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur insiden serupa juga menimpa pelajar SMA pada hari yang sama.
Aprilius Sergio Kladen dilaporkan meninggal dunia setelah tenggelam di sungai Wae Mokel. Kejadian itu terjadi pada Jumat (24/3) kemarin.
Kepala Kepolisian Resort Manggarai Timur melalui Kapolsek Kota Komba I Komang Suita mengatakan insiden pelajar yang tenggelam itu bermula dari Korban beserta tiga orang rekannya berangkat dari Nunur desa Rana Kolong untuk mencari Ipun di sungai Wae Mokel.
Korban pun berjalan menuju tempat bernama Laiwio yang merupakan tumpukan tanah di tengah aliran sungai Wae Mokel.
Ketika hendak menyebrang itulah korban terseret arus sungai dengan ketinggian 2,5 meter, korban yang tak bisa berenang itu lantas berteriak meminta tolong pada tiga rekan lainnya namun rekannya tak bisa melihat dengan jelas keberadaan korban karena air sungai sedang keruh akibat banjir.
Proses pencarian pun dilakukan dimana korban baru bisa ditemukan pada pukul 14:48 Wita, meski sempat dilarikan ke Puskesmas Wae Lengga namun nyawa korban tak tertolong.
Kasus bocah yang meninggal dunia akibat tersert arus suangai maupun tenggelam karena tak bisa berenang meningkat drastis di Manggarai Timur sejak beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data hasil penelusuran yang dimiliki media ini, kasus kematian yang menimpa bocah terjadi dalam frekuensi yang sering dalam kurun tiga tahun terakhir.
Di tahun 2022 kemarin kasus kematian bocah akibat terseret dan tenggelam tercatat dua kasus, sementara di sisi lain kasus pelecehan hingga pemerkosaan yang melibatkan anak di bawah umur juga terjadi cukup masif di kabupaten ramah anak itu.
Penulis: Tony