Perayaan Minggu palma ini menjadi awal pertanda dimulaihnya pekan perayaan paskah yang terdiri dari tri hari suci yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci serta Minggu Paskah.
Tradisi Minggu Palma sendiri muncul dalam gereja Katolik untuk mengingat kembali momen ketika Yesus disambut di pintu Gerbang kota Yerusalem untuk menyelesaikan misi utamanya yakni wafat di Kayu Salib demi penebusan dosa umat manusia.
Momen ketika Yesus dielu-elukan pengikutnya di gerbang Yerusalem itu tercatat dalam kitab suci Injil yang mendeskripsikan bagaimana Yesus dielu-elukan di pintu masuk kota Yerusalem.
Beberapa penginjil menggambarkan momen Yesus masuk kota Yerusalem ini dalam beberapa ayat kitab Suci Injil misalnya penginjil Matius yang menulis ,"Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan”.-Matius 21:8.
Sementara penginjil Markus juga menggambarkan Yesus yang dielu-elukan di pintu gerbang kota Yerusalem dimana para pengikutnya membentangkan kain di jalan yang akan dilalui oleh Yesus.
"Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang”.-Markus 18: 11.
Pemaparan dua penginjil Matius dan Markus dalam dua ayat di atas tidak menggambarkan secara eksplisit tentang penggunaan daun palma yang dilambai-lambaikan di pinggir jalan yang hendak dilalui oleh Yesus seperti yang digambarkan oleh dua penginjil lain yakni Lukas dan Yohanes.
Dua penginjil Matius dan Markus hanya menyebutkan jika Yesus disambut oleh pengikutnya di pintu gerbang kota Yerusalem dengan cara membentangkan pakayan dan ranting pohon di atas jalan yang hendak dilalui oleh Yesus.
Hal ini sedikit berbeda dengan apa yang disampaikan oleh penginjil Lukas yang tidak menggambarkan secara eksplisit tentang kondisi pada saat Yesus hendak masuk ke kota Yerusalem.
"Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan”.-Lukas 19:36.
Dalam injilnya Lukas tidak menceriterakan bahwa pengikut Yesus serta para murid yang mengiringi-Nya menyebarkan ranting-ranting hijau dan memegang daun palma.
Satu-satunya penginjil yang mendeskripsikan peristiwa Yesus disambut di gerbang kota Yerusalem dengan daun Palma adalah penginjil Yohanes.
“Mereka (orang banyak) mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru: Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!”. Yohanes 12:13.
Dalam injilnya Yohanes tidak mendeskripsikan para pengikut Yesus yang menyebarkan ranting dan pakayan mereka di jalan yang hendak dilalui oleh Yesus.
Lahirnya Minggu Palma
Dari keempat penginjil di atas sangatlah jelas bahwa ritus penggunaan daun palma dalam ajaran Katolik saat ini berasal dari penginjil Yohanes.
Selain penginjil Yohanes ritus penggunaan daun palma juga tertulis dalam kitab Wahyu yang menceriterakan bagaimana jumlah manusia yang tak terhitung banyaknya berjubah putih dan memegang daun palma di tangan dengan menyeruhkan kemuliaan bagi Allah.
“Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” . -Why 7:9-10.
Selain itu dalam catatan Egeria mengenai Liturgi di Yerusalem pada abad ke 4, ritus penggunaan daun palem dan ranting zaitun sudah dilakukan oleh pengikut kristus sejak abad ke empat.
Dalam catatan itu dideskripsikan bagaimana orang-orang berkumpul di atas bukit zaitun pada hari Minggu pukul lima sore.
Di atas bukit itu mereka mendengarkan pemakluman tentang detik-detik Yesus masuk ke kota Yerusalem.
Lalu orang-orang itu turun dan melakukan perarakan ke seluruh kota Yerusalem dalam perarakan itu orang-orang memegang daun palem atau ranting Zaitun di tangan.
Tradisi ini diikuti oleh para pengikut Kristus di Spanyol pada abad kelima yang diikuti oleh pengikut Kristus di Galilea pada abad ketujuh dan di Roma pada abad ke sebelas.
Dari sanalah lahirnya Minggu Palma yang dijalankan dalam ajaran Katolik saat ini.
Mengapa Harus Daun Palem?
Dalam tradisi Yahudi kemenangan disimbolkan dengan daun palem, karena daun palem yang melambai-lambai ketika ditiup angin.
Filosofi inilah yang melatar belakangi para pengikut Kristus sehingga memilih daun palem untuk menyambut kedatangan Yesus ketika memasuki kota Yerusalem.
Daun palem yang melambai-lambai ketika diterpa angin dipandang menyerupai tangan manusia yang sedang melambai.
Lambaian tangan ini yang kemudian menandakan kemengan bagi orang-orang Yahudi.
Hal ini pula diadopsi oleh gereja Katolik, dalam ajaran Katolik penggunaan daun palem merupakan simbol dari kemenangan Yesus Kristus dari kematian dengan misteri kebangkitanNya pada hari ketiga.
Maka dari itu, gereja Katolik memilih daun palem sebagai lambang kemenangan melawan dosa dan hawa nafsu duniawi melalui korban domba paskah pada puncak perayaan paskah.
Penulis: Antonius Rahu