Cahaya mentari meredup sementara penampakan matahari terihat seperti bulan sabit |
[Congkasae.com/Sosial Budaya] Hari ini sejumlah wilayah di Indonesia bagian timur mengalami fenomena gerhana matahari hibrid.
Kondisi cuaca di kota Ruteng, Ibu kota kabupaten Manggarai Kamis (20/4) terlihat cerah berawan ketika gerhana matahari terjadi di wilayah itu.
Sementara di wilayah Cancar kecamatan Ruteng, cahaya matahari tak memancarkan panas sama sekali meskipun cuacanya cukup cerah.
Warga menyebutk ada keanehan dengan intensitas cahaya pada Kamis pagi, dimana cahaya matahari yang tak memancarkan energi panas meski jam menunjukan pukul 12:00 Wita.
"Aram weleng wakarn mata leso, leso hoo lite, (mungkin terjadi gerhana matahari hari ini),"kata salah seorang warga Cancar kepada media ini.
Ia mengatakan intensitas cahaya matahari semenjak Kamis pagi juga tampak sedikit redup, hal tersebut yang menjadi penyebab timbulnya hawa dingin meski jam menunjukan angka 12:00 Wita dimana seharusnya hawa panas terasa.
Kondisi matahari yang tidak memancarkan panas itu berlangsung hingga pukul 13:00Wita, ketika matahari langsung memancarkan panas dan orang-orang baru menyadari jika terjadi gerhana matahari.
Gerhana Matahari Hibrid merupakan kondisi ketika Matahari, Bulan dan Bumi berada dalam satu garis lurus, kondisi ini mengakibatkan cahaya matahari terhalang sebagiannya oleh bulan.
proses terjadinya gerhana Matahari |
Sementara bagian yang terhalang itu sendiri membentuk bayangan bulan di bumi, daerah yang disinari bayangan bulan itulah yang disebut gerhana matahari.
Sementara beberapa daerah di wilayah Flores melihat bentuk matahari yang menyerupai bulan sabit, banyak orang yang mengabadikan momen langkah ini di jejaring sosial facebook mereka.
Sementara itu banyak pula orang yang berbondong-bondong menyaksikan gerhana matahari sebuah fenomena alam yang cukup langkah terjadi.
Fenomena Langkah
Gerhana matahari cincin atau hibrid terjadi hampir setiap tahun, dengan titik lokasi yang selalu berpindah-pindah.
Peneliti astronomi dan astrofisika di Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang, kepada BBC News Indonesia mengatakan dibutuhkan waktu yang sangat lama bagi manusia di bumi untuk dapat mengamati gerhana matahari dari lokasi yang sama.
Sebagai contong untuk wilayah Manggarai dan NTT pada umumnya yang mengalami gerhana matahari pada hari ini dibutuhkan waktu hingga tahun 2049 untuk bisa melihat gerhana matahari cincin dari wilayah itu.
“Terkecuali kalau untuk gerhana matahari total saja atau gerhana matahari cincin saja. Itu secara rata-rata bisa terjadi antara 3 sampai 4 tahun sekali."kata Andi.
Mitos Weleng Wakar dan Tulah
Acara torok ketika teing hang empo |
Istilah weleng wakar merujuk pada fenomena alam gerhana matahari, dalam mitologi ini matahari yang memiliki nyawah (wakar) terpisah dengan badannya.
Kondisi inilah yang disebut weleng wakar alias gerhana matahari. Selain weleng wakar, munculnya gerhana matahari juga diyakini membawa pertanda yang kurang baik bagi kehidupan masyarakat.
Kegelapan yang ditimbulkan oleh gerhana matahari itu sendiri diyakini akan membawa mala petaka dalam kehidupan umat manusia di bumi.
Pada zaman dulu, nenek moyang orang Manggarai akan membawa permasalahan gerhana matahari itu dalam torok ketika memberi makan para leluhur dengan meminta para leluhur untuk menjaga mereka dari amarah sang jari agu dedek.
Berdasarkan mitologi ini gerhana matahari sendiri diyakini akan membawah tulah yang tidak baik bagi kehidupan manusia di bumi.
Hal ini terjadi lantaran terlalu banyak dosa dan kesalahan yang dilakukan manusia sehingga sang pencipta menjadi marah.
Untuk itu nenek moyang orang Manggarai kala itu harus mengadakan ritual khusus dengan menggunakan ayam jantan untuk meminta maaf dan mohon pengampunan dan perlindungan kepada jari agu dedek.