Sejumlah pengungsi berlindung dengan tenda seadanya usai bencana tsunami yang melanda Pulau Flores, Sabtu, 12 Desember 1992 |
[Congkasae.com] Sebuah gempa dahsyat bermaknitudo 7,8 SR pernah mengguncang pulau Flores tepatnya pada Sabtu 12 Desember 1992 silam. Kuatnya gempa terasa hingga ke Labuan Bajo, Ruteng hingga Larantuka.
Tak lama berselang sebuah gelombang tsunami dengan ketinggian 2-10 meter menghantam pulau itu menelan korban jiwa harta benda serta menenggelamkan pulau Babi di kabupaten Ende.
Di pusat kota Maumere kabupaten Sikka gempa tersebut menghancurkan bangunan serta rumah-rumah penduduk kota, ribuan orang dilaporkan meninggal akibat gempa dan tsunami yang kala itu kerap disebut air laut naik.
Data yang dirilis Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukan pusat gempa terjadi di barat laut kota Maumere tepatnya di laut Flores dengan kedalaman 37 meter di bawah permukaan laut bermaknitudo 7,8 pada skala Richter terjadi pada pukul 13.29 Wita.
Sebuah kapal yang karam di daratan akibat diterjang gelombang tsunami Flores tahun 1992 |
Kuatnya gempa mengakibatkan terjadinya longsor di bawah perumkaan laut Flores yang memicu terjadinya gelombang air laut yang hebat dan memicu terjadinya tsunami ke daratan Flores.
Akibatnya bangunan serta penduduk yang mendiami wilayah pantai utara pulau Flores khususnya kabupaten Sikka dan Ende porak-poranda akibat diterjang gelombang laut setinggi pohon kelapa.
Pada Senin 14 Desember 1992 harian umum Kompas menurunkan laporan tragedi kemanusiaan pertama di Flores itu dengan foto dua bangunan runtuh dengan tajuk berita "Korban Gempa Flores 1.300 Orang Tewas".
Sementara itu data yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mengatakan 2.100 orang penduduk Flores meninggal akibat gempa dan tsunami di Flores tahun 1992.
Selain itu, 500 orang dinyatakan hilang hingga sekarang, 447 orang mengalami luka-luka dan 5000 orang harus mengungsi akibat bencana itu.
Selain itu data yang dikeluarkan pemerintah pusat kala itu menunjukan kuatnya gempa dan tsunami di Flores mengakibatkan kerusakan pada 18.000 unit rumah penduduk, mengahncurkan 113 sekolah, 90 rumah ibadah.
Presiden Soeharto kala itu langsung menetapkan tsunami Flores sebagai bencana Nasional dan baru pertama kali terjadi bencana tsunami di masa pemerintahannya.
Sementara itu kalangan ilmuwan Indonesia saat itu belum menaruh perhatian sepenuhnya pada kasus tsunami.
Riset dan penelitian perihal tsunami di Flores kala itu lebih banyak dilakukan oleh ilmuwan luar negeri seperti Jepang.
Bangunan di kota maumere ambruk diterjang gempa Flores 1992 |
Peneliti tsunami asal Jepang Yoshinobu Tsuji dalam jurnalnya berjudul Damage to Coastal Villages Due to the 1992 Flores Island Earthquake Tsunami (1995) memaparkan bagaiman dahsyatnya gempa dan tsunami itu.
”Kami ke pantai utara Flores mengunjungi 40 desa di sana untuk mengukur ketinggian tsunami,” tulis Yoshinobu Tsuji dalam laporannya di jurnal itu.
Ia memaparkan bencana itu telah merenggut seluruh penduduk kampung Wuring yang hanya memiliki ketinggian 2 meter di atas permukaan laut, selain itu ketinggian gelombang laut di desa Riangkoro tercatat mencapai 26 meter.
Tingginya gelombang laut di desa Riangkoro itu mengakibatkan kematian 137 orang di desa tersebut.
Sejak saat itu Ilmuwan mulai mempelajari tentang struktur bawah tanah dan jalur aktivitas vulkanik di pulau Flores bagian utara.
Hasilnya menunjukan adanya aktivitas patahan lempengan kulit bumi dimana ujungnya naik ke permukaan, kondisi ini kemudian dinamai sebagai sesar naik Flores.
Para ilmuwan juga telah memetakan jalur sesar ini yang mengarah ke utara pulau Lombok NTB, yang menimbulkan terjadinya rentetan gempa di pulau Lombok pada tahun 2018 silam.
Sesar ini juga menunjukan arah di sebelah utara pulau Bali dan Jawa serta membentuk sesar Kendeng di pulau Jawa.
Irwan Meliano peneliti ilmu kebumian di Institut Teknologi Bandung mengatakan sesar sebelah utara Pulau Flores yang menyambung hingga ke NTB, Bali serta utara pulau Jawa telah lama dimasukan dalam peta Bencana Nasional.
"Sesar belakang pulau Flores mekanismenya sesar naik dan ada sebagian yang turun,"ujar Irwan.