- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sejarah Pembentukan Keuskupan Agung Ende di Flores Beserta Uskup Pendahulunya

    Tim Redaksi | Editor: Antonius Rahu
    20 November, 2023, 10:22 WIB Last Updated 2023-11-20T03:29:02Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

    Sejarah Pembentukan Keuskupan Agung Ende di Flores Beserta Uskup Pendahulunya
    Gereja Katedral Ende


     [Congkasae.com/Kereba] Umat Katolik di keuskupan agung Ende di Pulau Flores tengah berduka menyusul berpulangnya uskup Agung Ende, Mgr Vinsentius Sensi Poto Kota yang Wafat di Rumah Sakit St Carolus Jakarta Minggu (19/11).


    Kepergian Mgr Sensi menjadi obrolan umat Katolik di wilayah keuskupan Agung Ende termasuk seluruh umat Katolik di pulau Flores.


    Pasalnya uskup Sensi menjadi salah satu uskup yang dikenal dekat dengan umat dan getol menyuarakan isu-isu lingkungan di pulau Flores termasuk masalah tambang.


    Uskup Sensi juga menjadi uskup yang mendampingi penahbisan uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat pada 19 Maret 2019 silam bersama uskup Denpasar Mgr Silvester San.


    Kabar kematian uskup Sensi itu dibenarkan oleh Vikaris Jendral Keuskupan Agung Ende, Romo Daslan Yosef. 


    Menurut romo Daslan, uskup Agung Ende itu berpulang dalam usia 72 tahun di Rs St Carolus Jakarta pada Minggu 19 November 2023.


    Sebelumnya uskup Sensi menjalani perawatan di Rs St Carolus Jakarta menyusul keluhan sakit pada bagian perut yang kerap merasa kembung.


    Ia lantas dirujuk ke Rs St Carolus untuk menjalani operasi di Jakarta, sejak saat itu kondisi kesehatannya sempat berangsur membaik sebelum akhirnya dikabarkan meninggal.


    Sejarah Pendirian Keuskupan Ende

    Pembentukan keuskupan Ende di pulau Flores tak lepas dari sejarahnya di masa silam, dimana wilayah-wilayah di kepulauan Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara saat ini) yang dilayani oleh Vikariat Apostolik Batavia (Keuskupan Agung Jakarta saat ini).


    Namun karena luasnya wilayah pelayanan maka pada tahun 1913 tahta suci Vatican melakukan pemekaran di kepulauan Sunda Kecil dengan membentuk Prefektur Apostolik Issole Della Piccola Sonda (Kepulauan Sunda Kecil) yang meliputi wilayah Pulau Timor, Sumba, Sumbawa, Lombok dan Bali.


    Pastor Petrus Carolus Noyen SVD ditunjuk menjadi Prefek Apostolik pertama yang memimpin wilayah Sunda Kecil saat itu dimana pater Noyen sendiri berkedudukan di Lahurus Halilulik pulau Timor.


    Sejak saat itu, pelayanan dan misi Katolik di provinsi Bali Nusra saat ini terpisah dari Vikariat Apostolik Batavia.


    Namun pada 20 Juli 1914 Propaganda Fide mengeluarkan sebuah dekrit yang memasukkan pulau Flores ke dalam gugusan wilayah tugas dari Prefaktur  Apostolik Sunda Kecil.


    Setahun kemudian tepatnya pada 14 Mei 1915 pastor Noyen yang menjadi Vikaris pertama di kepulauan Sunda Kecil memutuskan pindah ke pulau Flores, ia memutuskan untuk menetap di wilayah Ndona kabupaten Ende.


    Dengan perpindahan pastor Noyen itu ke Ende sekaligus pusat Prefaktur Apostolik Sunda Kecil berpindah dari pulau Timor ke pulau Flores tepatnya di Ende.


    Pastor Noyen SVD memimpin Prefaktur Apostolik Sunda Kecil dan berdomisili di Ndona sampai 24 Februari 1921.


    Pada 12 Maret 1922 Prefaktur Sunda Kecil dipromosikan menjadi Vikariat Apostolik dimana pater Arnold Verstraelen SVD ditunjuk menjadi Vikaris dan uskup tituler.


