- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Menakar Fungsi Naga Beo dalam Mitologi orang Manggarai

    Tim Redaksi | Editor: Antonius Rahu
    20 Maret, 2024, 18:42 WIB Last Updated 2024-03-20T11:51:38Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1
    Menakar Fungsi Naga Beo dalam Mitologi orang Manggarai
    Naga Beo dalam mitologi orang Manggarai sebagai pelindung dan pengayom warga


     [Congkasae.com/Nunduk] Dalam mitologi kuno orang Manggarai, setiap kampung memiliki sosok pelindung yang memiliki peran mengayomi para penghuni kampung tersebut, sosok tersebut dinamakan naga beo.


    Ya naga yang hampir ada dalam setiap mitologi kuno suku bangsa di dunia mulai dari Timur Tengah, Eropa hingga Asia selalu digambarkan dengan binatang sejenis ular yang memiliki rupa yang menyeramkan.


    Dalam kitab suci perjanjian lama khususnya kitab Ayub digambarkan tentang ciri-ciri binatang misterius itu.


    Dalam Ayub 41:9-12 dituliskan tentang seekor naga yang dideskripsikan sebagai binatang menyeramkan dimana Bersinnya menyinarkan cahaya, matanya laksana merekahnya fajar. Dari dalam mulutnya keluar suluh, dan berpancaran bunga api.


    Dari dalam lubang hidungnya mengepul uap bagaikan dari dalam belanga yang mendidih dan menggelegak isinya. Nafasnya menyalakan bara, dan nyala api keluar dari dalam mulutnya.


    Hal tersebut rupanya tergambar dalam mitologi kuno suku bangsa di Indonesia termasuk dalam mitologi kuno orang Manggarai.


    Hanya saja di Manggarai binatang misterius itu digambarkan memiliki sisik dan bentuknya menyerupai ular, memiliki sayap dan kaki serupa ayam untuk berjalan.


    Dari dalam mulutnya menyemburkan lida api, serta memiliki bisa yang mematikan, bagi orang Manggarai naga bisa membunuh makhluk apa saja di dekatnya hanya dengan mengepakkan sayapnya.


    Selain itu hewan ini bisa membunuh manusia jika terbang melintasi kepala manusia, sebegitu menyeramkannya hewan tersebut sampai-sampai dijuluki kaka taa.


    Meski demikian keganasan naga rupanya memiliki peran dan fungsi yang berbeda apabilah berhubungan dengan kelompok masyarakat.


    Pasalnya binatang buas ini bisa berubah seratus delapan puluh derajat ketika dijadikan binatang penjaga bagi manusia.


    Nama atau julukan barunya adalah Naga Beo, yakni sosok ular naga yang memiliki peran untuk melindungi serta mengayomi para penghuni kampung.


    Tempat kediamannya diyakini berada di areal compang (mesbah) atau di pintu masuk kampung (paang beo).


    Dalam keyakinan orang Manggarai Naga Beo memiliki peran penting dalam menjaga serta melindungi para penghuni di suatu kampung.


    Selain itu Naga Beo juga berperan penting dalam menyeimbangkan aurah-aurah negatif yang dibawa masuk dari luar kampung.


    Ia juga berperan dalam menangkis serangan roh halus yang hendak mencelakai para penghuni kampung tersebut.


    Peran dan fungsi tersebut amatlah berbeda jika dibandingkan dengan sosok seram yang digambarkan dalam mitologi orang Manggarai tentang binatang tersebut.


    Lantas bagaimana perlakuan naga beo dalam keyakinan orang Manggarai?

    Lantaran memiliki peran sebagai pelindung warga maka Naga Beo selalu diperlakukan secara istimewah.


    Hal tersebut terlihat dalam ritus takung yang dilakukan oleh para tetua adat dalam perkampungan tersebut terutama dalam ritus hang woja dan penti di Manggarai.


    Dalam tradisi di kedaluan Manus Manggarai Timur misalnya ritus takung terhadap Naga Beo tersirat dalam ritual ker (keng) ketika diadakan acara tepal sebagai rangkaian acara hang woja.


    Dalam ritus tepal para tetua adat mengadakan takung naga beo dengan menggunakan ayam dan tuak.


    Dalam ritus itu intinya warga meminta Naga Beo untuk menolak segala jenis niat jahat (sepa agu nggael) dari luar perkampungan yang bertujuan untuk mencelakai para penghuni kampung.


    Selain itu naga beo juga diminta untuk melindungi serta mengayomi para penghuni kampung sehingga hidup rukun satu sama lain.


    Ritus tersebut diakhiri dengan pemberian makan berupa sesajian (hati ayam dan beras, serta tuak) bagi naga beo termasuk para leluhur kampung itu.


    Selain dalam ritus tepal, penyebutan naga beo juga tersirat dalam ungkapan ker (keng) ketika diadakan ritus penti.


    Dalam ritus penti juru bicara (tongka) biasanya meminta naga beo untuk melindungi para pemilik rumah agar terhindar dari ancaman bahaya.


    Hal tersebut tersirat dalam kalimat pembuka "Denge lite naga de tana agu pokot de golo, dst,,,,,,,"


    Sebegitu pentingnya peran naga dalam melindungi masyarakat sehingga binatang seram itu diberi ruang khusus dalam budaya Manggarai.


    Apa Jadinya Jika Naga Beo tak diberi Takung?

    Jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja akan mencelakai para penghuni kampun tersebut, pasalnya naga beo memiliki peran sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.


    Apabilah tak dihiraukan maka diyakini akan banyak terjadi hal-hal buruk yang menimpa para penghuni kampung tersebut.


    Orang Manggarai meyakini sebagai penjaga kampung naga beo berperan penting dalam memberi restu atau menjaga setiap warga dari ancaman bahaya khususnya dari luar kampung.


    Misalnya apabilah ada seseorang yang memiliki ilmu hitam yang hendak mencelakai salah satu dari penghuni kampun tersebut, maka orang tersebut harus meminta ijin kepada naga beo.


    Apabilah sang naga memberi ijin maka mala petaka yang dirancangkan para penyihir itu akan terjadi kepada warga kampung.


    Namun apabilah naga beo enggan memberi restu maka niat jahat dari sang penyihir itu tak akan menimpa para penghuni kampung tersebut.


    Atas dasar itulah orang Manggarai selalu memberi tempat yang khusus kepada sosok naga beo yang terdapat dalam mitologi Manggarai.


    Ritus tersebut hingga kini masih terpatri dalam budaya Manggarai khususnya di wilayah kedaluan Manus Manggarai Timur.


    Penulis: Antonius Rahu

    Komentar

    Tampilkan

    ads