- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sejarah Penyebaran Islam di Manggarai dari Pengaruh Bima Hingga Gowa

    Penulis: Antonius Rahu | Editor:Tim Redaksi
    21 April, 2023, 14:25 WIB Last Updated 2023-04-21T07:49:19Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

     

    Para dalu di manggarai zaman dulu
    Para dalu Manggarai yang berada di bawah kekuasaan Najib Reo dipilih dan diberhentikan oleh Najib 

    [Congkasae.com/Nunduk] Masuknya agama Islam di tanah Manggarai tak terlepas dari sejarah pendudukan kerajaan Bima di bawah kesultanan Gowa yang sempat menguasai Manggarai pada masa lampau.


    Agama mayoritas di Indonesia itu menyebar ke Manggarai pada masa kesultanan Gowa di Sulawesi yang masuk melalui kerajaan taklukannya pada suatu peperangan dimana kerajaan Bima di NTB kalah dalam perang itu.


    Akibatnya suluruh wilayah kerajaan Bima di NTB menjadi daerah kekuasaan kesultanan Gowa termasuk wilayah Manggarai yang ada di pulau Flores bagian barat.


    Kesultanan Gowa yang memeluk islam berpengaruh pada kerajaan taklukannya termasuk kerajaan Bima di NTB yang kemudian juga ikut memeluk Islam.



    Pada saat yang bersamaan Kerajaan Bima yang menduduki Manggarai juga ikut menyebarkan pengaruh ajaran Islam yang dianutnya bagi penduduk di Manggarai.


    Sejarah tentang pendudukan Manggarai oleh kerajaan Bima di NTB ini tertuang dalam tulisan Coolhaas yang menyebutkan bahwa terdapat perjanjian antara Bima dan Belanda di bawah perusahaan VOC tahun 1660 yang menyebutkan Manggarai dalam derah taklukan Bima.


    Sejak saat itu daerah Manggarai kerap disebut daerah taklukan Bima, kerajaan Bima juga kerap mengumpulkan hasil bumi dari tanah Manggarai seperti kulit kayu manis, padi, jagung, kelapa, dan hasil bumi lainnya yang dijadikan upeti untuk VOC dan kesultanan Gowa.


    Pengaruh Kerajaan Bima di Manggarai


    sistem kedaluan di Manggarai zaman dulu
    Para Dalu yang ada di Manggarai

    Mengutip Hans Daeng dalam tulisannya "Manggarai Daerah Sengketa antara Bima dan Gowa", pengaruh pendudukan Bima di Manggarai sangat besar termasuk bagi penyebaran agama Islam di tanah Manggarai.


    Kerajaan Bima yang kala itu berada di bawah penguasaan kesultanan Gowa kerap mengumpulkan hasil bumi dari penduduk Manggarai untuk diserahkan sebagai upeti untuk  kesultanan Gowa dan juga VOC sebuah badan usaha bentukan Belanda yang bertugas untuk mengeruk kekayaan rempah-rempah dari Indonesia untuk diperjualbelikan ke Eropa.


    Kondisi tersebut berlangsung hingga awal tahun 1667 setelah diadakannya perjanjian Bungaya yang menyebutkan bahwa Gowa dan Makassar harus melepaskan kerajaan Bima ke tangan Belanda sebagai akibat dari kekalahan perang antara Belanda dan kesultanan Gowa dan Makassar tahun 1666.


    Alhasil daerah pendudukan Bima pun harus dilepaskan Gowa termasuk Manggarai yang kala itu masih dibawah pendudukan kerajaan Bima.


    Pada tahun 1727 putra kerajaan Bima menyunting putri Makassar yang berimbas pada wilayah dudukan Bima yakni Manggarai diserahkan kembali kepada kerajaan Makassar sebagai hadiah pernikahan itu.


    Alhasil Daeng Tamima kemudian mendirikan kerajaan Islam pertama di Manggarai tepatnya di Reo wilayah pesisir pantai utara Manggarai.


    Dari sanalah Islam mulai berkembang di wilayah Reo kecamatan Reok yang kita kenal saat ini.


    Kendati demikian serah terima tanah Manggarai kembali ke pangkuan kerajaan Makassar itu rupanya sampai juga ke telinga sultan Musa Lani Alima dari kerajaan Bima.


    Akibatnya pada tahun 1732 Sultan Musa Alima mengerahkan pasukannya untuk menyerang serta mengusir orang Makassar keluar dari Reo Manggarai.