    Dalam perkembangan selanjutnya Vikariat Apostolik Sunda Kecil ini kemudian dimekarkan lagi menjadi beberapa bagian yakni Vikariat Apostolik Timor Belanda (Keuskupan Atambua) pada 25 Februari 1936 dan Prefaktur Apostolik Denpasar pada 10 Juli 1950.


    Hal ini pulah yang menjadi cikal bakal pendirian keuskupan Denpasar di pulau Bali dengan wilayah pelayanan meliputi dua provinsi yakni Bali dan Nusa Tenggara Barat.


    Selanjutnya nama Vikariat Apostolik Sunda Kecil yang berpusat di Ndona Ende berganti nama menjadi Vikariat Apostolik Endeh setelah dilakukan pemekaran beberapa vikariat baru seperti Vikariat Larantuka meliputi wilayah kabupaten Flores Timur saat ini, dan Vikariat Apostolik Ruteng yang meliputi wilayah kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur saat ini. 


    Perubahan nama Vikariat Apostolik Endeh itu dilakukan pada 8 Maret 1951 dimana pater Antonius Hubertus Thijssen SVD ditunjuk sebagai Vikaris menggantikan Pater Heinrich Leven SVD yang mengundurkan diri.


    Wilayah pelayanan Vikariat Apostolik Endeh saat itu masih terbilang luas yakni meluputi Kabupaten Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka dan pulau Sumba.


    Pada 20 Oktober 1959 Vikaris Antonius Hubertus Thijssen SVD melakukan pemisahan pelayanan di pulau Sumba dengan membentuk Prefektur Apostolik Weetebula (Keuskupan Weetebula saat ini).


    Lalu pada 3 Januari 1961 namanya berubah menjadi Keuskupan Agung Endeh, perubahan itu dilakukan pada saat uskup Gabriel Wihelmus Manek SVD diangkat menjadi uskup agung Endeh yang selanjutnya mengundurkan diri pada 1968.


    Usai menerima pengunduran diri dari Mgr Gabriel Wihelmus Manek SVD, tahta suci Vatican menunjuk Mgr Donatus Jagom SVD dan menjadi uskup Agung Endeh kedua yang berasal dari masyarakat asli yang memimpin keuskupan tersebut setelah uskup Gabriel Manek.


    Penunjukan Mgr Donatus Jagom itu dilakukan pada 19 Desember 1968, dimana 6 tahun kemudian tepatnya pada 14 Mei 1974 nama keuskupan agung Endeh kembali berubah menjadi Keuskupan Agung Ende yang kita kenal saat ini.


    Nama-Nama Uskup yang Pernah Pimpin Keuskupan Agung Ende

    Adapun deretan nama-nama uskup yang pernah memimpin keuskupan agung Ende mulai dari awal pembentukan Prefaktur Apostolik Sunda Kecil hingga dimekarkan menjadi beberapa keuskupan saat ini adalah sebagai berikut.


    Mgr Petrus Carolus Noyen SVD

    Pembentukan Prefaktur Apostolik kepulauan Sunda Kecil berbarengan penunjukan pater Petrus Carolus Noyen SVD menjadi Vikaris Apostolik.


    Awalnya pater Petrus Noyen bekedudukan di  Lahurus Halilulik pulau Timor, namun pada 14 Mei 1915 pater Noyen memutuskan pindah dari Timor ke Pulau Flores tepatnya di Ndona, kabupaten Ende saat ini.


    Pater Noyen SVD memimpin Prefaktur Apostolik kepulauan Sunda Kecil yang meliputi wilayah Flores, Timor, Sumba,Sumbawa, Lombok dan Bali hingga 24 Februari 1921 lantaran wafat.


    Mgr Arnold Verstraelen SVD

    Usai menerima kabar kematian Mgr Noyen di kepulauan Sunda Kecil, tahta suci Vatican menunjuk Mgr  Arnold Verstraelen SVD yang menggantikan mendiang Mgr Noyen SVD.


    Penunjukan itu, dilakukan pada 13 Maret 1922 yang menandai pergantian kepemimpinan Prefaktur Apostolik di Kepulauan Sunda Kecil.


