- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan


    Kawin Tangkap di Sumba, Sebuah Budaya yang Mengalami Pergeseran Makna?

    By Antonius Rahu | Editor Tony R
    08 September, 2023, 16:11 WIB Last Updated 2023-09-08T09:11:57Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

     

    Kawin Tangkap, Sebuah Budaya yang Mengalami Pergeseran Makna?
    Perempuan Sumba dengan busana adatnya

    [Congkasae.com/Sipi Sopok] Jagat Maya di NTT dihebohkan dengan rekaman video berdurasi pendek yang memperlihatkan praktik perburuan perempuan oleh sekelompok laki-laki berbaju merah yang tampak menggunakan mobill bak terbuka berwarna hitam.


    Video yang memperlihatkan upaya penangkapan perempuan yang menggendong tas ransel itu disebut-sebut terjadi di kabupaten Sumba Barat Daya.


    Dalam video yang beredar luas di media sosial sekelompok anak muda yang menggunakan mobil pik up hitam langsung menyergap dan menangkap seorang perempuan yang tengah berada di pinggir jalan.


    Usai ditangkap perempuan itu langsung dimasukan kedalam mobil pik up dan dengan cepat sekelompok pria Sumba berbusana adat itu langsung membawa lari perempuan itu.


    Meski perempuan yang belakangan berinisial DM itu meronta-ronta dan menolak dibawa pergi kelompok pemuda itu, namun hal itu tak digubris para pelaku.


    Dalam tajuk berita yang diterbitkan media Nasional kejadian itu terjadi pada Kamis (7/9) kemarin bertempat di desa Waimangura kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya NTT.


    Kapolres SBD Sigit Herimbawan mengatakan pihaknya telah berhasil melakukan penangkapan terhadap para terduga pelaku dalam peristiwa itu.


    Heri mengatakan para terduga penculik wanita itu berinisial JBT, MN, HT dan VS. Para terduga pelaku saat ini sedang menjalani pemeriksaan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres SBD sebagai buntut dari aksi mereka.


    "Tim gabungan personel Polres Sumba Barat Daya dan Polsek Wewewa Barat yang menangkap mereka. Dan sudah diperiksa unit PPA Satreskrim Polres Sumba Barat Daya baik korban dan para pelaku," jelasnya melansir detik.


    Ia mengatakan para terduga pelaku saat ini sedang menjalani pemeriksaan sebagai akibat dari tindakan mereka pada Kamis kemarin.


    Kendati demikian ibunda korban yang berbicara kepada Victorynews mengatakan jika aksi sekelompok pemuda yang viral di media sosial itu terjadi atas kesepakatan antara kedua orang tua pelaku dan korban.


    "Saya sendiri yang menyuruh anak saya untuk dilakukan kawin tangkap. Saya yang melahirkan dia sehingga saya berhak menentukan anak saya kawin dengan laki-laki yang saya pilih,” ungkap Marta Ngongo ibunda korban ketika dikonfirmasi wartawan.


    Marta mengatakan atas kesepakatan itu dirinya berhak menentukan siapa jodoh dari putri mereka yang belakangan viral lantaran jadi korban praktik kawin tangkap itu.


    Penulis Oe H. Kapita dalam bukunya berjudul Masyarakat Sumba dan Adat Istiadatnya mendefenisikan kawin tangkap yang diartikan sebagai bagian dari proses meminang perempuan Sumba.


    Menurut Oe H. Kapitan Kawin Tangkap merupakan tahap awal dari proses meminang gadis Sumba yang dilakukan atas dasar kesepakatan antar kedua belah pihak baik kedua oknum pasangan yang akan menikah maupun kedua keluarga besar.


    Atas dasar kesepakatan itu lazimnya seorang perempuan yang hendak dilamar dengan tradisi kawin tangkap harus berdandan secantik mungkin lengkap dengan busana adat Sumba dan berdiri di tepi jalan untuk menunggu rombongan calon suami untuk dilakukan penangkapan.


    Kendati demikian dalam praktiknya tradisi kawin tangkap yang menghebohkan itu terjadi tanpa adanya kesepakatan antar kedua belah pihak dan dilakukan dengan semena-mena dan bernuansa memaksa.


    Maka dari itu lahirlah kawin tangkap yang disamakan dengan kawin paksa seperti praktik perkawinan di masa lampau.


    Tradisi ini tentu saja tak boleh dibiarkan terjadi lantaran setiap perempuan Sumba diberi hak dan kebebasan dalam menentukan nasib dan masa depan mereka termasuk dengan siapa mereka akan menikah.


    Tradisi kawin tangkap yang dulunya menjadi salah satu tahapan meminang gadis Sumba terkontaminasi oleh keinginan satu pihak dengan mengorbankan hak dan kebebasan pihak lain.


    Maka jika sudah sampai pada titik ini alangkah baiknya para pemerhati budaya di Sumba termasuk pemerhati masalah perempuan di Sumba lantang bersuara menolak praktik kawin tangkap yang telah mengalami pergeseran nilai itu.

    Komentar

    Tampilkan