- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Mengenal Pang, Makanan Lokal Berbahan Ubi Hutan Beracun dari Manggarai Timur

    Tim Redaksi | Editor: Antonius Rahu
    26 September, 2023, 17:09 WIB Last Updated 2023-09-26T10:12:54Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

     

    Mengenal Pang, Makanan Lokal Berbahan Umbi Beracun dari Manggarai Timur

    [Congkasae.com/Kereba] Siang itu amat terik ketika sepasang suami istri sedang menggali beberapa onggokan ubi beracun yang amat besar dari dalam gundukan tanah.


    Bermodalkan tofa dan karung mereka memanen ubi hutan yang tumbuh liar di semak-semak sekitar desa Rana Mbata, Kecamatan Kota Komba Utara, Manggarai Timur.


    Pasangan suami istri Wihelmus Jehola dan Lidvina Jehunut asal kampung Leda, Desa Rana Mbata ini rupanya tengah memanen ubi hutan yang memiliki kadar racun cukup tinggi.


    Di musim kemarau seperti saat ini memanen ubi hutan alias pang adalah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh siapa saja baik kaum ibu maupun kaum bapak.


    Pang adalah sebutan untuk ubi hutan dengan nama latin Dioscorea Hispida yang memiliki bentuk umbi  bulat lonjong, mirip sirsak berwarna coklat muda, dengan bintik-bintik pada umbinya. 


    Pang termasuk suku gadung-gadungan atau Dioscoreaceae yang biasa dikonsumsi masyarakat sebagai pengganti beras dan jagung.


    "Pekerjaanya sangat rumit karena melewati proses dan tahapan yang ekstra hati-hati,"kata mama Lidvina Jehunut sembari menggali seonggok ubi hutan yang tumbuh di samping sebuah pohon.


    Setelah ubi hutan digali, maka langkah berikutnya adalah mengupas ubi beracun itu hingga menyisahkan isi dalamnya yang berwarna putih kekuning-kuningan.


    Proses pengupasannyapun harus dilakukan dengan hati-hati lantaran kadar racun yang dimiliki ubi hutan amat membahayakan tangan, sambung Lidvina.


    "Kalau kerjanya sembrono maka telapak tangan bisa terkelupas karena kandungan racun dari ubi hutan,"tambahnya.


    Seusai dikelupas, maka proses lanjutannya adalah mengiris ubi hutan menjadi potongan-potongan tipis berbentuk bulat.


    Potongan itu kemudian dijemur di terik matahari selama kurun waktu tiga sampai 4 hari, tergantung intensitas panas matahari.


    Selama proses penjemuran, kata mama Lidvina, pang tidak boleh terkena hujan karena akibatnya bisa fatal, Pang tidak akan bisa dikonsumsi karena akan mengandung racun yang tak bisa dinetralkan.


    "Karena itu selama proses pengeringan harus diperhatikan secara khusus, kalau kena air hujan maka harus dibuang karena beracun,"terangnya.


    Setelah melewati proses pengeringan proses selanjutnya adalah merendam irisan pang di air yang mengalir selama 3 malam berturut-turut.

    Pang Ubi Beracun dari Manggarai Timur
    Pang ketika usai melewati proses rawas


    Proses ini disebut rawas dalam bahasa manus Manggarai Timur, selama proses rawas, Pang harus direndam menggunakan karung dalam aliran air sungai lalu setiap pagi pang harus diaduk atau digoyang hal ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan racun dalam umbi.


    "Jika sudah dihari yang ketiga maka Pang harus diangkat dan siap dibawa pulang ke rumah untuk dikonsumsi,"ujar Lidvina.


    Setibanya di rumah pang yang sudah dicampur parutan kelapa dan gula pasir bisa dimasak menggunakan periuk atau menggunakan batang bambu untuk hasil yang maksimal.


    Proses memasak Pang menggunakan bambu disebut ghoset, proses ini menghasilkan aroma masakan yang menggugah selera.


    "Untuk proses percobaan, Pang harus dicoba oleh satu atau dua orang sebelum diberikan kepada orang banyak, karena kalau mabuk, maka Pang yang sudah diolah harus dibuang,"ujar mama Lidvina.


    Sementara sang suami Wihelmus Jehola mengatakan mabuk Pang memiliki kekhasan tersendiri, karena bisa muntah, tidak bertenaga kepala terasa berat dan hanya bisa barbaring selama seharian.


    "Kami dulu pernah mabuk itu barang rasanya berat sekali kepala pokoknya seharian dilewati dengan muntah dan tidur lemas semua badan,"kata Wihelmus mengisahkan.


    Ia menambahkan untuk proses menetralisir racun dalam tubuh bisa mengonsumsi air kelapa muda, namun itupun prosesnya bisa sehari.


    Intinya resiko dari makanan pang amat besar, kendati demikian Wihelmus memuji kelezatan yang dirasakan jika mengonsumsi pang.


    "Kalau proses pengerjaannya benar, pang adalah makanan favorit yang kelezatannya tidak tergantikan dengan aroma khasnya yang luar biasa,"kata Wihelmus.


    Ia mengatakan Pang saat ini kurang populer di kalangan anak muda lantaran kurang paham teknik pengolahannya.


    Sempat Jadi Makanan Pokok Pengganti Nasi

    Konon pada zaman dahulu Pang merupakan makanan lokal yang digunakan sebagai makanan pokok pengganti nasi dan jagung.

    ubi hutan beracun dari Manggarai Timur
    Umbi Pang sebelum diolah


    Pada sekitar tahun 30 an hingga 90an makanan ini digunakan sebagai makanan pokok terutama saat musim paceklik tiba seperti bulan September hingga November.


    Kendati demikian penggunaan Pang sebagai makanan pokok tergantikan oleh beras seiring pembukaan lahan sawah secara besar-besaran yang berimbas pada produksi padi yang tinggi.


    Dengan demikian peran Pang sebagai pangan alternatif tergantikan oleh beras sebagai makanan pokok.


    Saat ini Pang hanya dijadikan makanan sampingan dan bukan sebagai makanan pokok masyarakat Manggarai Timur.


    Komentar

    Tampilkan