Bharada Bonefasius Jawa ketika bertugas di Papua |
[Congkasae.com/Kereba] Sosok Bharada Bonefasius Jawa alias Boy yang gugur dalam kontak tembak dengan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) distrik Titigi Kabupaten Intan Jaya Provinsi Papua Tengah pada Rabu (22/11) menyisahkan luka mendalam bagi keluarga.
Pasalnya pria kelahiran Ngada 19 November 2001 itu rupanya menjadi putra tunggal dan tulang punggung keluarga.
Bharada Boy dikenal sebagai sosok yang baik dan menjadi tulang punggung bagi keluarganya di Magulewa Ngada selama masa penugasannya di Papua.
Ia kerap membantu perekonomian keluarganya termasuk membiayai pendidikan bagi ketiga adik perempuannya yang masih duduk di bangku sekolah.
Masa Tugas Berakhir Desember 2023
Salah seorang keluarga mengatakan bahwa Boy lulus anggota polisi pada tahun 2021 silam dan ditempatkan di Kabupatan Sumba Barat Daya.
Pada Desember 2022 silam Boy dan beberapa orang rekannya ditugaskan ke Papua dalam operasi Damai Cartenz.
Sejak saat itu Boy menjadi satgas operasi Damai Cartenz yang ditempatkan di kabupaten Intan Jaya Provinsi Papua Tengah.
Mirisnya masa penugasan Boy akan berakhir pada 23 Desember 2023, itu berarti tinggal sebulan lagi Boy harusnya kembali ke NTT dan mengakhiri masa tugasnya.
Namun naasnya masa tugas yang tersisah sebulan itu berakhir dengan tragis setelah pluru KKB bersarang di tubuh Boy dalam aksi kontak tembak dengan KKB Papua.
Putra Tunggal dalam Keluarga
Dalam keluarga Boy merupakan anak tunggal pria.
Ia memiliki 3 orang saudari perempuan yang masih sekolah.
Selama ini Boy juga kerap membantu biaya pendidikan bagi ketiga adiknya yang masih sekolah.
Boy juga dikenal sebagai sosok tulang punggung keluarga selama masa penugasan di Papua.
Sejatinya Boy akan kembali ke NTT bulan depan namun takdir berkata lain.
Bukannya pulang kembali dengan selamat namun rupanya kembali ke NTT tinggal nama.
Sempat Menelepon Orang Tua Sebelum Kontak Tembak
Sebelum terjadi kontak tembak dengan KKB Papua pada Rabu pagi, bharada Bonefasius Jawa diketahui sempat menelepon orang tuanya di Ngada.
Dalam pembicaraan tersebut Boy menanyai keadaan keluarganya di kampung termasuk ketiga adik perempuannya.
Ia berjanji akan mendidik ketiga saudarinya dengan baik agar kelak bisa sukses.
Orang tua pun berpesan untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan tugasnya di Papua.
Telepon itu rupanya menjadi komunikasi yang terakhir bagi Boy dan keluarganya.
Boy tertembak pada bagian ketiak sebelah kiri dalam kontak tembak dengan KKB di distrik Titigi Kabupaten Intan Jaya Papua Tengah.
Kepergian Boy menyisahkan duka dan kehilangan yang mendalam bagi keluarga dan kerabatnya.