- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sungai Wae Mokel di Manggarai Timur Dicemari Sampah Warga Mukun, Petani di Hilir Protes

    Tim Redaksi | Editor: Antonius Rahu
    10 November, 2023, 13:37 WIB Last Updated 2023-11-10T06:37:16Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1
    Sungai Wae Mokel di Manggarai Timur Dicemari Sampah Warga Mukun, Petani di Hilir Protes


     [Congkasae.com/Kereba] Aliran sungai Wae Mokel yang mengular melewati 3 wilayah kecamatan dipastikan tak lagi memberi penghidupan yang baik bagi masyarakat sekitar setelah tumpukan sampah dan limbah rumah tangga berserakan di hulu sungai itu.


    Pantauan media ini baru-baru ini tumpukan sampah berisi pembalut, bungkusan plastik hingga limbah rumah tangga lainnya berserakan di sungai itu yang tak jauh dari jembatan Wae Mokel yang teretak di perbatasan desa Golo Meni dan Desa Rana Mbeling.


    Sampah-sampah rumah tangga itu tampak sengaja dibuang oleh orang yang tidak bertanggung jawab meski aliran sungai yang bermuara di Wae Lengga itu menjadi sumber penghidupan bagi warga sekitar.


    Pencemaran sungai Wae Mokel itu belakangan diprotes oleh para petani sawah di desa Rana Mbata dan desa Gunung Baru yang mengandalkan sungai wae Mokel sebagai kebutuhan hidup mereka.


    "Sawah saya di sekitar aliran sungai itu, dan kami sering menggunakan air sungai itu untuk memasak dan minum,"kata salah seorang petani yang memiliki lahan persawahan di  Beka, desa Gunung Baru dihubungi Jumat (10/11).


    Ia meminta para pemangku kepentingan untuk turun tangan mengatasi masalah pencemaran air sungai itu mengingat banyak warga yang menggantungkan hidupnya dari aliran sungai terpanjang di Manggarai Timur itu.


    Masalah sampah yang mencemari lingkungan rupanya sudah lama disampaikan oleh pemerintah kecamatan Kota Komba Utara terutama melalui himbauan di mimbar gereja.


    Hal tersebut diakui camat Kota Komba Utara Nikolaus Tolentino Saka, menurut Saka, imbauan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di aliran sungai wae mokel telah lama menjadi pusat perhatian pemerintah.


    Kendati demikian Saka mengakui keteledoran masyarakatnya yang tetap saja membuang sampah di aliran sungai itu meski dilarang.


    Pantauan media ini di jembatan Wae Mokel memang tidak dipasangi himbauan pemerintah perihal larangan membuang sampah di aliran sungai itu.


    Himbauan yang diakui oleh camat Kota Komba Utara itu hanya dilakukan melalui mimbar gereja. Persoalan sampah yang mencemari aliran sungai Wae Mokel juga mendapat protes dari warga desa Gunung yang dilewati aliran sungai itu.


    Aleksius Sale, salah seorang warga desa Gunung mengatakan kepada Congkasae.com melalui sambungan telepon jika dirinya bersama petani lain di persawahan dekat Rita Pada kerap mengonsumsi air sungai wae mokel.


    "Kami selalu menggunakan air sungai itu untuk masak, mandi dan cuci jika turun ke sawah,"kata Saleh.


    Ia mengaku kecewa setelah mendengar kabar bahwa tumpukan sampah berisi pembalut berserakan di hulu sungai itu.


    Pasalnya, ujar Sale, di wilayah desanya air sungai itu dijadikan air minum oleh para petani sawah lantaran tak ada sumber air yang lainnya yang lebih bersih.


    "Jadi tolong warga Mukun, perhatikan nasib kami yang ada di hilir sungai ini, kami tak mau mengonsumsi air sisah rendaman pembalut kalian,"ujar saleh kesal.



    Komentar

    Tampilkan