[Congkasae.com/Kereba] Umat paroki Kisol, Kevikepan Borong, Keuskupan Ruteng tengah dihebohkan dengan insiden skandal seks yang melibatkan pastor paroki tersebut.
Pastor paroki yang berinisial AI itu dilaporkan tertangkap basah tengah berduaan dengan istri orang ketika sang suami memergoki prilaku tak biasa keduanya.
Informasi tersebut dibenarkan oleh ketua Dewan Paroki Kisol Rikus Rambe, menurut Rikus insiden itu terjadi di kampung Rende, desa Lembur, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur Rabu (24/4) malam.
"Ini katanya, karena kami bukan saksi mata juga, menurut laporan dari suaminya katanya tertangkap basah bilangnya. Kejadiannya di rumah pribadi perempuan," ungkap Ketua Dewan Paroki Kisol, Rikus Rambe, Jumat (26)4/2024).
Menurut Rikus masalah tersebut telah dilaporkan sang suami kepada kevikepan Borong, otoritas gereja katolik yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari imam paroki.
Ketua dewan Pastoral paroki Kisol itu mengetahui kabar tersebut setelah pihaknya didatangi ketua kevikepan Borong Romo Simon Nama pada Rabu 24 April malam.
"Romo Vikep hanya cerita ada kasus. Mereka lapor ada kasus di keluarganya," ungkap Rikus.
Menurut Rikus pasca kejadian tersebut Romo AI tak pernah kembali ke pastoran sebagaimana biasanya.
Ia juga tak mengetahui keberadaan pastor parokinya itu hingga saat ini," Menghilang, saya tidak pernah bertemu dia juga selama ini,"kata Rikus.
Kendati demikian ketua kevikepan Borong Romo Simon Nama menolak memberikan komentar dengan alasan otoritas keuskupanlah yang paling tepat memberikan keterangan kepada Pers terkait keterlibatan pastor paroki Kisol.
"SOP kami yang berhak buat pernyataan pers hanya Sekretaris Uskup," ujar Romo Simon.
Selain itu Kapolsek Kota Komba Iptu Komang Suita juga mengaku belum menerima laporan polisi terkait skandal yang melibatkan romo AI itu.
"Belum ada laporan,"kata Komang.
Menanggapi kejadian tersebut, Sekretaris Keuskupan Ruteng Rm Manfred Habur mengatakan saat ini masalah tersebut tengah diselidiki keuskupan Ruteng.
"Terkait berita media, keuskupan sedang mengklarifikasi atas apa yang terjadi,” kata Rm Manfred kepada Florespos di Ruteng.
Ia mengatakan hasilnya nanti akan dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum gereja Katolik.
Selain hal tersebut Keuskupan juga menunjuk ketua kevikepan Borong Rm Simon Nama sebagai administrator di paroki Kisol.
Ia meminta umat di paroki Kisol dan umat di keuskupan Ruteng untuk tetap bersikap tenang dalam menyikapi desas desus yang beredar.
Usai ramai diberitakan media belakangan beredar sepucuk surat berisi klarifikasi dari romo AI yang menjelaskan detail kronologi peristiwa yang dialaminya.
Romo Ai merinci kedalam 16 poin klarifikasi yang menjelaskan peristiwa itu, berikut adalah petikan klarifikasi romo AI.
Pertama, Semenjak saya bertugas di Paroki St. Yosef Kisol (pertengahan tahun 2022), saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Bapak Tinus (biasa disapa Bapa Sindi) layaknya keluarga sendiri. Kedekatan hubungan ini ditandai dengan: Mereka sekeluarga sering mengunjungi saya di pastoran dan sebaliknya saya bersama semua anggota pastoran (karyawan/i) mengunjungi mereka di rumahnya.
Dalam urusan keluarga saya di Lengko Elar (kampung saya), mereka sering hadir dan mengambil bagian. Bahkan mereka menitipkan anak mereka (Enu Itin-anak dari adik Bapak Tinus/Bapa Sindi) di pastoran untuk buntu-bantu dalam urusan rumah tangga pastoran. Jadi, saya merasa keluarga bapak Tinus adalah bagian dari keluarga saya.
Kedua, Bahwa pada hari Selasa, 23 April 2024 tepatnya pukul 17.30 WITA saya dan Bapa Tinus saling berkomunikasi lewat WA seperti biasanya.
Ketiga, Pukul 17.53 WITA kami berdua sepakat untuk makan bersama di rumah beliau seperti biasanya.
Keempat, Sekitar pukul 20.00 WITA, saya bersama dengan anggota pastoran (Enu Melin/Karyawati dapur, Save/sopir, adik Kristo adik sepupu, dan Enu Itin/anak dari adiknya Bapak Tinus) menggunakan mobil pribadi (Terios) berangkat menuju rumah Bapak Tinus di Stasi Rende.
