[Congkasae.com/Sipi-Sopok] Ratusan Warga desa Wae Buka, Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat memilih meninggalkan kampung halaman mereka menuju Kalimantan untuk mencari pekerjaan.
Fenomena perpindahan penduduk ini bukan tanpa alasan, pasalnya desakan kebutuhan biaya hidup yang semakin besar ditambah lagi dengan harga jual komoditas utama seperti Kopi, Kakao dan Vanili yang semakin menurun.
Hal tersebut rupanya dialami oleh Arkadeus Darung (58), Warga desa Wae Buka ini terpaksa meninggalkan lahan garapan warisan orang tuanya dan memilih merantau ke Kalimantan meski usianya sudah tua.
Ia mengatakan desakan kebutuhan biaya hidup membuatnya memilih merantau ke Kalimantan dengan harapan akan mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak.
Fenomena perantau Manggarai yang bekerja ke Kalimantan rupanya sedang menjadi trend di kalangan warga Manggarai.
Mayoritas para perantau ini dipekerjakan di perkebunan kelapa sawit sebagai buruh panen, atau buruh angkut dengan upah yang cukup.
Ardi seorang pekerja perkebunan kelapa sawit asal desa Ngampang Mas kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur menyebut Kalimantan sebagai daerah buangan warga Manggarai.
"Artinya orang-orang yang merantau ke Kalimantan itu merupakan orang-orang yang memiliki masalah keuangan dalam keluarga termasuk terlilit hutang koperasi seperti saya,"katanya dalam pembicaraan per telepon dengan media ini Jumat kemarin.
Ia mengaku terpaksa meninggalkan keluarga dan isteri anaknya di kampung lantaran terdesak oleh utang koperasi yang diambilnya untuk modal usaha.
Namun di tengah perjalanan usaha yang dijalaninya bangkrut sementara cicilan koperasinya belum lunas.
Di tengah situasi yang genting Ardi pun meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja ke Kalimantan sebagai buruh pemetik buah kelapa sawit.
Dengan upah yang terbilang cukup, Ardi lantas mencicil hutang koperasinya,"dan syukurnya sudah lunas beberapa bulan lalu,"ujarnya.
Ia mengatakan terpaksa bekerja sangat keras lantaran desakan membayar hutang koperasi yang telah diambilnya untuk berdagang.
Dari Kalimantan Ardi berpesan untuk hati-hati membuka usaha jika tidak dilakukan pemetaan secara matang.
"Apalagi buka usaha dengan modal pinjaman seratus persen, karena kalau salah kelola pasti bangkrut titik akhirnya terlilit hutang dan lari ke Kalimantan seperti saya, sengsara kerja di Kalimantan ini,"tutup Ardi.
Seroang tokoh masyarakat dan pemerhati sosial dalam perbincangan dengan media ini mengatakan mayoritas masalah yang kerap dihadapi oleh para perantau belakangan ini adalah masalah perceraian.
Ia menyebut kerap melihat fenomena perceraian di tengah keluarga lantaran ditinggal merantau oleh suami atau oleh istri.
Hal tersebut bahkan terjadi dalam keluarga yang telah lama menikah,"artinya jika yang merantau itu hanya suami atau hanya istri maka keluarga itu rentan mengalami kasus perceraian,"ujarnya.
Apalagi jika dilakukan oleh pasangan yang baru menikah, tambahnya, maka itu sangat rentan terjadinya kasus perceraian.