    Mgr Arnold memimpin wilayah kepulauan Sunda Kecil ini hingga 15 Maret 1932 lantaran wafat.


    Mgr Heinrich Leven SVD

    Selanjutnya tongkat estafet di Prefaktur Apostolik Sunda Kecil berpindah ke tangan Mgr Heinrich Leven SVD.


    Tahta suci Vatican menunjuk pater Heinrich sebagai pemimpin Prefaktur Apostolik Sunda Kecil pada 25 April 1933.


    Ia memimpin Prefaktur Apostolik Sunda Kecil hingga 21 Juni 1950 lantaran pindah tugas.


    Mgr Antonius Hubertus Thjissen SVD

    Selanjutnya Vikaris Apostolik Sunda kecil yang telah dilakukan pemekaran kedalam beberapa wilayah seperti Vikariat Apostolik Larantuka dan Ruteng dipimpin oleh Mgr Antonius Hubertus Thjissen SVD.


    Ia mengemban tugas sebagai Vikaris Apostolik Endeh dari 8 Maret 1951 hingga 3 Januari 1961 lantaran pindah tugas.


    Mgr  Gabriel Yohanes Wihelmus Manek SVD

    Selanjutnya tahta suci Vatican menunjuk pater Gabriel Yohanes Wihelmus Manek SVD sebagai uskup Endeh.

    Mgr  Gabriel Yohanes Wihelmus Manek SVD
    Mgr  Gabriel Yohanes Wihelmus Manek SVD


    Ia menjadi uskup pribumi kedua setelah Mgr Albertus Soegijapranata SJ yang menjadi uskup di Indonesia dari kalangan warga pribumi.


    Sebelum ditunjuk menjadi uskup di keuskupan Endeh, ia menjabat sebagai uskup Larantuka. Mgr Gabriel Manek SVD bertugas di keuskupan Endeh hingga 19 Desember 1968 setelah mengundurkan diri dan menjadi uskup emeritus.


    Mgr Donatus Jagom SVD

    Usai menerima surat pengunduran diri dari Mgr Gabriel Manek SVD, tahta suci Vatican menunjuk Mgr Donatus Jagom SVD sebagai uskup di keuskupan agung Ende.

    Mgr Donatus Jagom SVD uskup agung Ende
    Mgr Donatus Jagom SVD uskup agung Ende


    Ia bertugas sebagai uskup agung Ende dari19 Desember 1968 hingga 23 Februari 1996 setelah dinyatakan pensiun lantaran usianya yang sudah tidak memungkinkan.


    Mgr Donatus Jagom melakukan perubahan nomenklatur dari Keuskupan Agung Endeh menjadi Keuskupan Agung Ende seperti yang kita kenal saat ini.


    Mgr Longinus Da Cunha SVD

    Usai pensiunnya Mgr Donatus Jagom SVD sebagai uskup agung Ende, Vatican menunjuk pater Longinus da Cunha sebagai uskup agung Ende.

    Mgr Longinus Da Cunha SVD
    Mgr Longinus Da Cunha SVD


    Ia menerima surat penunjukannya dari tahta suci Vatican pada 23 Februari 1966. ,Mgr Longinus bertugas di keuskupan agung Ende ini hingga 6 April tahun 2006 lantaran wafat.


    Mgr Vinsentius Sensi Poto Kota

    Selanjutnya tahta suci Vatican menunjuk uskup baru menggantikan mendiang da Cunha yang wafat, namanya adalah Mgr Vinsentius Sensi Poto Kota.

    Mgr Vinsentius Sensi Poto Kota mendiang uskup agung Ende
    Mgr Vinsentius Sensi Poto Kota mendiang uskup agung Ende


    Sebelum ditunjuk sebagai uskup Agung Ende Mgr Sensi sudah diangkat sebagai uskup di keuskupan Maumere pada 14 Desember 2005 seinring dengan pembentukan keuskupan Maumere yang dimekarkan dari Ende.


    Ia ditunjuk menjadi uskup di keuskupan agung Ende pada tanggal 14 April tahun 2007 dan memimpin keuskupan tersebut hingga 19 Mei 2023 lantaran wafat.


    Penulis: Antonius Rahu

    Komentar

    Tampilkan