    Kerajaan Bima yang menyusun strategi perang dari  wilayah barat melalui kedaluan Bajo rupanya gagal dalam serangan itu.


    Alhasil kerajaan Bima mengikutsertakan Todo dalam membangun serangan dari sisi barat dan selatan kerajaan muslim pertama di Reo itu.


    Namun kesempatan itu rupanya dimanfaatkan secara baik oleh raja Todo yang sedang berusaha menyebarkan pengaruhnya bagi seluruh wilayah di Manggarai.


    Akibat dari serangan tersebut sultan Makassar Daeng Tamima meninggalkan kerajaan muslim pertamanya di Reo dan lari kembali ke Makassar.


    Dalam hal ini Bima yang mengerahkan Bajo dan Todo berhasil menaklukan kerajaan islam Makassar di Reo, penjarahan mulai dilakukan terhadap Reo, orang-orangnya ditahan sebagai budak. (Coolhaas 1942:164-165).


    Bima Bentuk Pemerintahan Kedaluan dan Gelarang di Manggarai

    Setelah berhasil menaklukkan kerajaan Makassar di Reo, Kerajaan Bima mulai membentuk sistem perwakilan kerajaan Bima di tanah Manggarai dengan menunjuk Reo sebagai pusat perwakilannya di Manggarai yang disebut Naib.


    Selain Reo perwakilan yang sama juga dibentuk di Bajo, Bari dan Pota yang masuk wilayah Manggarai Timur saat ini.


    Di Manggarai kerajaan Bima yang mempelopori pendirian sistem kedaluan yang tersebar luas ke seluruh penjuru tanah Manggarai.


    Masing-masing kedaluan itu bertanggung jawab kepada Naib yang berkedudukan di Reo yang memiliki perwakilan dang bertanggung jawab langsung dengan pemerintahan kerajaan Bima di NTB.(Hans Daeng 1995).


    Beberapa kedaluan yang terkenal seperti seperti Kedaluan Bajo, Kedaluan Cibal dan Kedaluan Todo memiliki hubungan koordinatif dengan Naib yang merupakan representasi kerajaan Bima di Reok.


    Selanjutnya Naib Reok memiliki hubungan dan tanggung jawab langsung dengan kerajaan Bima di Nusa Tenggara Barat.


    Salah satu kedaluan yang membawahi 13 kedaluan kecil di bawhanya adalah kedaluan Todo, dalu-dalu kecil tersebut memiliki tanggung jawab kepada kedaluan Todo.


    Adapun kedaluan kecil yang berada di bawah kedaluan Todo itu yakni kedaluan Kolang, Lelak, Wontong, Welak, Ndoso, Ndeles, Rahong, Ruteng, Poco Leok, Torok Golo, Sita, Riwu dan Manus. (Hans Daeng, 1995).

    sistem kedaluan di Manggarai zaman dulu, dalu, gelarang
    Sistem kedaluan di Manggarai yang dibentuk oleh pemerintahan kerajaan Bima


    Sementara Naib yang memiliki hubungan dengan Naib Reo seperti Naib Bajo, Naib Bari, Naib Pota.


    Naib Pota sendiri memiliki tiga kedaluan kecil di bawah kekuasaannya seperti kedaluan Congkar, Kedaluan Biting dan Kedaluan Rembong.


    Selain itu Naib Reo sendiri memiliki kedaluan kecil yang bertanggung jawab secara langsung pada Naib Reo yakni kedaluan Ruis,Pasak, Nggalak, Rego, Pacar, Boleng, Kempo, Nggorang, Mburak, Look dan kedaluan Lamba Leda.(Hans Daeng 1995).


    Masing-masing kedaluan ini memiliki kepala yang disebut dalu, yang dipilih langsung oleh pemerintahan kerajaan Bima melalui Naib atau kedaluan besar yang ada di atasnya.


    Masing-masing dalu itu bertanggung jawab untuk menyetorkan upeti berupa hasil bumi kepada pemerintahan kerajaan Bima melalui Naib Reo.


    Penyebaran agama islam juga mengikuti sistem pemerintahan kedaluan yang dibentuk, itulah sebabnya agama Islam menyebar secara menyeluruh ke seluruh pelosok tanah Manggarai, mulai dari Reo, Dampek, Lengko Elar, Congkar hingga Kempo dan Bari serta Boleng.

    Komentar

    Tampilkan

    ads