Kelima, Kurang lebih pukul 20.30 WITA kami tiba di rumah Bapak Tinus. Saat itu yang ada di rumah Bapak Tinus, Enu Hermin/Mama Sindi (istrinya), Anak Santos (putranya), dan Enu Siren (putri bungsunya).
Keenam, Sekitar pukul 20.30 WITA kami disuguhi minuman kopi dan hanya kepada saya diberikan minuman energen. Yang mengantar minuman oleh Enu Hermin/Mama Sindi. Dan setelah itu kami langsung makan bersama.
Ketujuh, Sekitar pukul 21.30 WITA (setelah makan malam) kami bincang-bincang santai. dan sambil rekreasi main kartu dengan sangsi hukuman berdiri. Hal ini biasa kami lakukan setiap kali berkumpul. Adapun yang ikut rekreasi main kartu saya, Bapa Sindi, Mama Sindi dan adik Kristo.
Sedangkan Ena Meliv karyawati pastoran dan Enu Itin segerah menuju kamar tidur anak Siren. Dan Safe ke kamarnya anak Santos. Hal ini juga biasa mereka lakukan karena kedekatan mereka selama ini.
Kedelapan, Karena sudah larut malam, sekitar pulul 01.00 WITA (dini hari), saya meminta anggota pastoran (Enu Melin, Safe) yang sementara tidur untuk dibangunkan dan siap-siap kembali ke Pastoran. Sedangkan Ena Itin bertahan di rumah.
Kesembilan, Akan tetapi Mama Sindi mengatakan bahwa mereka sudah tidur lelap. Lalu saya sendiri mangatakan “biar saya dan adik Kristo pulang duluan”, tetapi Bapak Sindi dan Mama Sindi menahan kami semua untuk nginap karena sudah larut malam. Kami pun mengiakan ajakan mereka.
Kesepuluh, Bapak Sindi memuntun saya ke kamar tidur yang ternyata sudah mereka siapakan. Sedangkan adik Kristo dan Bapak Sindi berbaring/tidur di tempat tidur yang letakanya di depan kamar tidur untuk saya. Mama Sindi tidur bersama anak-anak perempaunnya dan Enu Melin.
Kesebelas, Karena kelelahan (karena aktivitas sepanjang hari di pastoran), saya langsung tertidur lelap dalam kamar dengan kondisi pintu terbuka hanya ditutupi kain tirai.
Keduabelas, Kurang lebih pukul 02.00 WITA, saya terbangun karena dikagetkan dengan teriakan makian dari Bapak Sindi sambil ia mengancam mengambil parang. Saya sangat shok dan bingung dengan keadaan sekejap itu. Dan saat itu saya melihat Mama Sindi juga ada di dalarn kamar dengan kondisi berbusana lengkap, dan tiba-tiba dia lari ke luar. Dan masih dalam keadaan shok, saya berusaha menenangkan Bapak Sindi. Saat itu saya masih dalam keadaan berpakaian lengkap, ditambah kain selimut dan bangun mendekati Bapak Sindi.
Ketigabelas, Karena teriakan keras Bapak Sindi berupa makian-makian dan ancaman untuk membunuh, sehingga mengakhibatkan semua orang dalam rumah ikut bangun dan ikut panik. Supaya tidak terjadi keributan besar, saya dan semua anggota pastoran segera meninggalkan rumah itu dan balik ke pastoran.
Keempatbelas, Kami pun pulang ke pastoran (tanpa enu Itin/anak dari adiknya Bapak Sindi). Dalam perjalan pulang, persisnya di kampung Munde, saya tiba-tiba dihubungi Mama Sindi (dia dalam keadaan menangis dan ketakutan) untuk minta bantuan dijemput. Atas permintaan Mama Sindi dan demi keselamatannya, saya bersama anggota pastoran, kami kembali menjemput dia di pertengahan jalan (agak jauh dari rumahnya). Lalu kami bersama-sama dalam satu mobil menuju pastoran.
Kelimabelas, Demi keselamatan diri saya dengan karyawan, maka tepat pukul 08.00 WITA (Rabu, 24 April 2024), saya, adik Kristo dan Safe meninggalkan pastoran dan ke luar dari kota Borong.
Keenambelas, Sedangkan Mama Sindi masih di seputaran kota Borong.
Demikian klarifikasi dan kronologis peristiwa yang menimpah saya. Dengan tulus hati saya meminta maaf kepada Yang Mulia Bapak Uskup Ruteng, Vikep Borong dan Para Imam, keluarga-keluarga saya, umat paroki St. Yosef Kisol, serta seluruh umat yang terganggu karena peristiwa ini.